Setahun Pembekuan PSSI, Apa Kabar Sepakbola Indonesia?

Setahun Pembekuan PSSI, Apa Kabar Sepakbola Indonesia?

Lucas Aditya - Sepakbola
Selasa, 05 Apr 2016 12:54 WIB
detikSport/Rengga Sancaya
Jakarta -

April tahun ini pembekuan PSSI oleh Kemenpora akan genap berusia satu tahun. Harapan bahwa sepakbola Indonesia akan membaik belum juga terwujud, bahkan tanda-tandanya tak terlihat.

Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, mengeluarkan surat pembekuan PSSI pada 17 April 2015. Ketika itu PSSI masih diketuai Djohar Arifin Husin, dan tengah bersiap mencari ketum baru dalam Kongres Luar Biasa yang digelar di Surabaya.

Untuk menyegarkan kembali ingatan, sebab musabab keluarnya surat pembekuan tersebut adalah sikap membandel PSSI yang tidak patuh atas surat peringatan yang dilayangkan Kemenpora. Surat peringatan itu berkaitan dengan tetap bermainnya dua klub, Arema Cronus dan Persebaya Surabaya, yang tak mendapatkan rekomendasi dari Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) untuk mengikuti kompetisi Indonesia Super League (ISL).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ISL lantas diputuskan force majeur oleh PSSI, hingga tak lagi dilanjutkan roda kompetisinya. Kemenpora meminta kompetisi tetap digelar, tapi PT Liga menolak karena hanya mau berafiliasi ke PSSI.

Buntut dari pembekuan dari pemerintah tersebut, FIFA pun akhirnya campur tangan. Federasi sepakbola sejagat itu memberi sanksi untuk Indonesia pada 30 Mei 2015. Sepakbola tanah air pun harus terkucilkan dari dunia internasional.

Sebagai tindak lanjut dari pembekuan, Kemenpora menunjuk beberapa tim untuk membuat langkah-langkah perbaikan tata kelola sepakbola nasional. Tim yang pertama dibentuk adalah Tim Sembilan, yang tugasnya cuma memberi rekomendasi untuk pemerintah.

Setelah itu, dibentuk Tim Transisi pada 8 Mei 2015, yang bertindak menjalankan fungsi federasi sebelum digelarnya KLB yang baru. Di awal pembentukannya, banyak orang sempat menaruh harapan besar jika melihat orang-orang yang ada di dalamnya. Bibit Samad Rianto ditunjuk menjadi ketua, ada juga sosok entrepreneur muda, Andrew Darwis.

Tapi hampir setahun berlalu tidak ada perubahan signifikan pada kondisi sepakbola nasional. Kompetisi reguler yang diharapkan muncul setelah PSSI menyetop ISL tidak ada sampai kini. Selama setahun belakangan sepakbola Indonesia hanya diisi dengan turnamen-turnamen. Pada awalnya turnamen itu disebut hanya bersifat sementara sampai kompetisi yang lebih matang digelar. Penantian tersebut belum berakhir sampai hari ini.

Yang pertama digelar oleh Tim Transisi dengan tajuk Piala Kemerdekaan. Turnamen itu meninggalkan masalah karena telatnya pembayaran uang hadiah ke klub pemenang, PSMS Medan. Gaung turnamen juga kurang terdengar karena pesertanya cuma klub-klub divisi utama.

Turnamen tersukses adalah Piala Presiden, yang memunculkan Persib Bandung menjadi juaranya. Turnamen ini boleh dibilang paling heboh karena status keamanan Jakarta sampai naik menjadi siaga satu. Tapi penyelenggaranya adalah Mahaka Sport.

Usai itu, ada turnamen-turnamen lain seperti Piala Jenderal Sudirman, Piala Gubernur Kaltim, sampai Piala Bhayangkara.

Di tengah turnamen-turnamen yang meramaikan sepakbola nasional, Tim Transisi seakan tenggelam. Kinerjanya tak kelihatan. Mereka baru muncul kembali setelah baru-baru ini berniat menggelar kompetisi. Entah apa yang membuat mereka harus menunggu terlalu lama.

"Kami menunggu visi besar dari pembekuan ini seperti apa. Apakah ada batas waktunya, atau konsep baru. Permasalahan ini sebenarnya tidak rumit, tapi banyak stakeholder yang belum duduk bersama, mata ke mata dan hati ke hati," cetus Pemilik klub Divisi Utama Pro Duta, Sihar Sitorus, mengeluhkan berlarutnya pembekuan dan tiadanya kejelasan masa depan sepakbola nasional.

Pembekuan sudah berjalan setahun, dan kini PSSI seperti ayam yang kehilangan induk terkait status hukum ketua umumnya. Kalau bukan sekarang, entah momentum apalagi yang ditunggu pemerintah (atau Tim Transisi) demi mewujudkan harapan soal tata kelola sepakbola yang lebih baik itu.

Semoga momentum-momentum itu tidak hilang begitu saja. Karena jika tidak, pembekuan PSSI akan terasa percuma jika organisasi tersebut kembali ke tangan pengelola yang lama dan reformasi batal bergulir.

(cas/din)

Hide Ads