Ini Buah Pikir Indra Sjafri tentang Tata Kelola Sepakbola

Ini Buah Pikir Indra Sjafri tentang Tata Kelola Sepakbola

Lucas Aditya - Sepakbola
Selasa, 08 Mar 2016 15:12 WIB
Jakarta -

Demikian antara lain disampaikan Indra saat menjadi pembicara pada seminar bertajuk "Mengelola Klub Sepakbola dengan Prinsip Manajemen Profesional" di Yogyakarta akhir pekan lalu (5/3).

Sebagai seorang pelatih kepala, Indra menjelaskan pengalamannya di industri sepakbola di tanah air, dan bagaimana membuat sebuah tim yang kuat.

"Jika ingin maju, kita harus libatkan banyak orang yang ahli di bidangnya," jelas pria yang lebih sering disapa Coach Indra itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Seorang pelatih kepala adalah manajer. Dan manajer yang baik adalah manajer yang mau melibatkan orang-orang hebat untuk menunjang sebuah tujuan. Tim sepakbola bukan sekadar tentang staf pelatih dan pemain."

Bahwa sepakbola sudah harus menjadi sebuah industri tersendiri, Coach Indra mengakui hal itu tidak bisa direalisasikan dalam waktu cepat. Namun, tata kelola dengan manajemen yang profesional sudah harus segera dilakukan tanpa menunda-nunda terus.

"Sepakbola sebagai industri butuh waktu yang sangat panjang. Kita terlalu sering menonton liga-liga Eropa yang gemerlap, sehingga kita ingin buru-buru meniru mereka padahal kita hanya mengetahui 'kulit-kulit'nya saja," terang pelatih yang juga menjabat manajer Bali United itu.

Mengenai pembinaan usia dini, Indra juga memberikan beberapa pandangannya, sebagaimana dia memang lebih dulu memiliki reputasi sebagai pelatih dengan metode pembibitan yang sangat baik.

"Di level usia dini, seharusnya jangan terlalu diarahkan pada prestasi atau ajang-ajang seperti piala-piala yang sudah-sudah. Anak-anak harus bahagia dulu dengan bola, bukan dituntut untuk menang," sahutnya.

Selain Indra, pembicara lain dalam seminar ini adalah Irman Jayawardhana, lulusan Master Manajemen Olahraga yang pernah bekerja di sebuah klub akar rumput asal Inggris. Ia menjadi narasumber untuk materi "tata kelola football community".

Irman menerangkan, jika Sekolah Sepak Bola (SSB) terus menekan anak-anak untuk menang/juara, maka akan ada proses degradasi mental.

"Di level 13 tahun ke bawah, anak-anak harus diarahkan untuk bersenang-senang dengan bola, bukan berkompetisi layaknya pemain profesional,” kata dia.

"Yang akan terjadi jika hal tersebut dilakukan, adalah kemunduran sepakbola kita. Akan banyak pemain-pemain yang seharusnya berbakat, tapi redup lebih dulu karena tekanan psikologis dari banyak pihak, terutama pelatih dan orang tua.

"Kembalikan sepak bola kepada akarnya, yaitu kebahagiaan," ujar Irman menutup sesinya.

Beberapa peserta mengaku mendapat banyak pencerahan, terutama tentang bagaimana tata kelola sepakbola di akar rumput yang ternyata sering salah kaprah di Indonesia.

"Saya baru tahu ternyata anak-anak itu tidak boleh diperlakukan seperti atlet profesional. Seminar ini sangat berguna bagi pengetahuan kami," kata Wahyu Widodo, perwakilan Sekolah Sepak Bola (SSB) Perwira Timur Purbalingga.

Seminar "Mengelola Klub Sepakbola dengan Prinsip Manajemen Profesional" digagas oleh komunitas sepak bola Supergard (Suporter Garuda) dan Ganesport Foundation.



(cas/a2s)

Hide Ads