Kalau tidak, boleh jadi alasannya sederhana: kelihatannya, pemenangnya masih akan sama: Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo. Kandidat lain, Neymar, akan bernasib sama seperti Xavi, Andres Iniesta, Franck Ribery, dan Manuel Neuer -- sebagai "pelengkap" supaya kandidatnya tetap tiga orang.
Ya, itu jikalau penilaian FIFA Ballon d'Or masih didasarkan pada voting para kapten dan pelatih tim nasional negara-negara anggota FIFA, plus panel pilihan dari media. Obyektivitas yang subyektif, subyektivitas yang obyektif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam konteks persaingan gelar individu, nyaris tak pernah ada dua pemain yang sedominan dan sekonsisten rivalitas di antara Messi dan Ronaldo dalam kurun waktu cukup lama.
Sebutlah Johan Cruyff dan Franz Beckenbauer, yang bolak-balik memenangi trofi Ballon d’Or (pemain terbaik Eropa) di era 70-an. Cruyff unggul di tahun 1971, Beckenbauer menang di tahun berikutnya. Cruyff lalu menang lagi di 1973 dan 1974, dan Beckenbauer memperkecil "skor" di tahun 1976. Nah, di antara mereka ada Oleg Blokhin yang mengangkangi Beckenbauer dan Cruyff untuk edisi 1975.
Contoh lain adalah Ruud Gullit (1987) dan Marco van Basten (1988, 1989, 1992). Sulit melihat mereka sebagai "rival", karena kedua pemain ini lebih sebagai pelengkap satu sama lain: main di timnas dan klub yang sama. Bedanya, sebagai striker Van Basten lebih tampak "mencolok" karena punya ukuran yang sangat jelas: jumlah gol – sedangkan Gullit bermain di belakang rekannya itu. Simbiosis Gullit-Van Basten kira-kira seperti Messi-Xavi di Barcelona.
Di era berikutnya memang muncul banyak nama hebat yang dominan dan memenangi Ballon d'Or, tapi kompetisi mereka tidak seperti Messi-Ronaldo. Zinedine Zidane, Ronaldo (Brasil), Luis Figo, Rivaldo, sampai Ronaldinho, adalah sebuah estafet – bukan kelanggengan sebuah rivalitas.
Maka, selama Messi dan Ronaldo berada di lingkungan yang sama – apakah mereka bisa sehebat ini jika berada di klub yang lain (?) -- plus dipayungi oleh kebugaran yang terpelihara, bukan tak mungkin keduanya masih akan mendominasi perebutan FIFA Ballon d'Or sampai 2-3 tahun ke depan.
Messi dan Ronaldo adalah ukuran valid tentang produktivitas seorang penyerang, serta standar tertinggi dalam hal konsistensi mencetak gol. Apa yang dicapai Wesley Sneijder (2010), yang meraih treble winners bersama Inter Milan dan menjadi runner-up bersama timnas Belanda di Piala Dunia 2010 – toh tidak cukup buat para voter untuk mengakui dia sebagai pemain terbaik dunia di tahun tersebut. Tidak pula untuk Ribery (2013) dan Neuer (2014). Neymar pun tidak sekarang. Mungkin nanti, setelah Messi dan Ronaldo mulai digerus usia.
(a2s/cas)