Dituturkan pemain asal Kamerun itu, sisa gajinya selama tujuh bulan di Arema Indonesia hingga kini belum dilunasi. Ironisnya, Arema baru saja menambah skuatnya dengan membeli pemain baru, yaitu Cristian 'El Loco' Gonzales.
Seme tak pernah diam atas penundaan itu. Ia mengaku sudah belasan kali menagih kepada manajemen klub "Singo Edan". Bahkan ia sempat mengeluhkan nasibnya itu kepada FIFA, tapi tak ada respon nyata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seme mengungkapkan, tunggakan gaji itu terhitung saat dirinya bergabung dengan Arema di kompetisi ISL 2011-2012. Pemain kelahiran Dovala, Kamerun, ini dibandrol sebesar Rp 850 juta selama satu musim sejak 1 Desember 2011 sampai 30 November 2012.
Manajemen Arema memberikan uang muka (DP) sebesar Rp 212 juta atau 25 persen sesuai kesepakatan dalam kontrak. "DP dikasih 25 persen dan itu dicicil, bukan langsung," cerita pemain berusia 31 tahun ini.
Karena ingin meniti karier, Seme mengiyakan kontrak itu tanpa memiliki prasangka buruk bahwa gajinya bakal tersendat.
Selama dua bulan bergabung Seme masih menerima gaji, sisa dari nilai kontrak sebesar Rp 53 juta per bulan. Namun, menginjak bulan keempat (Maret -- red) sampai kontrak berakhir, manajemen hanya bisa mencicil gaji dengan nilai tidak penuh.
"Selanjutnya tak digaji, dengan dalih kondisi finansial," ucap Seme, yang setelah memeluk Islam memiliki nama baru 'Mohammad Iqbal' itu.
Total gaji Seme belum terbayarkan mencapai Rp 379 juta. Jumlah itu sangatlah besar dan penting bagi Seme, mengingat dirinya sudah berumah tangga. Ia menikahi perempuan Indonesia bernama Anggi Anggraeni Lenita dan mereka telah memiliki satu putri yang kini berumur dua tahun lebih.
"Itu kan hak saya, kenapa dipersulit untuk memintanya," keluh Seme.
Menurut Seme kondisi ini bukan hanya dialaminya, tapi hampir seluruh pemain merumput di tanah air. Entah apa penyebabnya, bagi dia ini merupakan potret buruk sepakbola tanah air. "Orang dengar Indonesia, sangat tidak heran dengan kondisi seperti ini," paparnya.
Pemain Kelahiran 2 Febuari 1981 ini tidak habis berpikir, organisasi sekelas FIFA pun kesulitan dan enggan menyelesaikan permasalahan yang menjerat pemain di tanah air. "Saya heran, dan semakin pusing dengan kondisi ini."
Kini Seme belum memiliki kontrak dengan klub sepakbola manapun, setelah dicoret Arema musim lalu. "Saya merasa pantas diperpanjang, bermain full satu musim, top skorer di Arema. Tapi kenapa diputus?" sesal dia.
Ditanya apakah terus bertahan di Indonesia, Seme dengan tegas menjawab iya. Sebab, dirinya sudah menikahi warga Indonesia dan tengah mengurus dokumen menjadi WNI.
"Mudah-mudahan Anda hadir di sini bisa memecahkan masalah saya alami," harap Seme.
Seme juga menceritakan perjalanan hidupnya hingga terkatung-katung di Kota Malang. Semenjak usia remaja, Seme sangat berkeinginan bermain di Benua Eropa. Bermodal pernah menyabet tiga kali pemain belakang terbaik di Kamerun, Seme nekat bersaing masuk sebagai pemain di klub Eropa.
"Sayang, pengalaman saya kurang, jadi selalu gagal dalam seleksi," ceritanya.
Di tahun 2004 Seme mendapat tawaran bermain bola di Indonesia. Kabar itu dia terima dari rekannya di Kamerun. "Tapi waktu itu saya tolak, karena masih ingin bermain di Eropa."
Selama itu, Seme eksis memperkuat tim nasional Kamerun sejak U-18 hingga senior. Terakhir ia merumput bersama Kamerun pada pra kualifikasi Piala Dunia Tahun 2006.
Karier tak menentu membuat Seme menerima tawaran kedua kali bermain di Indonesia. "Akhirnya saya terima main di Indonesia. Saya gabung pertama dengan Persikabo Bogor," aku dia.

Keinginan mengembangkan karier di tanah air membutakan Seme membandrol harga tinggi dalam nilai kontrak. "Waktu itu saya dikontrak Rp 650 juta satu musim," terangnya.
Iklim sepakbola Indonesia membius Seme untuk bercita-cita langgeng merumput di klub tanah air. Sampai datang tawaran untuk bergabung dengan klub IPL, Persema Malang. "Saya minta mahal, ternyata diterima juga," kata Seme.
Selama dua musim, Seme bergabung memperkuat lini belakang Persema. Sampai tiba kekrisuhan sepakbola tanah air hingga lahir dua kompetisi.
"LPI awalnya bagus, tiba bulan ketiga bermain gaji molor bahkan sampai kini. Mereka (konsorsium -- Red) masih punya utang pada saya," sebut Seme.
Tawaran bergabung dengan Arema sempat melegakan Seme keluar dari belenggu finansial klub yang buruk. Namun ternyata hal itu kini malah membebani dirinya karena upah ratusan juta belum terbayarkan.

Manajemen Arema Indonesia mempersilahkan Seme untuk hadir langsung menyampaikan masalahnya kepada manajemen baru, untuk mencari solusi terbaik secara bersama-sama.
"Persoalan ini bisa diselesaikan dengan bertemu untuk berkomunikasi dengan pimpinan klub," tegas juru bicara Arema Indonesia Sudarmadji terpisah.
Soal Arema yang tak memperpanjang kontrak Seme, Sudarmadji menjawab, "Keputusan itu juga melibatkan pelatih, bukan kami (manajemen --red), saja."
Kisah lain seputar ini baca harian detik edisi pagi, 13 Desember 2012, bertajuk "Bukan Hujan Emas di Indonesia".
(a2s/krs)