Drogba, yang penampilannya di musim ini tak sedahsyat musim lalu saat menjadi top skorer Liga Inggris, mengisi aksi pamungkasnya di musim ini sebagai orang yang kalah dan terusir. Chelsea ditekuk Manchester United dan gagal menjuarai Liga Champions, ia pun dikartu merah.
Insiden pengusiran bintang Pantai Gading itu, di menit 115, memang agak kontroversial. Kesalahannya sepertinya tidak sebesar hukuman yang harus diterima. Dari cekcok antarpemain setelah terjadi "pertarungan" Carlos Tevez dan Michael Ballack, Drogba terkena getah atas emosinya yang berlebihan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Drogba berang, kecewa, tapi tak ada lagi yang bisa ia lakukan kecuali meninggalkan lapangan. Jika Chelsea kebobolan lagi sebelum Michel meniup peluit panjangnya, barangkali ia akan lebih meradang ... sekaligus menyesal dan menyalahkan diri sendiri.
Tapi tingkat "kesalahan" Drogba buat tim tidak terlalu tinggi. Ketiadaannya selama lima menit tidak sampai membuat Petr Cech kemasukan gol. Kalaupun Chelsea tetap kalah, itu hanya karena tidak beruntung pada adu penalti.
Cerita Droga agak-agak mirip dengan Zidane di final Piala Dunia dua tahun lalu. Apapun penyebabnya, sesakit apapun hati Zidane karena ibu dan saudara perempuannya dilecehkan, tapi dia menanduk dada Marco Materazzi hingga bek Italia itu terjerembab.
Asisten wasit melapor pada atasannya, dan wasit segera melayangkan kartu merah buat Zidane. Zidane menyeringai, antara puas bisa membungkam Materazzi saat itu juga. Tapi sedetik kemudian ia pasti menyesal karena Prancis berkurang tenaganya di saat pertandingan belum selesai.
Beruntung pula, Prancis lulus dari ujian 120 menit, atau 11 menit tanpa Zidane. Hanya saja mereka tak berhasil di adu penalti. Les Bleus kalah, Azzurri mengangkat supremasi tertinggi di jagat sepakbola.
Yang membuat Drogba bisa amat mirip dengan Zidane adalah potensi dia meninggalkan Chelsea. Seperti diketahui, sebelum Piala Dunia itu dimulai Zidane telah menyatakan akan gantung sepatu. Dan ia tidak mengubah keputusannya walaupun di hari terakhirnya sebagai pemain aktif harus rampung sebagai "pesakitan".
Sudah bukan rahasia bahwa Drogba amat kencang diisukan bakal hengkang, dan itu tercetus sejak Jose Mourinho didepak Chelsea di bulan September. AC Milan, Inter Milan, Barcelona dan Real Madrid terus menunggu keputusan dia, walaupun hingga kini belum jelas benar pilihan apa yang akan diambil Drogba setelah Chelsea tanpa gelar di musim ini.
Tapi jika Drogba benar pergi dari London, itu berarti ia mengisi hari terakhirnya berbaju "Si Biru" dengan kisah yang tidak menyenangkan. Meski begitu, sama seperti Zidane, insiden memalukan itu hanya setitik nila yang takkan merusak belanga kehebatannya. Drogba sudah membuktikan kepada fans Chelsea bahwa dia salah satu penyerang terbaik yang pernah ada di Stamford Bridge. Kartu merah hanya bagian kecil dari sepakbola. (a2s/arp)