Ketika Pesepakbola Transgender Melawan Stigma Negatif

Ketika Pesepakbola Transgender Melawan Stigma Negatif

Yanu Arifin - Sepakbola
Senin, 04 Mei 2020 21:00 WIB
Argentine football player Mara Gomez poses for a photo before the start of a training session with her first division womens football team, Villa San Carlos, in La Plata, Argentina, on February 14, 2020. - Gomez, a transgender woman, was waiting to get the official authorization from the Argentina Football Association (AFA) to compete in the womens first division football tournament before the new coronavirus outbreak. (Photo by JUAN MABROMATA / AFP)
Mara Gomez. (Foto: JUAN MABROMATA / AFP)
Buenos Aires -

Diskriminasi kerap dialami para transgender. Ada kisah tentang pesepakbola transpuan dan trans laki-laki berjuang melawan stigma negatif di lapangan hijau.

Adalah Mara Gomez, pemain Villa San Carlos. Ia bercerita bagaimana sepakbola membantunya melewati masa-masa sulit karena pilihan hidupnya.

Gomez bermain sepakbola sejak usia 15 tahun. Ia mengaku kerap dilecehkan karena berganti identitas, dari yang sebelumnya seorang laki-laki. Ya, Gomez memilih menjadi seorang transpuan.

"Ketika saya mulai bermain, ada banyak diskriminasi, pengucilan, pelecehan, dan pelecehan verbal di jalanan dan sekolah," kata Gomez.

Gomez bermain usai atas dasar dorongan tetangganya. Kini, ia menjadi salah satu pemain berbahaya di La plata, yang membuatnya direkrut Villa San Carlos. "Sepak bola seperti terapi bagi saya," kata Gomez kepada AFP.

Pelatih Gomez, Juan Cruz Vitale, ikut memujinya. Juan bahkan mematahkan stigma bahwa laki-laki selalu punya kekuatan fisik yang lebih baik.

"Dia cepat dan sangat bagus dalam menendang ke gawang. Tidak seperti apa yang dipikirkan orang dan media, dia tidak sekuat itu. Saya punya sejumlah gadis yang lebih kuat, dan meskipun dia cepat, saya memiliki gadis yang lebih cepat," katanya.

"Dia cerdas dan belajar dengan cepat. Dia bisa mencetak gol, yang memang kurang bisa kami lakukan," jelasnya.

Juan berharap bisa mendaftarkan Gomez usai pandemi corona berakhir. "Ada undang-undang tentang identitas gender yang tidak bisa dilewati. Kami yakin dia akan menjadi bintang," kata Juan.


Berbeda dengan Marcos Rojo, yang mengubah gendernya dari perempuan ke laki-laki. Pada 2020, ia resmi bermain di tim putra sebagai trans laki-laki.

Rojo, yang baru berusia 20 tahun, bermain di klub Union del Suburbio. Ia mengaku bisa mengekspresikan dirinya sebebas mungkin lewat sepakbola.

"Saya ingin membuat perubahan di surat-surat resmi saya, karena saya selalu ingin bermain dengan para pria. Sejak saya masih kecil, saya merasa salah satu dari mereka," kata Rojo.

"Sepakbola adalah langkah besar bagi saya karena itu adalah hal yang selalu saya cari, apa yang saya inginkan. Dukungan tim untuk perubahan ini sangat berarti," ungkapnya.

Sebastian Rajoy, Presiden Union del Suburbio, mengatakan bahwa setiap orang memiliki hak untuk bermain olahraga. Ia pun menilai Union hanya coba menerapkan prinsip tersebut.

"Klub-klub yang terpinggirkan adalah yang menawarkan kesempatan. Seseorang harus mengambil langkah pertama, dan dalam hal ini adalah kami," katanya.


Hide Ads