Sudah hampir satu bulan Tim Sembilan dibentuk oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Apa saja yang sudah dilakukan tim ini?
Tim Sembilan diumumkan Menpora Imam Nahrawi pada 2 Januari, dengan tujuan melakukan evaluasi secara menyeluruh tentang PSSI dan sepakbola pada khususnya, serta dunia olahraga di tanah air secara umum.
Tim ini beranggotakan Imam B. Prasodjo (sosiolog), Ricky Yakobi (mantan pemain nasional), Gatot Dewa Broto (Kemenpora), Nurhasan Ismail (akademisi), Joko Susilo (mantan Dubes RI untuk Swiss), Yunus Husein (mantan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan/PPATK), (mantan Deputi Pencegahan Komite Pemberantasan Korupsi), Oegroseno (mantan Wakapolri), dan Natalia Soebagio (Ketua Dewan Transparansi Internasional Indonesia TII).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami terus menghimpun data-data dan masukan-masukan dari berbagai kalangan masyarakat. Sudah banyak yang bertemu dengan kami, dan dari mereka kami mendapatkan banyak manfaat, tidak cuma untuk Tim Sembilan tapi juga untuk perkembangan dunia olahraga di tanah air," ujarnya.
Dikatakan Gatot, apa yang sejauh ini ditemukan bahkan sudah lebih cepat dari yang diperkirakan. Sedikitnya sudah ada empat rekomendasi yang dihasilkan, dan akan lebih banyak lagi sampai tim ini mengakhiri masa tugasnya di bulan April.
Di antara rekomendasi itu adalah Kemenpora akan menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Kepala Polisi Republik Indonesia (Kapolri) dan PPATK.
"Dengan MoU tersebut tentu saja ada legalitas formal dengan pihak-pihak terkait untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Polisi, misalnya, karena punya otoritas untuk mengeluarkan perizinan, keamanan, termasuk penyelidikan apabila ada pelanggaran-pelanggaran seperti match fixing dan lain-lain."
"Juga dengan PPATK. Selevel menteri sekalipun, kalau ingin mendapatkan klarifikasi ke PPATK soal dugaan money laundry di olahraga, misalnya, mereka berhak saja tidak menjawab. Nah, dengan MoU tersebut pekerjaan bisa menjadi lebih mudah."
Tim Sembilan juga telah membuat rekomendasi bahwa harus ada One Stop Service (OSS). Dikaitkan dengan sepakbola, contohnya, OSS akan difungsikan untuk mempermudah PT Liga Indonesia sebagai operator kompetisi atau PSSI dalam mengajukan izin pertandingan, yang mana birokrasinya pun disederhanakan. Tujuannya supaya klub-klub atau operator kompetisi tidak merasa dipersulit dalam mengurus perizinan.
"Agar mereka tidak merasa dipingpong, izin ke siapa dulu. Kita 'kan punya BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia), nanti bisa difokuskan ke situ. Yang jelas, ini jangan dilihat bahwa kami hanya ingin merecoki. Ada manfaatnya kok," tegas Gatot.
Ia menambahkan, mekanisme kerja Tim Sembilan ada dua macam. Pertama, mereka bertemu dan berdiskusi secara formal, dengan berbagai pihak. Kedua, masing-masing anggota punya kewenangan untuk bertemu orang-orang, narasumber yang tidak ingin diketahui publik.
"Bahkan banyak dari mereka yang minta bertemu Tim Sembilan untuk memberi masukan-masukannya. Sangat bermanfaat," tukas Gatot.
Siang hari ini perwakilan Kemenpora akan bertemu dengan PSSI di kantor PSSI. Badan sepakbola Indonesia itu mengundang kemenpora karena merasa tidak memiliki keperluan dengan Tim Sembilan.
(a2s/fem)











































