Ketika terjadi musibah jatuhnya pesawat Lion Air JT610 di perairan Karawang, Jawa Barat pada Jumat 28 Desember 2018 lalu sosok Marsekal Madya Muhammad Syaugi adalah yang paling dinanti. M Syaugi adalah Basarnas. Dari dialah kabar tentang proses evakuasi penumpang korban jatuhnya Lion Air JT610 diumumkan.
Seperti apa sosok M Syaugi?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya, itu karena dulu ndak ada yang mau saja," kata Syaugi kepada Tim Blak-blakan detikcom, Senin, 26 November 2018.
Baca juga: Anthony Ginting Tutuplah Tahun dengan Manis |
Memimpin Basarnas dengan alat dan SDM terbatas namun tugas tak ringan, membuat Syaugi harus bekerja keras. Bukan hanya saat evakuasi namun juga untuk membangun kesolidan tim.
Dia memiliki cara unik membangun kekompakan tim. Salah satunya dengan bermain sepak bola. Kebetulan Syaugi hobi memainkan si kulit bundar. Ada alasan khusus sehingga dia suka sepak bola.
Menurut dia dalam olahraga yang dimainkan 11 orang di satu tim ini terdapat filosofi team work yang kuat dan butuh kerja sama. Filosofi lainnya, olah raga ini bisa dimainkan dari strata paling tinggi hingga terendah.
Melalui olah raga sepak bola, Syaugi melanjutkan, dia dan stafnya bisa menyatu. Mereka jadi tahu kekuatan masing-masing tim. Ada yang bisa bermain 5 menit, 10 menit atau lebih. Ada juga yang bisa nendang terukur setelah menerima umpan, ada juga yang tak kuat lari.
"Itu akhirnya menyatu di antara kita ini karena mereka bekerja tidak selalu happy setiap hari ada kekecewaan tapi bisa diekspresikan di lapangan bisa dia teriak menendang bola yang jauh sehingga harapan saya setelah olahraga itu mereka bisa fresh lagi bekerja setia kawan dan kesulitan ini makin tinggi," ujar Syaugi.
Sebagai penggemar sepak bola, Real Madrid menjadi tim favorit Syaugi. Tapi, saat Ronaldo masih main di tim Los Blancos tersebut.
"Saya senangnya Real Madrid, saya senang apalagi pada waktu ada Ronaldo larinya cepat tendangan yang mengerikan. Waktu Ronaldo sudah pindah, saya tidak tahu lagi suka klub apa tapi sekarang karena masuk Juventus saya pikir kurang," kata dia.
(erd/fem)