Kisah 'si Anak Emas' dan Peraih Medali Olimpiade

Kisah 'si Anak Emas' dan Peraih Medali Olimpiade

Lucas Aditya - Sepakbola
Kamis, 05 Agu 2021 12:55 WIB
CHOFU, JAPAN - AUGUST 02: Gold medalists Greysia Polii and Apriyani Rahayu of Team Indonesia pose for photo on the badminton court on day ten of the Tokyo 2020 Olympic Games at Musashino Forest Sport Plaza on August 02, 2021 in Chofu, Tokyo, Japan. (Photo by Richard Heathcote/Getty Images)
Greysia Polii/Apriyani Rahayu menyumbang emas di Olimpiade Tokyo 2020. (Foto: Getty Images/Richard Heathcote)

Mimpi Punya Silicon Valley-nya Olahraga Tak Kunjung Jadi Nyata

Niat pemerintah untuk membuat nyaman atlet sejatinya ada, namun selalu saja ada masalah yang menjadi sandungan. Sudah anggaran untuk olahraga sedikit, cuma 0,03 persen dari anggaran negara, jelas jauh dari anggaran pendidikan, infrastruktur, dan kesehatan di masa pandemi ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum Asian Games 2018, atlet-atlet pelatnas memiliki 'taman bermain' di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan. Atlet berlatih di ruang-ruang yang ada di kompleks itu, pengurus juga berkantor di sana. Menjelang Asian Games, sejak 2016 GBK direnovasi. Tidak ada lagi tempat terpusat untuk berlatih, begitu pula kantor pengurusnya.

Angkat besi salah satu yang terkena dampak dari renovasi SUGBK itu. Setelah nomaden, angkat besi akhirnya mendapat rumah baru di Kwitang, Senen, Jakarta Pusat, pada akhir 2017.

ADVERTISEMENT

Eko Yuli cs mengasah diri di Markas Komando Pasukan Marinir (Mako Pasmar) II di Jalan Kwini 2. Di sebuah ruangan yang tak terlalu luas --mungkin sekitar 10x15 meter, atlet-atlet binaan PB PABSI mengasah diri untuk Asian Games 2018 dan Olimpiade Tokyo 2020.

Representatif? Tentu saja tidak. Karena bukan bangunan yang sengaja dibangun untuk bisa menahan beban ratusan kg, lantai di ruang latihan Wisma Kwini itu gampang banget jebol ditimpa besi-besi beban yang dengan enteng diangkat Eko Yuli dkk.

Selain angkat besi, atletik juga harus mengungsi. Saat itu pindah ke Rawamangun. Panahan harus pindah ke Cibubur, Jakarta Timur. Padahal, ada Lalu M. Zohri, si pencetak kejutan itu. Si juara dunia junior lari 100 meter putra.

Dari banyak cabor yang dibina di Indonesia. Sejauh pengamatan saya masih sedikit yang mempunyai tempat latihan yang memadai.

Bulutangkis dengan pelatnas di Cipayung, Jakarta Timur, menjadi salah satunya. Selain itu, pencak silat yang memiliki kawah candradimuka di Padepokan Pencak Silat di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Bagaimana dengan sepakbola?

Situasi serupa juga terjadi di sepakbola. Timnas yang biasa berlatih di Senayan, menggelar pemusatan latihan berpindah-pindah di sekitar Jakarta, Jawa, dan Bali.

Sepakbola memang mempunyai tempat latihan bernama PSSI National Youth Centre di Sawangan. Sesuai namanya, lapangan dari FIFA Goal Project itu memang lebih banyak dipakai untuk pembinaan usia dini.

Fakta bahwa jumlah lapangan yang masih jauh dari kata cukup, sepakbola juga masih butuh dukungan untuk penyediaan lapangan latihan.

Stadion Lebak Bulus, yang sudah lama digusur menjadi stasiun MRT, kini belum ada gantinya. Belum lagi, klub-klub Liga 1 juga ada beberapa yang menjadi musafir karena stadionnya tak lolos verifikasi dari operator liga.

Dulu, memang ada program satu desa satu lapangan. Tapi dalam pelaksanaannya, tak banyak yang terwujud.

Berkaca pada negara lain, Indonesia memang sudah semestinya mempunyai tempat latihan terpadu untuk olahraga.

Mimpi itu sebenarnya sudah muncul sejak beberapa tahun silam, tapi berhenti karena dikorupsi. Ya, korupsi.

Proyek itu bernama Proyek Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sarana Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang. Selain itu juga ada rencana pembangunan Pusat Olahraga di Cibubur.

Proyek Hambalang sudah mulai dibangun mulai 2010, anggarannya saat itu diperkirakan menelan biaya Rp 2,5 triliun.

Mimpi mulia itu akhirnya buyar. Dugaan korupsi menjadi sebabnya. Proyek itu pun mangkrak sampai sudah lebih dari satu dasawarsa.

Sudah lima kali ganti Menteri Pemuda dan Olahraga, proyek itu enggak ke mana-mana. Gedung, AC, kursi sudah menjadi prasasti.

