Sedari bocah Akhmad Fauzi (20 tahun) sudah mengenal sepakbola. Semasa remaja ia pun masih menekuni sepakbola meski sempat tersandung narkoba. Sudah tak lagi menggunakan narkoba dan belajar disiplin dalam proses mengarungi Homeless World Cup, Fauzi kini mulai berharap bisa mewujudkan mimpi dan cita-citanya.
Pemuda yang tinggal di daerah Cibubur, Jakarta Timur, bersama keluarga besarnya itu mengaku sudah mulai bermain sepakbola sedari dirinya masih duduk di bangku kelas 1 SD. "Mulai nendang-nendang bola, kaca pecah. Lalu dimasukin ke sekolah bola," kisah Fauzi.
Akan tetapi, di jenjang SD itu pula Fauzi mulai mencoba-coba rokok, yang kemudian dilanjutkan dengan icip-icip minuman keras ketika dirinya masuk ke SMP. Semasa SMA ia pun berkenalan dengan narkoba. "SMA kenal narkoba, ganja, inex, dumolit. Orang rumah tahunya cuma minum dan rokok," kenangnya.
Bagusnya, pihak keluarganya tak tinggal diam. Salah satunya dengan bertindak antisipatif lewat larangan keluar rumah saat bertepatan dengan libur panjang, karena momen itu acapkali dipergunakan Fauzi untuk mabuk-mabukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masih menekuni sepakbola, plus futsal, Fauzi saat ini juga berkuliah di UKI berkat beasiswa. "Sekarang semester lima, ambil komunikasi karena jauh dari hitung-hitungan dan matematika," ceplosnya diiringi derai tawa.
Di dunia sepakbola, aku Fauzi, berbagai ajang pernah diikutinya. Ajakan mengikuti proses seleksi sebuah klub di Liga Indonesia pun sempat ia dapatkan kendatipun ketika itu tidak ia pergunakan dengan maksimal. Tetapi ia tak mau berlama-lama kecewa, apalagi kemudian ia juga berhasil menembus seleksi HWC Indonesia, sebuah kesempatan yang ingin ia pergunakan sebaik mungkin.
"Sempat nyesal karena 2013 ditawari seleksi Persitara tapi nggak datang ke seleksi. Alhamdulillah seleksi HWC masuk. Orangtua Alhamdulillah senang, ngingatin agar saya nggak minum. Di Training Camp Bandung orangtua juga mengingatkan agar jangan sampai ditato, jangan ikut orang mabuk, dan narkoba lagi.
"Saya (di TC) belajar disiplin, dulu biasa bangun jam 9 dan jam 10. Di TC Alhamdulillah bisa bangun jam 5. Pas pertama digoyang-goyangin dan diteriakin sama teman-teman. Memang saya yang minta soalnya saya susah dibangunkan," ungkapnya sambil tertawa kecil.
Bermodalkan pengalamannya di HWC sejauh ini, Fauzi juga sudah punya bidikan sepulangnya dari Santiago, Chile, nanti. Pulang dari sini ada niatan main sepakbola profesional, ingin latihan di luar negeri dan tim-tim lain. Pengalaman di HWC ini sudah membangkitkan motivasi dan niat untuk lebih maju agar nggak begini-begini saja.
"Niatnya sih ingin main lapangan gede profesional, tapi kalau bisa sambil latihan futsal juga. Kalau nggak bisa, ya, fokus ke lapangan besar walaupun persaingannya lebih ketat. Kalau memang ada tawaran, saya juga mungkin akan cuti kuliah dulu karena cita-cita dari kecil dan juga saya ingin membahagiakan kedua orangtua saya, keluarga, dan apalagi kakek saya juga main sepakbola," tekad pemuda yang dalam permainan sepakbola gemar melakoni peranan sebagai bek kiri tersebut.