Kementerian Pemuda dan Olahraga mempunyai program satu lapangan sepakbola di satu desa di era Imam Nahrawi. Para sarjana akan dilibatkan dalam programnya tersebut.
Adalah Program Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Pedesaan (PSP3) yang akan digandeng pihak Kemenpora. Program yang sudah ada sejak tahun 1989 itu, juga menjadi cara pihak Kemenpora untuk memberdayakan lulusan universitas agar bisa terlibat dalam pembangunan, termasuk di bidang olahraga.
Dengan merekrut lulusan universitas dengan usia maksimal 26 tahun, pihak kemenpora berniat untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang diperlukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Salah satu kriteria dari program SP3 ini adalah desa yang memiliki lapangan sepakbola (terawat, tidak terawat, atau ada lahan yang bisa disediakan untuk lapangan sepakbola). Karena ini merupakan satu program kementerian dari Pak Imam Nahrawi," kata Kepala Bidang Pendampingan, Asisten Deputi Kepeloporan Pemuda, Dr. Sofwan M.Pd., pada Diskusi Kamisan Kemenpora di kantor Kemenpora, Senayan, Jakarta, Kamis (29/1/2015).
"Kami harapkan olahraga bisa kembali membudaya. Dengan kami sediakan fasilitas seperti itu, kami harapkan bibit-bibit baru olahragawan khususnya sepakbola bermunculan dari daerah. Kita merupakan negara besar dengan penduduk besar, sehingga pasti ada banyak bibit-bibit berbakat," imbuhnya.
Selain lapangan, salah satu program Imam bersama Kemenpora adalah membuat liga-liga di setiap desa. Jika menengok kiprah Indra Sjafri saat membentuk tim nasional U-19 dalam beberapa tahun belakangan saat blusukan menemukan bakat baru, maka bisa jadi akan muncul pemain seperti Evan Dimas Darmono yang baru dari program ini.
(cas/a2s)











