Kalau Hambalang sudah tinggal kenangan, pembangunan pusat olahraga lain kini sedang dikebut. Berlokasi di Cibubur, nantinya akan ada 'rumah' buat 14 cabor potensial.

Atletik dan angkat besi ada dalam daftar dari 14 cabor yang termasuk ke dalam daftar. Jadi, nanti tak akan ada cerita pelatnas atletik akan berebut dengan acara di luar olahraga, atau dengan pelatnas lain seperti sepakbola.

"Pusat Olahraga dreaming will come true. Sekarang pemerintah sudah punya grand desain untuk olahraga nasional," kata Sekretaris Menpora, Gatot S. Dewa Broto, dalam perbincangan dengan detikSport, Rabu (4/8/2021) malam WIB, lewat sambungan telepon.

"(Grand desain) baru kami kirim ke Pak Presiden. Tanggal 17 Juni pernah dikirimkan. Karena ada kekurangan yang perlu diperbaiki, usulan itu dikembalikan Setneg."

"Di Cibubur sedang dibangun (pusat olahraga), nanti ada 14 cabor di pusatkan di sana untuk atlet elit. Tapi, untuk dayung tetap di Purwakarta karena tidak perlu membuat danau. Untuk balap sepeda tetap latihannya di jalan."

"Pembangunan di Cibubur, PUPR ngebut tahun depan, kira-kira baru selesai 2023," kata dia menambahkan.

Eko Yuli IrawanEko Yuli Irawan menyumbang perak di Olimpiade Tokyo 2020. Foto: (dok KOI)

****

Sesuai Porsi

Lantas, apakah gagasan untuk melimpahkan perhatian atau dengan kata lain melimpahkan sebagian besar anggaran ke cabor peraih medali itu mungkin dilakukan? Tentu saja mungkin dan itu sudah dilakukan.

Tapi, memang kendalanya adalah anggaran untuk olahraga di Indonesia kecil dibandingkan alokasi ke kementerian lain. Tidak masuk 15 besar anggaran jumbo, masih di angka 0,03 persen dari APBN.

Menilik besaran anggaran tiap tahun APBN untuk olahraga yang mini akan menjadi sangat kecil untuk mengakomodasi semua cabang olahraga yang ada di Indonesia. Prosedur dengan proposal pengajuan anggaran oleh masing-masing cabor boleh dibilang yang terbaik dibandingkan sebelumnya.

Soal ini, justru pengurus cabang olahraga yang harus beradaptasi sebab sering kali dana macet justru karena ketidaklengkapan laporan dari pengurus cabang olahraga dari setiap kegiatan yang dilakukan dengan APBN.

"Pada Olimpiade kali ini dana yang besar itu untuk cabor peraih medali. Angkat besi, bulutangkis, panahan, atletik. Intinya, semua sesuai porsi," kata Gatot.

Saat ini, justru yang perlu kita lakukan adalah mengawal APBN betul-betul bisa digunakan oleh atlet untuk mengembangkan potensinya. Jangan sampai dikorupsi, bocor alus sekalipun.

Pemerintah betul-betul mewujudkan Silicon Valley-nya olahraga agar atlet bisa berlatih dengan nyaman. Kalau bangunannya keren, saya yakin kompleks itu bisa membiayai dirinya seperti stadion-stadion sepakbola Eropa lewat tiket masuk museumnya.

Tantangan untuk Klub Bola dan PSSI

Anggapan netizen sepakbola sebagai anak emas memang kurang tepat, namun tidak bisa disalahkan. Dan, semestinya penilaian itu dijadikan tantangan untuk PSSI, PT Liga, dan klub-klub profesional untuk benar-benar bertindak selayaknya badan dan klub profesional. Menghasilkan banyak uang.

Dengan kepemilikan saham di PT Liga, klub dan PSSI, rasanya tidak sulit PSSI untuk punya banyak uang, agar tidak dinggap masih menyusu anggaran kepada pemerintah. Tunjukkan PSSI betul-betul kaya-raya agar sepakbola tidak lagi dianggap anak emas.

Punyalah banyak uang agar PSSI bisa dengan mudah menolak calon ketua umum dan sosok-sosok yang cuma membonceng mencari ketenaran atau menjadikannya sebagai alat politik.

Punyalah banyak uang agar PSSI bisa menciptakan Timnas andal, tidak berutang budi kepada seseorang yang bisa jadi sarat kepentingan.

Punyalah banyak uang agar PSSI mudah membangun kegembiraan di seantero Tanah Air setelah Evan Dimas cs menjadi juara Piala AFF U-19 2013 di Sidoarjo, Jawa Timur. Sudah sewindu lho itu.

Sembari menunggu kabar baik dari PSSI dan sepakbola, saya mengajak netizen dan warga Indonesia untuk menyiapkan energi mendukung atlet Indonesia lainnya setelah Olimpiade 2020.

Sebentar lagi Paralimpade Tokyo 2020 akan segera digelar. Indonesia mengirim 23 atlet dari 7 cabang olahraga, yang berlaga 24 Agustus sampai 5 September 2021.


(cas/krs)

Hide Ads