Bukan bermaksud mengecilkan SC Rheindorf Altach dengan menyebut mereka 'kurcaci'. Tapi jujur saja, bahkan di negaranya (Austria) mereka masih kalah pamor dibanding Austria Wien, Rapid Wien, atau bahkan Red Bull Salzburg.
Untuk menunjukkan betapa kurcacinya Rheindorf Altach bisa dilihat juga dari kondisi keuangan mereka. Klub tersebut tidak mengeluarkan sesen uangpun di bursa transfer musim panas lalu. Sementara biaya operasional klub di musim ini hanya 6,8 juta euro (sekitar Rp 96,908 miliar). Sebagai pembanding, gaji mingguan Jamie Vardy musim ini adalah 80 juta poundsterling sepekan (sekitar Rp 1,3 triliun).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, terkait Vardy, banyak pihak kemudian menyamakan fenomena Rheindorf Altach dengan Leicester City. Manajemen Rheindorf Altach menolak perbandingan tersebut karena di mata mereka Leicester adalah klub raksasa.
![]() |
(Kota) Altach memang berbeda dengan (kota) Leicester. Altach kini hanya memiliki populasi 6.515 orang. Itu artinya jika seluruh warga menonton pertandingan Rheindorf Altach maka Stadion Schnabelholz, kandang mereka, masih punya sisa 1.485 kursi kosong.
Dengan kapasitas hanya 8.500 tempat duduk, Schnabelholz bukan stadion megah. Terletak di pinggir jalan tol, Schnabelholz tak punya fasilitas mewah selayaknya stadion mewah di belahan Eropa lainnya. Tapi dari pintu keluar stadion penonton yang usai menyaksikan laga akan bisa menikmati pemandangan luar biasa berupa pegunungan yang mengelilingi area tersebut. Stadion Schnabelholz berjarak sangat dekat dengan perbatasan Jerman.
Liga Austria kini masih dalam periode jeda musim dingin. Setelah melewati 20 pertandingan Rheindorf Altach berdiri di posisi teratas dengan 42 poin. Unggul dua angka dari Red Bull Salzburg yang ada di urutan kedua.
Melihat skuat Rheindorf Altach saat ini, mereka tidak seharusnya berada di posisi teratas. Klub tersebut merekrut banyak pemain dari divisi di bawahnya. Mereka tidak memiliki pemain muda yang digadang-gadang akan sukses, atau pemain top yang sudah veteran.
Masih dalam pernyataannya pada Reuters, Zellhofer menyebut kunci sukses mereka ada pada manajemen. Secara khusus manajemen klub mencari pemain yang kariernya tersendat namun dinilai masih punya potensi untuk dikembangkan. Hampir seluruh pemain didatangkan dengan free transfer.
"Saya menggunakan jaringan saya, melalui kolega-kolega saya. Saya mengembangkan feeling yang bisa diterima pemain, yang cocok dengan klub."
"Kami mencari pemain yang ingin kesempatan kedua... pemain yang entah bagaimana tidak berkembang di tempat lain. Kami mencari apa yang salah dan mulai melangkah dari sana," lanjut Zellhofer.
Salah satu contoh rekrutan adalah Louis Ngwat-Mahop. Pemain kelahiran Kamerun itu sempat memperkuat Bayern Munich. Tapi di klub raksasa Jerman itu dia hanya bermain dua menit sepanjang satu musim. Sebelum gabung dengan Rheindorf Altach, Louis Ngwat-Mahop sempat juga memperkuat Salzburg, Iraklis dan Karlsruhe.
Meski sudah berdiri sejak 1929, Rheindorf Altach baru dapat promosi ke level teratas sepakbola Austria pada 2013/2014. Di musim 2014/2015 Rheindorf Altach sukses finis di uruta tiga untuk meraih tiket ke Liga Europa. Tapi musim lalu mereka nyaris terdegradasi dan menuntaskan musim di posisi delapan (lima angka dari zona degradasi).
Seperti banyak klub kurcaci lain di belahan Eropa, Rheindorf Altach dihadang masalah pelik tentang status pemain-pemainnya. Mereka tidak bisa berbuat banyak saat ada tawaran datang pada pemain atau pelatih.
![]() |
Pelatih Damir Canadi menyeberang ke Rapid Vienna pada November lalu, untuk kemudian digantikan Werner Grabherr. Tapi karena tidak punya sertifikat melatih yang dibutuhkan Grabherr akhirnya melepaskan jabatan tersebut dan kini berkerja di bagian marketing klub. Menggantikan dia adalah Martin Scherb.
Sementara itu, Dmitri Oberlin, topskorer klub dengan sembilan gol, akan kembali ke klub yang resmi memilikinya, Salzburg. Salzburg menolak memperpanjang periode peminjaman striker asal Kamerun itu. Itu artinya, meski memuncaki klasemen di separuh pertama musim perjuangan Rheindorf Altach di paruh kedua musim bakal lebih berat.
"Kami bukan hanya satu pemain saja, ini adalah tim yang sesungguhnya, meski Oberlin adalah favorit suporter kemi. Bahkan jika kami duduk di posisi empat atau lima, itu akan menjadi sebuah sukses buat kami."
"Setiap orang boleh bermimpi…tapi itu (menjadi juara) sulit," tutup Zellhofer. (din/mrp)