PSS Sleman dan PSIS Semarang diduga melakukan praktik 'sepakbola gajah' pada laga 8 besar Divisi Utama Liga Indonesia. Kendati demikian, Manajer PSS Sleman Suparjiono membantah adanya kesengajaan.
Pada laga yang digelar di Sasana Krida Akademi Angkatan Udara (AAU), Minggu (26/10). PSS dan PSIS terlibat dalam pertandingan yang menghasilkan lima gol bunuh diri. Pemain-pemain PSS mencetak dua gol bunuh diri, sementara pemain-pemain PSIS mencetak tiga gol bunuh diri.
Menurut informasi yang dikumpulkan detikSport, kedua tim sejak awal sudah menunjukkan keengganan bermain dan meraih kemenangan. Bahkan di babak II, penggawa PSS hanya melakukan operan di daerah pertahanan sendiri sedangkan PSIS sama sekali tidak melewati garis tengah lapangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PSIS pun lantas merespons hal tersebut. Fadli Manan melakukan gol bunuh diri di menit 89. Gol itu lantas disusul dengan sepasang gol bunuh diri lainnya yang dibuat Komaedi pada menit 90 dan masa injury time. Alhasil tercipta lima gol bunuh diri dalam selang sekitar enam menit saja. Saat gol bunuh diri kedua, Komaedi juga sedikit melakukan perayaan.
"Yang bilang gol bunuh diri siapa? Ya, mungkin salah tendang saja. Nggak melihat gawangnya mungkin," ucap Suparjiono saat dihubungi detikSport, Senin (27/10/2014) siang WIB.
"Bisa saja to? Mungkin penglihatannya sedang kabur atau bagaimana," kata dia berdalih.
"(Bermain melawan PSIS) Semarang sama saja main dengan mimpi, tidak bergerak sama sekali. Nggak fair play, kami maunya fair play. Siapa yang nggak fair play duluan?" tambah Suparjiono.
Sekjen PSSI Joko Driyono telah menyatakan akan melakukan investigasi terkait pertandingan tersebut. Joko menyebut, PSSI telah meminta Komisi Disiplin PSSI untuk melakukan penyelidikan. Komdis PSSI sendiri akan menggelar sidang besok, Selasa (28/10), di kantor PSSI.
(rin/roz)