Ravi beberapa hari lalu dinyatakan lulus tes tentara. Dia akan segera memulai pendidikan tentara dengan masuk karantina di Rindam 3 Siliwangi, Bandung.
Mantan kiper tim nasional U-19 itu tidak sendiri. Setidaknya ada enam eks pemain timnas u-23 lain yang mengikuti tes TNI dan juga lolos melalui jalur khusus pesepakbola. Mereka yang akan ikut pengemblengan selama tujuh bulan tersebut adalah Manahati Lestusen, Dimas Drajad, M Abduh Lestaluhu, Wawan Febriyanto, Ahmad Noviandani, dan Teguh Amirudin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, menyebut perekrutan pemain bola dilakukan untuk mengantisipasi atlet yang tak terurus di hari tua. Setelah pensiun sebagai pemain mereka dapat memilih di satuan mana ingin ditempatkan.
Sementara itu, KSAD Mulyono menjelaskan Ravi dkk akan dilatih layaknya latihan dasar Sekolah Calon Bintara (Secaba) selama 7 bulan. Setelah masa pelatihan selesai, mereka akan kembali bermain bola.
"Jadi ini merupakan wadah untuk menghargai prestasi mereka. Ibaratnya ada jaminan purna itu. Tapi tetap harus memenuhi persyaratan TNI," ucap Panglima.
Maulwi Saelan, Penjaga Gawang dan Penjaga Soekarno
Berpindah dari lapangan hijau ke barak bukan fenomena baru di Indonesia. Kalau ada sosok besar yang bisa dianggap sebagai pelopor, maka dia adalah Maulwi Saelan.
Sejak kecil Saelan punya keinginan besar untuk memberi kontribusi buat negaranya melalui bidang olahraga. Semua bermula saat dia menyaksikan film Jesse Owens, seorang pelari asal Amerika Serikat yang meraih empat emas di Olimpiade Berlin 1936.
Saelan harus menunggu lama untuk dapat kesempatan mewujudkan mimpinya. Tepatnya pada November 1956 saat dia memperkuat tim nasional Indonesia tampil di Olimpiade Melbourne. Berposisi sebagai kiper, Saelan tampil heroik karena Indonesia bisa mengimbangi Uni Soviet tanpa gol di babak perempatfinal. Itu prestasi besar karena Uni Soviet merupakan salah satu tim terkuat dunia saat itu.
Lahir di Makassar, 8 Agustus 1928, Saelan juga seorang pejuang. Di tanah kelahirannya dia sudah angkat senjata sejak masih duduk di bangku sekolah.
Prestasi Saelan di Olimpiade 1956 didengar juga oleh Presiden Soekarno. Setelah beberapa kali bertemu, Soekarno dipanggil untuk mengisi jabatan staff saat Resimen Tjakrabirawa dibentuk. Dia kemudian dapat promosi menjadi Wakil Komandan. Setelahnya, mulai 1966, Saelan menjadi ajudan Soekarno dan menemani proklamator Indonesia itu sampai meninggalkan Istana.
RD, Kapten AL di Pinggir Lapangan
Karier sepakbola Rahmad Darmawan dimulai sebagai atlet PON Lampung. Setelah terpilih sebagai penggawa timnas U-23 dan bergabung di tim nasional senior untuk SEA Games 1989, Rahmad Darmawan dapat tawaran masuk PS ABRI. Pria kelahiran 26 November 1966 itu masuk sekolah perwira militer wajib di Matra Laut.
RD ketika itu ditawari oleh Asisten Operasi Mabes TNI, E.A Mangindaan, untuk bergabung menjadi perwira TNI. Ketika itu ABRI sedang membentuk PS ABRI Galatama, sehingga banyak mencari pemain sepakbola untuk direkrut menjadi prajurit TNI. RD dengan cepat menjawab iya karena dia sedari kecil bercita-cita menjadi KKO (Marinir).
Berbekal ijazah kepelatihan dari Fakultas Pendidikan Olah Raga Kesehatan IKIP Jakarta tahun 1990, RD memutuskan untuk memperdalam ilmunya. Dia mulai mengambil kursus kepelatihan C, B dan A License AFC. Tak berhenti sampai di situ, Rahmad juga menimba ilmu lagi melalui COnditioning Coach of Football di Malaysia pada 2003. Pada 2004, Rahmad kembali terbang ke Jerman untuk mengikuti Internasional Coaching Coach.
Tim-tim yang pernah dia latih di antaranya adalah Timnas Indonesia tahun 2002 (asisten pelatih), Persikota Tanggerang, Persipura Jayapura, Persija Jakarta, Sriwijawa FC, Asisten Pelatih Timnas (pra-Piala Dunia 2014) dan Pelatih Timnas U-23 (2011).
Agung Supriyanto dan Handi Ramdhan
Tak seperti rekan-rekannya yang lebih dulu jadi pesepakbola kemudian pindah ke barak, Agung Supriyanto justru lebih dulu dikenal sebagai anggota tentara.
Usai menuntaskan pendidikan SMA 1 Jepara, Agung dapat tawaran masuk TNI AD khusus lewat jalur Sepakbola. Kesempatan itu tidak dia sia-siakan, dia lolos seleksi di Semarang dan jadi salah satu dari 16 Peserta yang lolos Tes masuk TNI AD dari Jawa Tengah.
Proses seleksi lanjutan yang dilansungkan di Bandung juga dia tuntaskan dengan mengesankan. Agung jadi salah satu dari 30 orang yang lolos seleksi dari seluruh Indonesia. Dia kemudian menempuh pendidikan TNI AD selama 18 bulan, untuk kemudian ditawari Danurwindo bermain untuk Peserikatan Paguyuban Sepakbola Magelang. Danurwindo jugalah yang kemudian merekomendasikan Agung ikut seleksi timnas U-23, di mana dia akhirnya terpilih masuk skuat besutan Aji Santoso.
Soal bakat sepakbola, Agung sudah menunjukkan minatnya sejak kelas 2 SD, saat dia masuh sekolah sepakbola. Saat bersekolah di SMA I Jepara Agung juga berulang kali memperkuat sekolahnya di berbagai kejuaraan.
Agung kini berpangkat Sersan Dua. Dia berdinas di Pusat Polisi Militer (Puspom), Jakarta.
Dari angkatan udara, ada nama Handi Ramdhan yang juga malang melintang di atas lapangan hijau. Ramdhan saat ini sudah berpangkat Sersan Dua di TNI Angkatan Udara.
Dari kesatuan Polri ada nama Made Wirahadi. Pesepakbola yang sempat memperkuat Persiba Bantul dan Pelita Jaya itu sempat bertugas di Polresta Tangerang.
(mcy/din)