Tio Nugroho, dari Model Betah jadi Presenter Sepakbola

Tio Nugroho, dari Model Betah jadi Presenter Sepakbola

- Sepakbola
Selasa, 04 Feb 2014 17:40 WIB
Jakarta -

Roda kehidupan Tio Nugroho berputar tak seperti kehendak orang tua. Sepakbola mengantarkan dia menjadi presenter sepakbola papan atas tanah air. Siapa nyana, dia pernah disentil anak kelas 1 Sekolah Dasar karena lupa nama pelatih.

"Baru sekali itu saya ke negeri orang dan dijemput limousine. Saya benar-benar terkejut dengan apresiasi yang diberikan Valencia," kenang pria berambut cepak dan berkacamata itu.

Tio Nugroho, pria berambut pendek dan berkaca mata itu pun ketagihan menjadi promotor tim-tim sepakbola. Satu usaha pribadi dibangun: Sport 10 Event. Usaha sebelumnya, My Event ditinggalkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bumbu konflik saat mendatangkan Chelsea tak mengurangi keinginan dia untuk melaju di bisnis tersebut. "Saya ingin jadi promotor yang fokus menangani klub-klub sepakbola," kata Tio dalam obrolan dengan detiksport di Energy Cafe, Jakarta, Selasa (4/2/2014).

Sepakbola memang kadung melekat pada kehidupan pria kelahiran Jakarta 24 Desember 1977 itu. Maklum, sejak 1999 alias 15 tahun lalu Tio rajin membawakan acara sepakbola.

Padahal kalau dirunut sepakbola tak pernah dimainkan Tio. Dia justru lebih akrab sebagai playmaker basket dengan pengalaman yang lumayan. Dia bisa menembus tim Porda Jawa Barat.

Keakraban dengan sepakbola dimulai dari tayangan langsung Bundesliga dan Serie dari TVRI. Kemudian berlanjut dengan RCTI yang mulai meramaikan tayangan televisi dengan pertandingan sepakbola.

Plus, seperti kebanyakan lajang yang mempunyai banyak waktu luang, Tio yang berstatus mahasiswa Teknik Sipil, Universitas Parahyangan, Bandung, getol memainkan gim Champions Manager.

Saat menjadi mahasiswa itulah jalan menjadi selebritas terbuka. Bukan ujug-ujug jadi presenter sepakbola, Tio mengawali juara model Priangan 1997. Sejak itu wajahnya wara-wiri sebagai model sampul majalah. Popularitasnya meroket di kalangan ABG saat Tio mengisi sampul Aneka Yess, majalah yang digandrungi anak muda waktu itu.

Eh, kebetulan RCTI membuka casting presenter acara sepakbola. Pede dengan kemampuan yang dimiliki, Tio coba-coba melamar. "Ngeper juga ada 100 orang yang ikut casting. Suatu hari saya dikabari kalau lolos, nggak nyadar saya kencing di celana saking senangnya," kenang fans berat AS Roma itu.

Rupanya, lolos casting tak serta-merta membuat jalan nongol di televisi jadi mudah. Tio masih harus mengikuti pendidikan presenter selama enam bulan. Sebagai anak baru dan masih marak jaman-jaman perploncoan pun dirasakan Tio. Namun, semua dilakoni dengan sukses hingga para senior meluluskan dia tampil di televisi membawakan acara live.

Gugup dan gembira berlanjut ketika akan tampil di depan kamera. "Saya kabari semua orang kalau saya mau tampil di televisi. Pacar, orang tua, saudara, teman-teman kampus saya telpon buat nonton. Modal sedikitlah waktu itu kan musimnya telepon koin," kata pria yang mempunyai tujuh anjing kesayangan itu.

Seiring berjalannya waktu, koin-koin recehan itu pun berkembang menjadi tawaran job sana-sini. Tio laris manis sebagai pemain sinetron. Tujuh tahun lamanya dia akrab dengan dengan pengambilan gambar untuk sinetron dengan ini dan judul itu.

