'Instinct Hunt': Perayaan Dua Dekade Predator

'Instinct Hunt': Perayaan Dua Dekade Predator

- Sepakbola
Selasa, 18 Nov 2014 14:23 WIB
Instinct Hunt: Perayaan Dua Dekade Predator
(soccerbible)
Jakarta -

Sudah 20 tahun sejak pertama kali Adidas meluncurkan seri Predator; salah satu sepatu yang jadi tonggak penting dalam teknologi sepatu sepakbola, pun satu yang terpopuler di jagat lapangan hijau. Adidas menutup peringatan dua dekade predator dengan meluncurkan anak terbaru: Predator Instinct Hunt.

Predator, tak bisa dipungkiri, adalah salah satu titik penting dalam perkembangan teknologi sepatu sepakbola. Desainnya memang terbilang cukup sederhana, tapi secara teknologi sepatu ini bisa dibilang sepatu tercanggih kala pertama kali diluncurkan.

Perjalanan Predator dimulai oleh seorang mantan pemain Liverpool, Craig Johnston. Usai pensiun, Johnston yang mengantarkan 'Si Merah' meraih lima gelar Liga Inggris kembali ke tanah kelahiran orang tuanya, yakni Australia. Di sana, dia meluangkan waktu untuk melatih anak-anak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Konon dalam satu sesi latihan, Johnston sempat meminta anak asuhnya untuk menendang bola dengan lebih baik, lebih terarah, dan bertenaga. Tapi anak-anak tersebut kesulitan, kemudian berkata pada Johnston bahwa sepatunya terlalu licin. Sebabnya tak lain karena sepatu yang dikenakan anak-anak tersebut terbuat dari kulit plus kondisi saat itu sedang hujan.

Saat itulah Johnston punya ide untuk mengambil sebuah bat pingpong, mengambil permukaan karetnya, dan menempelkannya ke sepatunya. Sepatu eksperimennya itu kemudian langsung dibawa keluar dan dicoba untuk menendang bola. Hasilnya? Voila! Karet pada sepatu membuatnya lebih mudah memberikan efek tertentu kala menendang bola, dan tentu saja sepatunya kini bisa lebih 'menggigit' bola.

Dari sepatu prototipenya itulah Johsnton kemudian mengembangkan ide lebih jauh, mengombinasikan karet dengan kulit kanguru yang ringan dan fleksibel. Belakangan Johnston juga menambahkan ide lain tentang teknologi sol Traxion yang hingga kini digunakan Adidas.

Meski demikian, sepatu prototipe Johnston awalnya tak diterima oleh sejumlah perusahaan seperti Nike dan Reebok, bahkan Adidas sendiri. Namun, setelah berhasil merekam Franz Beckenbauer, Karl-Heinz Rummenigge, dan Paul Breitner menggunakan sepatunya dalam kondisi salju, Johnston berhasil meyakinkan Adidas untuk membeli hak desain prototipe tersebut dan mendapatkan 2% dari seluruh penjualan. Disebut-sebut butuh waktu hingga lima tahun untuk meyakinkan bahwa idenya akan berhasil.

Sejak saat itu, sepatu prototipe Johnston berubah menjadi Predator dan menjadi bagian dari sejarah sepakbola. Predator pun terus berevolusi dengan berbagai pengembangan yang dilakukan oleh Adidas. Tercatat setidaknya ada 14 seri predator yang lahir berikutnya.



Menyusul sukses kelahiran sang 'kakak sulung', Predator Rapier lahir pada 1995. Adidas menata kembali struktur karet di sepatu dan lebih banyak menempatkan kulit kanguru demi kenyamanan. Tahun berikutnya lahirlah Predator Touch. Kemudian berturut-turut Predator Accelerator (1998), Predator Presicion (2000), Predator Mania (2002), Predator Pulse (2004), Predator Absolute (2006), Predator PowerSwerve (2007), Predator X (2009), Predator RX (2010), Adipower Predator (2011), Predator LZ (2012), dan yang terakhir adalah seri Predator Instinct (2014).

Predator Instinct menjadi lini penanda 20 tahun perjalanan Predator. Adidas secara besar-besaran meluncurkan 14 versi berbeda untuk Instinct sebagai bentuk perayaan. Ke-14 versi tersebut dibuat berdasarkan desain sepatu 1994-1998, dan 2002, atau dengan kata lain mereproduksi versi-versi lama.

Satu seri Instinct terbaru adalah seri Hunt, di mana Predator jadi bagian dari lini ini bersama tiga seri lainnya, yakni Adizero, Nitrocharge, dan 11pro. Seri ini sekaligus menutup perayaan 20 tahun Predator. Satu hal yang menarik dari seri Hunt adalah punya efek fluoresens alias sepatu ini bisa menyala dalam gelap.

Meski secara praktiknya sepakbola dimainkan dalam kondisi terang, tapi Adidas punya pertimbangan filosofis tersendiri soal ini. Makna dari efek ini adalah bahwa sepatu ini ditujukan untuk para pemain yang selalu siap beraksi meski tengah dalam 'atmosfer mendung' atau 'gelap'.

Patut diketahui bahwa Indonesia turut menjadi bagian sejarah besar Predator. Karena selama 20 tahun perjalanannya, sepatu yang mengiringi langkah sukses sosok semacam David Beckham, Zinedine Zidane, Andres Iniesta, Robin van Persie, Gareth Bale, dan Lionel Messi ini dibuat di tanah air.



Sebagai bentuk terima kasih terhadap Indonesia, baru-baru ini Adidas mengumumkan lima talenta muda pemenang kampanye Predator Hunt, di mana Beckenbauer turut hadir langsung. Para pemenang ini akan mendapatkan pelatihan di Chelsea FC Soccer School Indonesia selama satu tahun plus fasilitas perlengkapan dari Adidas senilai 25 juta rupiah.

"Adidas sebagai pemimpin dalam industri penyedia produk olahraga dengan gembira merayakan sejarah panjang adidas dengan Indonesia," kata Herman Seet, Senior Manager Category Merchandising Football for Adidas South East Asia and Pacific.

"Predator merupakan contoh utama komitmen berkelanjutan adidas untuk terus mendukung atlet agar menjadi lebih baik dan dalam kesempatan ini, kami mencoba untuk menangkap momen berharga ini dengan mempersembahkan sepatu bola ikonik kami kepada lima pemenang Predator Hunt."

"Ini sebagai simbol dukungan kepada perjalan mereka menuju puncak serta dukungan terhadap anak-anak Indonesia yang akan menjadi pemain bola masa depan," demikian dia.

====

*ditulis oleh @EkiArdito

(raw/roz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads