Curhatan Adriano

Curhatan Adriano

Randy Prasatya - Sepakbola
Kamis, 14 Nov 2024 08:00 WIB
Inter Milans forward Adriano of Brasil watches the ball against AS Roma during their Series A football match at Milans San Siro Stadium on March 1, 2009. AFP PHOTO / Filippo MONTEFORTE / AFP PHOTO / FILIPPO MONTEFORTE
Foto: Filippo Monteforte/AFP Photo
Jakarta -

Adriano mengakui bahwa dirinya adalah pemabuk. Begini kata mantan pemain Inter Milan itu.

Adriano adalah striker yang digadang-gadang bakal menjadi penerus Ronaldo. Di usia yang masih 19 tahun kala itu, Adriano punya kekuatan fisik yang oke dan tembakan yahud.

Namun, perjalanannya di dunia sepakbola dan pada kehidupan sehari-harinya tak muda. Dia mengalami depresi dan sempat mabuk-mabukan parah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adriano kini sudah berusia 42 tahun. Striker yang pernah bermain untuk Fiorentina dan Parma itu membagikan kisahnya untuk Thr Players' Tribune.

Adriano sangat mencintai kampung halamannya di Rio de Janeiro yang dikenal sebagai Favela. Di sana Adriano selalu mendapatkan ketenangan.

ADVERTISEMENT

"Banyak orang tidak mengerti mengapa saya meninggalkan kejayaan stadion untuk duduk di lingkungan lama saya, minum sampai mabuk."

"Karena pada suatu titik saya menginginkannya, dan itu adalah jenis keputusan yang sulit untuk ditarik kembali. Ketika saya melarikan diri dari Inter dan meninggalkan Italia, saya datang dan bersembunyi di sini."

Adriano menjelaskan bahwa tidak akan ada yang bisa menemukannya selama di Favela. Orang-orang di sana punya ikatan yang baik dan bakal saling melindungi.

"Pers Italia menjadi heboh. Polisi Rio bahkan melakukan operasi untuk menyelamatkan saya. Mereka mengatakan saya telah diculik. Anda bercanda, kan? Bayangkan jika ada orang yang akan mencelakai saya di sini ... saya, anak Favela."

"Mereka tidak mengerti mengapa saya pergi ke favela. Bukan karena minum-minum, atau wanita, apalagi karena narkoba. Itu untuk kebebasan. Itu karena saya menginginkan kedamaian. Saya ingin hidup. Saya ingin menjadi manusia lagi."

"Saya mencoba melakukan apa yang mereka inginkan. Saya bernegosiasi dengan Roberto Mancini. Saya berusaha keras dengan Jose Mourinho. Saya menangis di bahu Moratti. Namun, saya tidak dapat melakukan apa yang mereka minta."

"Saya tetap sehat selama beberapa minggu, menghindari minuman keras, berlatih seperti kuda, tetapi selalu ada kekambuhan. Berulang kali. Semua orang mengecam saya. Saya tidak tahan lagi."




(ran/raw)

Hide Ads