Kado FIGC buat Italia: Generasi Pemain untuk Piala Dunia 2022

Kado FIGC buat Italia: Generasi Pemain untuk Piala Dunia 2022

Ardy Nurhadi Shufi - Sepakbola
Kamis, 16 Mar 2017 14:55 WIB
Foto: Marco Luzzani/Getty Images
Jakarta - Ada keraguan besar saat Carlo Tavecchio terpilih menjadi presiden FIGC, federasi sepakbola Italia, yang baru menggantikan Giancarlo Abate (mundur usai Italia gagal di Piala Dunia 2014). Sebelum diadakan pemilihan presiden FIGC yang baru saat itu, Tavecchio melontarkan pernyataan rasialis, yang tentu saja menuai kecaman dari berbagai pihak.

Namun permintaan maaf Tavecchio jelang pemilihan berlangsung tampaknya membuat sejumlah kesebelasan yang sempat menarik dukungannya luluh. Tavecchio pun akhirnya terpilih menjadi ketua FIGC baru per 2014.

Tavecchio pun kemudian mengumumkan beberapa rencana yang akan ia lakukan terhadap sepakbola Italia di bawah kepemimpinannya. Dimulai dari pengurangan jumlah klub yang berkompetisi di Serie A dan Serie B, mengembangkan pemain muda Italia, hingga pemberdayaan sepakbola perempuan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari berbagai rencananya yang dicanangkan Tavecchio di awal kepemimpinannya, ada satu hal yang paling terlihat positif dan signifikan saat ini; yakni soal pengembangan pemain muda. Italia yang disebut-sebut sedang mengalami krisis pemain top yang sejurus dengan prestasi tim nasional mereka, perlahan mulai menemukan secercah harapan untuk masa yang akan datang berkat diberlakukannya aturan baru oleh federasi yang berdiri sejak 16 Maret 1898 ini.

Aturan 25 Pemain yang Memberdayakan Pemain Muda

Dalam beberapa tahun terakhir, sepakbola Italia dikenal sebagai gudangnya pemain tua. Anggapan ini tidaklah salah. Selain Francesco Totti, Gianluigi Buffon, Andrea Pirlo, Alberto Gilardino, dan Luca Toni yang masih beredar di sepakbola Italia dalam beberapa tahun terakhir, masih banyak lagi pemain yang sudah dimakan usia namun tetap jadi andalan tim Serie A.

Anggapan di atas semakin terasa ketika Juventus berlaga di kancah Liga Champions. Ketika lawan-lawan mereka tampil dengan wajah-wajah muda, Juventus yang dalam lima musim terakhir menjuarai Serie A Italia masih mengandalkan banyak pemain tua. Saat melangkah ke babak final Liga Champions 2015, masih terdapat Andrea Pirlo (36 tahun), Gianluigi Buffon (38 tahun), Andrea Barzagli (34 tahun), Carlos Tevez (31 tahun), Stephan Lichtsteiner (31 tahun) hingga Patrice Evra (34 tahun) yang secara reguler bermain dengan skuat tim utama.

Ketika banyaknya pemain tua, pemain non-Italia pun tersebar di 20 kesebelasan Serie A. Pelatih timnas Italia periode 2010 hingga 2014, Cesare Prandelli, mengeluhkan banyaknya pemain asing yang beredar di Italia sehingga ia kesulitan mencari pemain lokal yang sesuai kriterianya.

Kado FIGC untuk Italia: Generasi Pemain Muda untuk Piala Dunia 2022Foto: Claudio Villa/Getty Images

Keluhan Prandelli ini sejurus dengan data yang dikumpulkan CIES Football pada 2014 yang menyebutkan jika terdapat 173 pemain (sekitar delapan pemain per tim) non-Italia yang setidaknya tampil sebanyak 15 pertandingan di Serie A musim 2013/2014.

Inilah yang hendak direformasi oleh Tavecchio di awal kepemimpinannya. Ia sadar bahwa sepakbola Italia tengah krisis, setidaknya mulai tersalip oleh Bundesliga. Tak lama setelah diumumkan menjadi presiden baru FIGC, ia langsung mengumumkan reformasi khususnya untuk pengembangan pemain muda pada seluruh kesebelasan Italia.

"Ada 800 ribu anak-anak di bawah usia 17 tahun di Italia, seseorang harus memerhatikan mereka ketimbang membeli banyak pemain dari Amerika Selatan. Kami akan melakukan apa yang bisa menjadi kekuatan kami. Kami akan berinvestasi sebesar 20 juta euro untuk untuk pengembangan peman muda di berbagai daerah," kata Tavecchio seperti yang dikutip Forza Italian Football.

Tak hanya dari investasi, Tavecchio juga memberlakukan aturan baru untuk Serie A. Mengadopsi syarat skuat UEFA, mulai musim 2015/2016, setiap tim hanya boleh mendaftarkan 25 pemain saja, tidak termasuk pemain di bawah 21 tahun. Dari 25 pemain tersebut, minimal delapan pemain di antaranya harus berstatus homegrown atau pemain didikan (minimal empat pemain berasal dari akademi masing-masing klub).

