Rintangan itu bernama babak perempatfinal Uber Cup. Selama 12 tahun atau enam gelaran Uber Cup beruntun, putri-putri Indonesia selalu mentok di babak delapan besar.
Untuk sekadar meraih medali saja dengan menembus semifinal Uber Cup begitu sulit bagi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Namun, rintangan itu, akhirnya, bisa ditembus tahun ini.
Uber Cup 2024, Indonesia lolos ke semifinal usai membungkam Thailand. Thailand, yang kerap jadi batu sandungan tak cuma di Uber Cup tapi juga ajang beregu di Asia Tenggara, dibuat tak berkutik oleh Gregoria Mariska Tunjung dkk. dengan skor telak 0-3.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak sekadar mendobrak 'batas' perempatfinal, tim Uber Indonesia bahkan sukses menembus babak final. Indonesia menyingkirkan sang juara bertahan, Korea Selatan, di semifinal lewat laga ketat dengan skor 3-2.
Pada akhirnya, Indonesia memang harus mengakui keunggulan sang ratu terakhir, China, di final Uber Cup 2024. Tembok besar China masih terlalu tebal untuk dirubuhkan. China juara Uber Cup untuk yang ke 16 kalinya.
![]() |
***
Bagaimanapun, raihan runner-up atau medali perak untuk Indonesia di Uber Cup 2024 patut diapresiasi setinggi-tingginya. Apriyani Rahayu dkk. memberi bukti bahwa para srikandi bulutangkis Indonesia kini tak bisa dipandang sebelah mata.
Komentator BWF Steen Pedersen bahkan menyebut perjalanan Indonesia sampai ke final Uber Cup 2024 sebagai "story of the tournament". Pernyataan yang kemudian diamini oleh komentator legendaris bulutangkis Gill Clark.
Indonesia datang ke Uber Cup 2024 dengan status underdog. Mereka bukan unggulan seperti layaknya China, Korea, Jepang, dan Thailand. Tergabung di Grup C, Indonesia kemudian lolos ke perempatfinal sebagai runner-up grup di belakang Jepang.
Undian perempatfinal kemudian mempertemukan Indonesia dengan Thailand. Dari sinilah para pebulutangkis putri Indonesia memulai upayanya untuk mendobrak pembatas bernama babak delapan besar Uber Cup.
Gregoria Mariska Tunjung yang turun sebagai tunggal pertama berhadapan dengan 'kryptonite'-nya, Ratchanok Intanon. Sebelum Uber Cup 2024, Gregoria selalu kalah dalam delapan kali duel melawan Intanon.
Tampil gemilang, Gregoria akhirnya 'pecah telur' atas Intanon. Pebulutangkis asal Wonogiri itu menang 22-20, 21-18 untuk memberi Indonesia poin pertama.
Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti kemudian turun di partai kedua. Dengan kondisi yang belum 100% fit karena cedera, Apri bersama Fadia membawa Indonesia unggul 2-0 usai menang atas Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai.
Pada partai ketiga, Ester Nurumi Tri Wardoyo berhadapan dengan Supanida Katethong. Pebulutangkis yang pada 2024 ini berusia 19 tahun itu melewati duel ketat rubber game selama 1 jam 23 menit.
Ester melawan kondisi fisiknya yang sudah menurun di gim ketiga untuk memastikan kemenangan Indonesia. Ia bahkan sempat terlihat mengkhawatirkan setelah meminta medis untuk menyemprot kakinya. Namun, rasa tidak mau kalah menyalakan semangat Ester.
Dengan sisa-sisa tenaganya, Ester yang sempat tertinggal 18-19 di gim penentuan merebut tiga poin beruntun untuk mengunci kemenangan. Tiga poin tersebut bahkan diraih Ester dengan smes-smes kencang! Penonton yang menyaksikan barangkali bertanya-tanya, dari mana Ester mendapat kekuatan untuk melakukan itu semua.
"Di tiga poin terakhir tadi saya menanamkan untuk tidak mau kalah, ini belum selesai. Dari pelatih dan tim di belakang juga tidak henti menyemangati. Dari situ saya menemukan energi untuk memenangkan pertandingan," ucap Ester usai laga melawan Katethong.
Indonesia pun memastikan meraih medali di Uber Cup untuk pertama kalinya sejak 2010. Di boks pemain, Gregoria dan Apri --dua pemain paling senior di skuad Uber Indonesia-- berpelukan dan tampak berkaca-kaca. Mereka akhirnya mendobrak batas babak delapan besar yang selama ini jadi penghalang.
![]() |
"Kemarin saat Ester menang, saya menangis senang dan terharu. Saya sudah ikut Piala Uber 4 kali dan akhirnya tahun ini bisa menembus babak semifinal. Saya rasa di beberapa tahun belakangan ini, kami selalu ada di posisi yang dipandang sebelah mata," kata Gregoria setelah pertandingan semifinal melawan Korea.
Tantangan berikutnya: menembus final Uber Cup. Sang juara bertahan, Korea Selatan, sudah menanti di semifinal.