"Lama-lama saya berpikir, dunia saya bukan di sinetron. Saya harus fokus di sepakbola. Saya tak bisa menjadikan sepakbola sebagai sampingan," kata Tio. "Lagipula di sepakbola makin berumur makin dihargai dengan nominal tinggi. Sebaliknya, sebagai pemain sinetron akan kian menurun kalau kian tua," tegas dia.

Apalagi ada momen yang tak akan dilupakan dia. Pagi hari seusai dia membawakan siaran langsung sebuah pertandingan, Tio disapa anak kecil yang ada di kompleks rumahnya. "Om semalam salah sebut nama pelatih," ujar Tio menirukan bocah kelas 1 Sekolah Dasar itu.

"Muka saya seperti ditempeleng. Panas!" kenang dia. Tekad Tio pun kian bulat. Dia memutuskan berhenti sebagai pemain sinetron dan fokus sebagai presenter sepakbola.

"Delapan jam setiap hari, dari Senin sampai Jumat, saya browsing tentang sepakbola. Saya tidak mungkin tampil apa adanya. Saya harus tampil dengan bekal," ujar dia.

Kerja keras Tio berbuah manis. Tio tak perlu bersusah payah ikut casting lagi, tapi sebaliknya tawaran kepadanya membanjir.

"Agar semakin lekat dengan brand sepakbola, saya bangun lapangan futsal di Yogyakarta dan Jakarta," jelas pria berkacamata itu. Selain itu Tio kerap diminta menjadi dosen tamu di sejumlah perguruan tinggi yang mempunyai jurusan broadcasting.

Kini tinggal satu cita-cita yang berlum tergapai. "Saya ingin mendirikan sekolah presenter khusus sport," kata dia.

"Saya ingin menularkan ilmu yang saya miliki. Bisa kan saya bilang tak banyak presenter olahraga yang benar-benar menguasai sport dan sepakbola. Yang benar-benar fans, bukan hanya tahu dan ngefans pemain karena gantengnya saja," ujar anak kedua dari tiga bersaudara itu.

Selain itu Tio juga ingin memberi pembuktian kepada orang tuanya jika hanya lulus S1 bukanlah keputusan yang salah. Maklum, ayahnya, Ignatius Sridianto yang lulusan S3 dan pensiunan Departemen Keuangan dan ibundanya Veronica Nining yang lulusan S2, pernah mengungkapkan ketidaksukaan atas profesinya sebagai selebritas.

"Akhirnya orang tua dan keluarga memberi restu tapi buat saya pribadi saya ingin membuktikan kalau jalan yang saya pilih tidak salah. Saya bisa sukses dengan cara saya sendiri," ujar dia.

Ya, Tio memilih cara yang mungkin bikin iri banyak orang sekarang. Dia bekerja sesuai hobi yang sudah lama digeluti. Jadi presenter, juga penulis artikel sepakbola seperti host favoritnya, John Dykes.

Dengan BeIN Sports, ada yang membocorkan bayarannya tak lagi rupiah tapi dolar. Tio juga dianggap tamu istimewa di Valencia. Mungkin juga akan dianggap sebagai tamu istimewa di klub-klub sepakbola lainnya.



Ada satu tokoh lain lain yang menjadi inspirator Tio. Dia bos Queens Park Rangers yang juga pemilik Air Asia, Tony Fernandes.

"Saya ketemu dia dan langsung minta foto bareng. Norak ya norak deh. Tapi saya tak akan lupa dengan perlakuan dia kepada anak buahnya. Prinsipnya juga sangat bagus: cintailah anak buahmu sebelum mencintai konsumenmu," tukas dia.
Β 



Baca artikel @t10nugroho di subkanal About The Game ~ detiksport:
Transformasi Giallorossi
Sihir The Saints
Menunggu Kehebatan Sebenarnya David Moyes

(fem/a2s)

Hide Ads