[Baca juga: Mengenal Istilah Pemain Homegrown]

Sebelumnya setiap kesebelasan diperbolehkan mendaftarkan lebih dari 25 pemain asalkan bisa memenuhi syarat delapan pemain homegrown (dengan minimal empat pemain berasal dari akademi masing-masing klub). Inilah yang membuat banyaknya pemain-pemain senior menghuni 20 kesebelasan Serie A, yang menghambat kesempatan bermain para pemain muda.

Namun dengan pembatasan 25 pemain over-aged, tak sedikit klub yang mendaftarkan kurang dari 25 pemain yang usianya di atas 21 tahun. Untuk menjalani kompetisi yang panjang, kesebelasan-kesebelasan Serie A pun mulai melirik pemain di bawah usia 21 tahun dan mempromosikan beberapa pemain akademi.

Pemain di bawah usia 21 tahun memang tak perlu didaftarkan ke dalam 25 pemain yang klub daftarkan di awal kompetisi. Karena hal inilah banyak pemain-pemain muda yang mulai bermunculan setelah aturan ini diberlakukan di Serie A 2015/2016.

Kado FIGC untuk Italia: Generasi Pemain Muda untuk Piala Dunia 2022Foto: Getty Images/Claudio Villa

Gianluigi Donnarumma, misalnya. Potensinya baru terlihat pada musim 2015/2016, padahal ketika itu ia masih berusia 16 tahun. Tak hanya Donnarumma, Davide Calabria dan Manuel Locatelli pun mulai dipromosikan ke tim utama Milan. Wajah-wajah muda pun menggantikan para pemain senior yang dilepas klub seperti Daniele Bonera, Sulley Muntari, Giampaolo Pazzini, Michael Essien, dan Christian Zaccardo.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Juventus. Peraih 32 scudetto Italia ini sebelumnya mengandalkan kiper asal Brasil berusia 34 tahun, Rubinho, sebagai kiper ketiga setelah Buffon dan Neto. Namun mulai musim 2015/2016, terdapat Emil Audero yang promosi dari akademi Juventus. Kini, Rubinho dilepas Juventus dan Audero-lah yang menjadi kiper ketiga Juventus.

Musim 2016/2017, pemain-pemain muda Italia semakin mendapatkan tempat di kesebelasan-kesebelasan Serie A. Selain Donnarumma dan Locatelli, pemain muda lain seperti Roberto Gagliardini, Federico Chiesa, Marco Benassi, Pol Lirola, Federico Dimarco, hingga pemain berusia di bawah 17 tahun seperti Moise Kean, Filippo Melegoni dan Pietro Pellegri mulai bermunculan, bahkan mencatatkan sejarah sebagai pemain termuda masing-masing klub.

Kesebelasan-kesebelasan Italia pun mulai berinvestasi pada pemain Italia. Milan misalnya, berani membayar mahal untuk merekrut Alessio Romagnoli dan Gianluca Lapadula yang berkebangsaan Italia. Sementara itu Juventus membeli Daniele Rugani dan Mattia Caldara, Inter berinvestasi pada Antonio Candreva dan Roberto Gagliardini, Lazio membeli Ciro Immobile selepas pensiunnya Miroslav Klose, Napoli merekrut Leonardo Pavoletti dan Alberto Grassi, dan masih banyak lagi. Pemain Italia tersebut, dengan statusnya sebagai pemain homegrown, diharapkan bisa meningkatkan kualitas tim tanpa terbentur regulasi baik saat ini atau di masa yang akan datang.

Harapan untuk Timnas Italia untuk Juara Piala Dunia 2022

Dampak dari mulai banyaknya pemain Italia yang mendapatkan kesempatan bermain tentu sangat terasa bagi timnas Italia. Dan ini menjadi momentum yang pas ketika timnas Italia beberapa tahun terakhir tidak banyak dihuni oleh pemain-pemain top seperti Spanyol, Jerman, Inggris, hingga Prancis. Padahal Italia termasuk salah satu negara sepakbola.

Hal ini tercermin pada skuat Italia pada Piala Eropa 2016 lalu. Tak sedikit yang meragukan Italia pada gelaran empat tahunan tersebut karena melihat komposisi skuat berjuluk Gli Azzurri yang dihuni banyak pemain yang kurang familiar di telinga. Meskipun begitu, berkat kemampuan sang juru taktik, Antonio Conte, Italia yang tampil dengan skuat pas-pasan ini mampu berbicara banyak walau gagal menjadi juara.

Saat ini, regenerasi mulai terlihat dalam skuat timnas Italia yang ditukangi Gian Piero Ventura. Dari 30 pemain yang dipanggil saat menghadapi Jerman akhir tahun 2016 lalu, hanya tujuh pemain saja yang berusia di atas 30 tahun. Sementara itu 16 di antaranya masih berusia di bawah 25 tahun, yang artinya masih bisa diandalkan lima hingga tujuh tahun ke depan.

Pemain Italia memang sudah mulai bersaing dengan para pemain non-Italia di Serie A. Dari daftar pencetak gol terbanyak, terdapat penyerang Torino asal Italia, Andrea Belotti, yang terus menggolontorkan golnya dan menjadikannya sebagai pencetak gol terbanyak sementara Serie A dengan 22 gol dari 25 pertandingan. Di posisi ke-6 ada Immobile yang sudah menyumbang 17 gol untuk Lazio hingga pekan ke-28 ini. Sebelumnya, Italia hanya bertumpu pada Mario Balotelli atau Graziano Pelle saja.

Bahkan dengan mulai bermunculannya pemain Italia di Serie A, masih banyak yang belum dilirik timnas Italia, Italia diprediksi akan memiliki skuat yang mumpuni pada Piala Eropa 2020 atau Piala Dunia 2022. Dari sektor penjaga gawang hingga lini depan, Italia takkan khawatir jika pemain-pemain seperti Buffon, Giorgio Chiellini, Andrea Barzagli, Thiago Motta, Cladio Marchisio, atau Daniele De Rossi memutuskan pensiun dari timnas.

Simak skuat bayangan Italia untuk Piala Dunia 2022 prediksi kami

Kado FIGC untuk Italia: Generasi Pemain Muda untuk Piala Dunia 2022

Jika dilihat, para pemain di atas akan berada di kisaran 27-30 tahun pada Piala Dunia 2022 nanti. Pada usia tersebut biasanya pemain akan mencapai performa puncak dalam kariernya. Dan terlihat, para pemain yang ada di daftar atas, berada dalam satu generasi.

Dari generasi di atas, pemain-pemain seperti Rugani, Romagnoli, Caldara, Donnarumma, Gagliardini, Conti, dan Benassi baru muncul setelah diberlakukannya aturan 25 pemain oleh FIGC baru pimpinan Tavecchio. Belum lagi pemain-pemain baru muda lainnya yang masih akan bermunculan mengingat aturan baru di Serie A ini membuat bibit-bibit baru harapan masa depan Italia bisa mendapatkan kesempatan untuk unjuk gigi di liga teratas Italia. Dan ini tidak akan terjadi andai FIGC tidak memperketat aturan sehingga para pemain asing tidak terlalu banyak beredar di Italia.

***

Satu hal yang bisa kita pelajari dari FIGC yang berulang tahun hari ini adalah, federasi memang turut bertanggung jawab atas krisisnya prestasi tim nasional serta menurunnya kualitas pemain dalam negeri. FIGC melalui presiden baru mereka, Carlo Tavecchio, kemudian memberlakukan aturan baru pada awal musim 2015/2016 mengenai maksimal 25 pemain overage yang delapan di antaranya wajib merupakan produk akademi Italia (minimal empat pemain dari klub masing-masing). Hasilnya pemain tua di Italia mulai berkurang dan talenta-talenta muda Italia pun mulai bermunculan, bahkan melahirkan generasi emas yang bisa dituai timnas Italia pada Piala Dunia 2022 atau bahkan Piala Eropa 2020.

PSSI yang sedang membenahi sepakbola Indonesia bisa mencontoh ini. Aturan pemain muda yang mewajibkan tiga pemain U-23 bermain sejak menit pertama minimal 45 menit pada Piala Presiden 2017 lalu tidak perlu dipaksakan di liga. Seharusnya, ada aturan yang membuat setiap kesebelasan mulai memikirkan bagaimana caranya memproduksi pemain berkualitas dari akademi masing-masing klub. Hal ini perlu dilakukan agar setiap klub tidak bergantung pada pemain asing, seperti yang dilakukan di Italia saat ini.

Untuk Liga 1 misalnya, setiap kesebelasan wajib memiliki tujuh pemain homegrown klub alias lima pemain yang berasal dari masing-masing akademi klub dari total maksimal 25 pemain yang didaftarkan ke liga. Apalagi dengan kebiasaan klub-klub Indonesia yang gemar bongkar pasang pemain, tidak adanya "aturan homegrown" membuat klub-klub Indonesia bisa seenaknya membongkar pasang seluruh komposisi pemain setiap musim baru dimulai.

Akan berbeda jika aturan homegrown diberlakukan. Klub setidaknya akan mempertahankan beberapa pemain homegrown atau mempromosikan pemain akademi saat hendak memasuki musim yang baru. Dengan begitu klub akan mulai berinvestasi lebih banyak pada akademi agar bisa menciptakan pemain berkualitas dari akademi, bahkan yang sesuai dengan filosofi masing-masing klub. Bongkar pasang pemain dan mengandalkan pemain asing pun bisa lebih terminimalisasi.


===

*penulis adalah editor di situs @panditfootball, beredar di dunia maya dengan akun @ardynshufi.




(krs/din)

Hide Ads