Anak-anak ini Ingin Jadi Pemain Timnas

Anak-anak ini Ingin Jadi Pemain Timnas

- Sepakbola
Rabu, 18 Jul 2012 19:09 WIB
detiksport/a2s
Selangor - Anak-anak ini menangis terisak-isak ketika kalah dari Thailand dan gagal ke semifinal. Tapi di usia yang masih muda mereka sudah "terhipnotis" dengan cita-cita menjadi pemain bola dan pemain timnas.

"Kamu sudah dari kapan main bola?"
"Dari kelas 2 SD, Om."
"Memangnya kamu beneran mau jadi pemain bola?"
"Beneran, Om!"
"Nggak ada cita-cita lain?"
"Pokoknya, saya pengen jadi pemain bola."
"Jadi pemain timnas juga.”
"Ya iyalah, Om. Pasti mau."

Obrolan singkat itu terjadi antara detiksport dengan Asnawi Mangku Alam Bahar, bocah 13 tahun asal Makassar, yang bersama 17 teman-teman sebayanya terpilih mewakili tim Indonesia di turnamen Yamaha ASEAN U-13 Cup di Sadion Petaling Jaya, Kelana Jaya, Selangor, Malaysia, 13-15 Juli.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak cuma Asnawi -- ia pernah pula masuk tim Indonesia yang mengikutip Danone Cup 2011 di Santiago Bernabeu, Madrid, Spanyol -- 17 rekannya yang lain juga umumnya mengaku sudah "memutuskan" tekad untuk menjadi pemain sepakbola.

Dari penilaian detiksport saat menyaksikan mereka di lapangan, di usia yang masih muda, mereka punya teknik dasar dan skill yang bagus. Fisik mereka juga mulai terasah. Paling tidak, itu terlihat dari kemampuan mereka bermain dua hari berturut-turut, bahkan hanya dalam selang waktu 13 jam.

Para remaja ini memainkan laga pertamanya di hari Jumat (13/7) jam 21.00, waktu setempat, lalu turun lagi keesokan harinya jam 10.30. Satu pertandingan berdurasi 2 X 30 menit.

"Kalian tidak capek main dua hari berturut-turut?"
"Nggak tuh . Eh, ada sedikit sih, tapi kita masih bisa kok. Tapi kita 'kan training camp satu bulan. Setiap hari kami latihan dua kali," jawab Asril, bocah asal Makassar, yang bermain sebagai playmaker.

Pemain-pemain muda ini -- umumnya kulit wajah mereka "menggelap", mungkin karena keseringan main di bawah terik matahari -- diambil dari kompetisi yang diadakan Yamaha Indonesia di delapan kota. Mereka semuanya adalah siswa di Sekolah Sepak Bola (SSB) di daerahnya masing-masing).

"Saya main bola setiap hari. Di SSB maupun sama teman-teman di lingkungan rumah," cetus Raditya Ari Pradana, penyerang bernomor punggung 10, yang tampangnya mirip bintang Brasil, Neymar.

"Keluarga dan sekolah mendukung, mereka ikut bangga kami bisa mewakili Indonesia di turnamen ini. Sekolah juga kasih kita dispensasi, misalnya ujian susulan," terang Muhammad Firman, striker bernomor 11, asal Semarang.

Ditanya apa harapan mereka ke depan, Dandy Iqbal Saputro mengaku ingin mendapatkan lebih banyak kesempatan serupa, sehingga ia dan rekan-rekan sebayanya di seluruh nusantara bisa meniti karier sebagai pemain bola yang lebih mudah.

"Harapan kita, PSSI mengadakan seleksi bukan hanya di Jakarta, melainkan di seluruh daerah biar anak-anak dari tempat terpencil juga bisa ikut dan punya kesempatan. Juga lebih sering diadakan kompetisi buat kita-kita yang masih muda-muda ini, Om," tutur Dandy, salah satu dari dua kiper di tim tersebut.

Selain pengalaman baru di lapangan, bocah-bocah ini juga belajar menjadi sebuah tim di luar lapangan. Menurut pelatih Rohmat Namung, sedari awal ia menerapkan prinsip "semua dilakukan secara berjamaah”".

