Paul Cumming dan Bantal Merah Liverpool-nya

Paul Cumming dan Bantal Merah Liverpool-nya

- Sepakbola
Kamis, 18 Jul 2013 09:17 WIB
Malang - Malam baru turun tapi angin pegunungan membuat udara sudah terasa dingin. Di sebuah rumah di ujung jalan nan gelap di sudut desa, pria tua itu menyambut kedatangan kami dengan senyuman.

"Siap berangkat besok, Om?" saya membuka percakapan, sambil balas tersenyum.

"Siap," jawabnya pendek, lalu menjabat tangan dan memeluk saya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti setiap ucapan yang keluar dari mulutnya, langkah Paul Cumming juga terlihat perlahan-lahan. Selain usianya memang sudah mulai sepuh -- 12 Agustus depan akan genap 65 tahun --, saya tahu kondisinya juga sedang tidak terlalu bagus.

Seminggu lalu Paul mengabari bahwa dirinya terkena kanker, yang mengharuskannya operasi dan transplantasi kulit di bagian kepala dan hidung.

"Gula saya naik, belum pernah setinggi ini. Tapi kemarin sudah agak turun. Kaki saya juga mulai kempis, kemarin masih bengkak besar," tuturnya.

"Dokter bilang, sebaiknya saya harus cepat operasi. Tapi yaa saya belum ada biaya. Dan jujur, saya … takut juga," ia melanjutkan, dengan kalimat terakhir agak tersendat.

Saat ditanya perkiraan biaya yang dibutuhkan, pria Inggris yang telah menjadi Warga Negara Indonesia itu menyebut angka 25-40 juta rupiah, termasuk perawatan di rumah sakit sekitar tiga minggu.

Paul, yang telah 30 tahun lebih menetap di Indonesia dan melatih banyak klub lokal seperti Indonesia Muda, Persinab Nabire, Perseman Manokwari, PSBL, tim PON Papua Barat, dan Persiwon Wondana, tiba-tiba seperti menangkap air muka saya saat mendengarkan kondisi tubuhnya.

"Tapi saya bersemangat sekali untuk ke Jakarta dan menonton Liverpool. Terima kasih atas undangannya, dan juga kepada pembaca detik.com atas dukungannya pada saya," cetus Paul.

Sejurus kemudian mata saya terantuk pada sebuah bantal berwarna merah, berlogo burung Liver. Ketika belakangan saya melongok-longok sebentar ke sebuah kamarnya, tempat tidur yang saya tidak yakin masih empuk itu juga ber-seprei Liverpool. Di lantainya terhampar karpet ukuran sedang, pun berwarna merah dengan tulisan yang sangat terkenal itu: You'll Never Walk Alone.



"Walaupun lahir dan besar di London, tapi tim favorit saya Liverpool. Waktu saya masih SD, saya melihat mereka tim yang sangat bagus mainnya, tak hanya di Inggris tapi juga di Eropa," kenang Paul, sembari menyebut beberapa nama pemain idolanya kala itu, yang bahkan buat saya terdengar tidak familiar.

Di sela-sela obrolan kami, istri Paul yang bernama Dwi Rahmatus Selfiati, menyuguhkan secangkir kopi panas dan penganan kecil untuk sedikit menghangatkan tubuh dari dinginnya udara Desa Drigu di Kecamatan Poncokusuma, Kabupaten Malang itu.

"Kalau sudah bicara soal sepakbola, dia selalu lebih hidup. Tempo hari ada anak-anak muda dari Big Reds Malang mampir ke sini. Dia yang tadinya lesu, begitu sudah ngomongin bola, jadi semangat lagi, jadi segar lagi," cetus wanita yang berprofesi sebagai guru SMA itu.

"Saya tahu, dunia Paul Cumming adalah sepakbola. Secara fisik dia mungkin sudah tidak bisa menjadi pelatih lagi. Tapi dia punya banyak hal tentang sepakbola yang barangkali masih bisa bermanfaat bagi orang lain," tambah Dwi.

Tak terasa obrolan kami sudah berdurasi satu jam. Di desa yang dingin dan setenang itu, jam setengah sembilan pun sudah terasa larut. Saya harus pamit sebelum besok kembali lagi untuk mendampingi Paul ke Jakarta.

Paul lalu menyuruh Doni, salah satu anak tetangganya yang biasa menjagai rental play station miliknya, untuk mengambil dua buah senter. Mereka berdua mengantar kami sampai ujung gang tanah yang gelap gulita itu, dan saya tak bisa menolak ketika Paul berkata: "di sini masih suka ada ular".

Kami pun berpisah. Di dalam mobil saya membuka layar handphone, membaca berita-berita kedatangan Liverpool kemarin siang. Dan saya teringat lagi bantal merah di ruang tamu rumah Paul Cumming.


===

* Akun twitter penulis: @sururi10 dari @detiksport



Baca juga:
Hikayat Paul Cumming (Bagian 1): Kisah Sedih dari Lereng Semeru
Hikayat Paul Cumming (Bagian 2): Kisah-Kisah Sukses yang Dibalas Air Tuba
Hikayat Paul Cumming (Bagian 3): Walau Sakit, Terus Berusaha Lagi, Lagi dan Lagi
Hikayat Paul Cumming (Bagian 4-habis): No Country for Old Man
Kena Kanker, Paul Cumming Tetap Semangat Ingin Nonton Liverpool

Artikel Paul Cumming:
Kompetisi di Indonesia, Sudah Saatnya Memakai Sistem Premier Regional League?


[Bagi Anda yang ingin memberi bantuan dana untuk biaya operasi Paul Cumming, bisa mentransfer langsung kepada yang bersangkutan melalui Bank Mandiri dengan nomor rekening 1440004593197 atas nama Paul Anthony Cumming.]




(a2s/din)