Hal itulah yang dirasakan oleh sejumlah wartawan termasuk detiksport saat bertemu Nil Maizar di Padang saat meliput pertandingan Community Shield hari Minggu (10/2) lalu.
Setibanya kami di tanah Minang menjelang siang, lewat SMS saya mencoba mengabari Nil karena setahu kami ia sedang berada di kampung halamannya ini, setelah menjalani tugas memimpin pasukan "Garuda" menghadapi Irak di babak kualifikasi Piala Asia 2015 minggu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dan Nil Maizar tepat waktu. Sesuai yang dikatakan, jam segitu pula ia sudah sampai di hotel tempat kami akan menginap. Mengendarai sendiri mobilnya, berkaus hijau bercelana jeans abu-abu, coach Nil mendatangi kami. "Selamat datang di Padang," ucapnya sambil menyalami kami.
Setelah duduk-duduk sebentar di lobi, pria 43 tahun itu mengajak kami ke luar. Dengan gaya bicaranya yang khas ia mempromosikan sebuah tempat mencicipi es duren yang terkenal di kawasan bernama kampung China.
Karena mobilnya tak cukup untuk menampung semua, sebagian dari kami naik delman dan taksi. "Seru nih," ujar seorang kawan wartawan.
Tiba di tempat yang dituju, kami memesan dua meja. Nil pun menjadi tuan rumah yang ramah, sekaligus "pemandu wisata" buat kami.
"Di sini es duren paling enak dan lengkap. Kalian harus coba. Ayo, pesan sepuas kalian, pilih makanan yang kalian suka," ajaknya.
Sambil menikmati es duren yang memang sangat enak itu, kami ngobrol ngalor-ngidul. Nil juga mencoba bertanya-tanya kepada kami terkait banyak hal. Kami pun mencoba mengorek sedikit terkait timnas, karena beberapa hari lalu Ketua Umum PSSI Djohar Arifin sempat mengumumkan bahwa pihaknya telah merekrut pelatih baru timnas bernama Luis Manuel Blanco, walaupun kemudian diralatnya sendiri.
"Obrolan ini obrolan santai ya. Jangan ditulis," pesan Nil berseloroh.
Di tengah obrolan coach Nil terlihat menghubungi seseorang melalui telepon genggamnya. Dan ternyata, beberapa menit kemudian sang istri dan putri bungsunya datang dan bergabung dengan kami. Suasana pun semangat hangat karena Nil dan istrinya membuat kami merasa nyaman.
Sejam sebelum kickoff Community Shield jam 15.30 WIB, kami berpamitan karena harus bersiap menjalankan tugas. Tak disangka-sangka, Nil malah ingin ikut ke stadion. "Saya 'kan fans Semen Padang," candanya menyebut tim yang pernah ia besut itu.
Kami pun menuntaskan sesi es duren dan bergegas menuju Stadion H. Agus Salim. Saya diajak coach Nil bersama istrinya dan putrinya untuk satu mobil, sedangkan rekan-rekan lain menumpang mobil lain.
Sepanjang perjalanan, coach Nil banyak bercerita tentang kotanya itu. Sang istri yang duduk di bangku depan tepat di samping coach Nil pun banyak bicara dan sangat ramah.
"Kamu tinggal di Jakarta mana? Besok mampir ke rumah, jangan lupa. Cuma 20 menit kok, tidak jauh," ajak Mai Rosa, istri coach Nil kepada saya.
"Di sini banyak tempat wisata. Ada jam gadang, tapi jauh tiga jam dari sini. Banyak tempat-tempat bagus. Nanti ramai-ramai kita jalan-jalan ya," timpal Nil sambil menunjuk beberapa lokasi saat perjalanan menuju stadion.
Tiba di stadion, kami harus berpisah karena rombongan wartawan harus duduk di tempat khusus media. Nil dan keluarga duduk di bangku penonton. Seusai pertandingan kami berpisah: Nil pulang, kami kembali ke hotel.
Keesokan harinya Nil kembali mendatangi hotel kami. "Mumpung pesawat kalian sore, ayolah nikmati Padang. Kita wisata kuliner. Kita bersantap kepala kakap dulu. Kalian pasti suka," Nil berpromosi lagi. Kami tentu saja menyambut ajakan itu dengan suka cita.
Sisi lain dari seorang Nil Maizar pun kami dapatkan. Kami melanjutkan obrolan, bertukar cerita di tempat makan bernama Gulai Laut Karang.
"Masa depan itu dijemput, bukan ditunggu. Begitu juga dengan sepakbola, kita harus ikhlas melakukan yang terbaik buat Indonesia. Karena apabila kita melakukan itu dengan niat baik, maka hasilnya akan baik. Yang penting sabar dan ikhlas," begitu sebuah pesan Nil kepada kami.
"Kalau kita bersyukur, apapun yang kita jalankan akan sangat nikmat. Saya juga sering bicarakan hal ini kepada pemain agar mereka semangat saat latihan dan pertandingan," lanjut pelatih yang oleh para pemainnya dikenal sebagai motivator ulung itu.
Selama kami mengobrol, banyak pengunjung restoran yang melirik ke meja kami. Kemudian, setelah kami selesai makan, mereka dengan sopan meminta foto bareng sang pelatih. Nil dengan ramah melayani permintaan tersebut. Sesekali ia bercanda dengan mereka dengan menggunakan bahasa Padang. Seperti tidak ada jarak di antara mereka.
Sebelum kembali ke hotel untuk kami bersiap pulang ke Jakarta, Nil membawa kami ke pusat oleh-oleh khas Padang. Ia bahkan terus menemani kami sampai hotel, dan menunggu di lobi sampai kami selesai mengemasi barang-barang.
"Timnas akan segera pemusatan latihan untuk hadapi Arab Saudi. Saat ini saya sudah menyiapkan banyak program untuk disiapkan. Semoga persiapan kita jauh lebih matang," ucap Nil dengan santai, di perjalanan menuju bandara, karena ia bersikeras untuk mengantar kami sampai ke sana.
Sore itu akhirnya kami harus berpisah. Kami mengucapkan terima kasih pada Nil atas keramahannya menjadi tuan rumah buat kami.
"Kalau kalian ke Padang lagi, jangan lupa mampir ya," begitu ia berpesan sebelum kami masuk ke dalam terminal bandara.
Sampai jumpa lagi, Coach, dan selamat bertugas.
(ads/a2s)