Secara mengejutkan, Korea tidak menurunkan tunggal putri andalannya, An Se Young. Pebulutangkis nomor satu dunia itu absen karena sakit setelah terlihat hampir pingsan usai laga perempatfinal.
Gregoria memanfaatkan absennya An dengan baik. Ia menyumbang poin pertama dengan mengalahkan Sim Yu Jin. Gregoria menang setelah mencoba mengendalikan emosinya agar tidak terlalu menggebu-gebu setelah mengetahui An absen.
Setelah Apri/Fadia kalah di partai kedua, Ester yang turun di partai ketiga berhasil mengembalikan keunggulan Indonesia. Ia lagi-lagi harus melewati duel rubber game. Meski fisik sudah terkuras, Ester masih mampu meraih kemenangan atas Kim Ga Ram.
Korea kembali menyamakan kedudukan lewat nomor ganda putri setelah Jeong Na Eun/Kong Hee Yong mengalahkan Lanny Tria Mayasari/Ribka Sugiarto. Pertandingan pun harus dilanjutkan sampai partai kelima.
Komang Ayu Cahya Dewi turun di partai penentuan melawan Kim Min Sun. Pebulutangkis asal Bali itu mampu mengatasi ketegangan dan tekanan besar untuk memastikan kemenangan Indonesia lewat rubber game. Komang mengunci kemenangan 21-19 di gim penentuan dengan smes ke arah badan Kim.
"Jujur tadi di bawah tekanan saat masuk lapangan, pressurenya sangat tinggi karena ini penentuan. Dan rasa ingin membuktikan kami besar jadi rasa tegangnya juga besar," ucap Komang usai memastikan kemenangan Indonesia.
"Di gim pertama saya benar-benar terbawa suasana dan pola permainan lawan. Setelah itu pelatih bilang untuk fokus ke permainan saya di lapangan, jangan terpengaruh situasi yang ada (laga penentuan)."
Kemenangan Komang disambut dengan gegap gempita. Para pemain langsung berhamburan ke lapangan untuk memeluk Komang. Indonesia akhirnya kembali ke final Uber Cup setelah penantian selama 16 tahun!
***
Sempat muncul anggapan bahwa Indonesia 'diuntungkan' undian perempatfinal yang mempertemukan dengan Thailand alih-alih, misalnya, China, serta absennya An Se Young di semifinal. Namun, itu semua tak akan ada artinya jika Indonesia tidak bisa memaksimalkannya. Indonesia memanfaatkan kesempatan yang datang dengan sebaik-baiknya.
Sektor tunggal putri, yang selama ini kerap dianggap sebagai 'kartu mati', bersinar selama Uber Cup 2024. Tunggal putri bahkan menyumbang tiga poin untuk Indonesia di semifinal.
Sepanjang turnamen, Gregoria mampu memimpin tim dengan selalu menjadi pembuka jalan, sebelum akhirnya kalah di final. Ester dan Komang juga menunjukkan performa yang impresif. Dengan usia mereka yang masih muda, ada harapan bahwa setidaknya dalam beberapa tahun ke depan, Gregoria tidak akan sendirian 'menggendong' sektor tunggal putri.
Sementara itu di sektor ganda putri, Rachel Allessya Rose/Meilysa Trias Puspitasari yang sama-sama baru berusia 19 tahun mendapat pengalaman berharga tampil di kejuaraan beregu selevel Uber Cup. PSBI juga sudah seharusnya merawat cedera Apri dengan sebaik-baiknya, sebab Olimpiade 2024 sudah tinggal hitungan bulan.
Apresiasi juga selayaknya diberikan kepada Apriyani Rahayu yang bertindak sebagai kapten tim Uber Indonesia. Bersama Gregoria sebagai pemain paling senior di tim, Apri mampu menjaga kekompakan tim.
"Kami hanya ngumpul, kami saling mengingatkan satu sama lain untuk tetap tenang, tetap enjoy, kami juga saling bercanda supaya kami bisa enjoy dan tidak tegang," ucap Apri soal membangun kekompakan tim.
"Membangun suasana yang harmonis, yang kompak, dan tidak ada kayak salah-salahan, saya tidak mau kalau ada yang saling menyalahkan."
![]() |
Saat tidak sedang bertanding, Apri juga all out memberikan dukungannya untuk pemain yang ada di lapangan. Pada satu momen saat semifinal melawan Korea, Apri bahkan menjadi yang paling kencang berteriak agar Ester meminta challenge. Challenge tersebut rupanya berhasil dan berbuah match point untuk Ester.
Piala Uber memang belum berhasil dibawa pulang ke Indonesia. Namun, para pebulutangkis putri Indonesia memberi sinyal bagus, membangkitkan kembali ekspektasi, bahwa mereka juga bisa bersaing di level elite. Harapannya, tentu saja, semangat yang dibawa dari Uber Cup 2024 akan terus menyala.
****
Penulis adalah wartawan detikSport yang biasa beredar di dunia maya dengan akun @ndsalusi
(nds/mrp)