"Dari training camp kita biasakan anak-anak makan bareng, kalau sudah jam tidur, semua harus masuk kamar sama-sama. Salat pun saya terapkan berjamaah, 5 waktu sehari," ungkap Rohmat.

Kebiasaan itu terus dilakoni selama di Malaysia. Subuh jam 5 pagi, misalnya, mereka sudah bangun mungkin lebih awal dibanding tetamu hotel yang lain untuk salat berjamaah, dipimpin pelatih, di selasar hotel.

Ke mana-mana mereka selalu mengenakan jersey atau training dengan tulisan "Indonesia" di bagian belakang. Sebelum dan setelah latihan dan bertanding, mereka selalu berdoa bersama, dipimpin oleh kapten, Fafa Muhammad Zuhud.

"Seneng banget, Om, ketemu dan bisa tambah kenalan teman-teman dari daerah. Kita gak adalah masalah. Kalau ada yang sedih atau kangen rumah, kami akan ajak mereka bercanda supaya bisa ketawa-tawa lagi," tutur Dandy.

Selama di Malaysia, sebagian besar dari mereka tidak sempat berkomunikasi dengan keluarganya di daerah masing-masing.

"Kangen banget," ujar Rachmat Irianto, bek tengah yang juga anak mantan pemain nasional 'Bejo' Sugiantoro. "Kita pada belum SMS orangtua, soalnya memang tidak buka roaming internasional, hehehe.."

Di lapangan, setelah bermain imbang 1-1 melawan tuan rumah Malaysia Yellow, tim Yamaha Indonesia U-13 kalah 0-1 dari Thailand. Gol yang menghanguskan peluang ke babak semifinal lahir dari tendangan penalti di 10 menit terakhir.

Usai kalah dari Thailand, sebagian anak-anak gusar karena menganggap wasit tidak fair saat memutuskan mengulang tendangan penalti yang sebenarnya bisa diblok sang kiper, Dandy. Mereka ada yang menendang-nendang kursi bench dan mengeluarkan bahasa tubuh kesal.

Tapi sejurus kemudian, mereka menangis tersedu-sedu, terisak-isak di pojok bench, atau terhenyak rebah di rumput. Mereka sudah tahu persis apa rasanya kalah. Manajer dan pelatih pun menghibur mereka, membesarkan hati mereka yang sudah berusaha sebaik mungkin, memeras keringat dan kemampuan untuk jersey merah-putih yang mereka kenakan.

"Buat Bapak, kalian tidak gagal. Bapak kagum pada perjuangan kalian. Pak Djohar Arifin (ketua umum PSSI) berjanji akan memasukkan pemain-pemain terbaik dari Yamaha Indonesia ke akademi yang sedang dibuat oleh PSSI," demikian kalimat penyemangat dari juru bicara PSSI, Eddi Elison, yang sempat menyaksikan langsung pertandingan Fafa cs melawan Thailand, Sabtu (14/7).



Setelah langkah mereka terhenti -- Thailand kemudian jadi juara, Malaysia Yellow runner-up -- anak-anak itu pun memanfaatkan waktu dan menghibur diri dengan berjalan-jalan ke Menara Kembar Petronas, dan juga rekreasi Water Park Sunway Lagoon.

Senin petang mereka terbang pulang ke Jakarta, Selasa siang "berpamitan" ke markas PSSI, dan setelah itu kembali ke rumah masing-masing, tentu saja dengan pengalaman yang takkan terlupakan.

"Kita sudah tukeran nomor handphone, juga Facebook. Nanti foto-fotonya jangan lupa di-tag ke facebook kita ya," pinta anak-anak itu kepada detiksport, saat hendak berpisah di Bandara Soekarno-Hatta.

Semoga cita-cita kalian untuk jadi pemain bola dan pemain timnas yang baik bisa terlaksana, Dik. Teruslah mengasah diri.



Foto-foto tim Indonesia di Yamaha ASEAN U-13 Cup 2012
Cerita Tak Terlupakan 'Garuda Cilik' di Negeri Jiran
Jangan Sedih, Dik, Kalian Sudah Berusaha
Indonesia Terhenti di Babak Grup
Aksi 'Garuda Cilik' Lawan Malaysia
Bersiap Bela Negara di Usia Muda
'Garuda Cilik' Siap Tempur di Malaysia



(a2s/din)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads