"Saya tidak terkejut setelah mengetahui keputusan Komisi Disiplin PSSI. Tapi, apa iya keputusan itu sudah benar-benar menghukum otak terjadinya sepakbola gajah itu? Bukankah sebuah kasus pembunuhan pun mencari otaknya? Bukan hanya menghukum pelakunya?" cetus Mursyid dalam perbincangan dengan detikSport.
PSSI menjatuhkan banyak hukuman pada pemain, pelatih serta ofisial PSIS Semarang dan PSS Sleman terkait aksi sepakbola gajah bulan lalu. Hukuman terberat yang dijatuhkan adalah larangan beraktivitas di sepakbola selama seumur hidup, yang masih ditambah dengan denda puluhan hingga ratusan juta rupiah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mursyid punya pengalaman gelap sendiri terkait sepakbola gajah saat membela timnas di Piala AFF 16 tahun lalu. Dia dijatuhi hukuman seumur hidup oleh PSSI karena membuat gol ke gawang sendiri dalam laga dengan Thailand. Sama dengan pengalamannya saat itu, Mursyid tahu kalau ada orang di balik pemain dan pelatih hingga sepakbola gajah bisa terjadi.
"Coba lihat Herry Kiswanto, betapa dia dikenal sebagai pemain yang bersih ketika menjadi pemain. Hanya satu kartu kuning pernah didapatkan dia dulu. Sekarang saat sudah jadi pelatih, kariernya habis. Kasihan.......Juga para pemain, bagaimana?"
"Biangnya tidak tersentuh. Bolehlah ketika dulu (Piala AFF 1998) saya dihukum sendirian. Saya yang menanggung, seorang diri. Sekarang PSSI tidak boleh mengulangnya. Cari otak kejadian sepakbola gajah ini. Agar tidak lagi muncul 'pihak-pihak yang dikorbankan'."
"Ada apa dengan PSSI? Otaknya kok malah enggak kena?" tuntasnya.
(fem/din)