Tim Transisi sudah menyiapkan cetak biru kompetisi sepakbola Indonesia. Ditargetkan digelar pada Agustus mendatang, kompetisi ini dihelat tanpa pembagian divisi di musim perdana.
Dalam perbincangan dengan detikSport, anggota Tim Transisi, Cheppy Wartono, membantah anggapan kalau timnya disebutkan pasif. Meski tanpa publikasi mereka tetap bekerja mengonsep kompetisi demi menciptakan reformasi tata kelola sepakbola nasional.
Dijadwalkan bergulir mulai Agustus mendatang, kompetisi itu tidak akan terbagi dalam kasta di tahun petama. Namun ada syarat yang tegas harus dipenuhi oleh klub-klub yang ingin berpartisipasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini yang tadi saya bilang di-reset (mulai dari awal - red). Nantinya, mereka atau klub yang ikut dikasih syarat. Ada lima syarat dari AFC License yang harus diberesin. Laporan pajak, pajak pemain, NPWP, kontrak pemain seperti apa, rekening pemain, hal-hal teknis ini yang dicantumkan dalam AFC, yang selama ini tidak dilaksanakan," lanjutnya.
"Ini saya katakan liga masa transisi. Baru nanti 1 sampai 18 menjadi klub kasta tertinggi, kemudian kasta kedua, kasta ketiga. Nah sudah mulai promosi-degradasi. Harus konsekuen semua klub dan mereka menandatangani. Jadi Agustus mulai liga tapi belum ada kasta."
"Baru tahun depan yang 18, kita clearkan. Kita buat kesepakatannya. 1-4 (divisi bawah) naik kasta tertinggi. 16-18 terdegradasi. Di semua kasta, naik turun, seperti lazimnya kompetisi. Nah, siapa pengelolanya, kita tunjuk operatornya. Ini akan ada evaluasi setiap tahunnya, kalau tidak beres ya diganti. Nanti baru TV (pemegang hak siar) yang kita tunjuk, grup mau ikut tidak. Ini harus disiarin. Yang klub bawah harus disiarin juga, jangan hanya klub besar saja. Kalau tidak bagaimana punya fanbase. Jadi sebenarnya ini harus melibatkan semua pihak," paparnya.
Menjalankan konsep kompetisi seperti itu diakui Cheppy tidak mudah karena ada banyak klub yang menentang. Yang mengherankan, resistensi justru datang dari klub-klub yang secara tradisional besar.
"Nah, ketika kami lontarkan banyak yang teriak. Nah, selama ini kan harusnya sejak 2003 dilaksanakan (aturannya) tapi kemudian ada toleransi dari PT liga, kemudian diamini federasi jadi dibiarkan. Akhirnya semakin ruwet. Yang menarik, justru klub-klub Divisi Utama ingin membenahi dirinya. Mau membenahi dari awal, aktenya dibereskan, SIUPP-nya, juga, jadi kalau klub-klub abal-abal pasti keberatan. Tapi kalau klub yang serius itu seneng. Kemarin ada klub yang happy."
"Kami sudah melakukan pendekatan cuma klubnya tidak mau. Klub besar ini tidak mau. Maunya klub DU yang benar. Klub besar ini tidak mau menerima, karena merasa dia memegang market, TV. TV kalau tidak klub besar yang main tidak mau (membeli hak siar). Hukum ekonomi yang mereka pakai. Itu yang mereka piara. Harusnya TV-nya membantu klub-klub yang kurang." keluhnya.
Soal rencana bergulirnya ISC dan ISL, yang dijadwalkan bergulir lebih dulu dibanding kompetisi yang disiapkan Tim Transisi, Cheppy tidak mempermasalahkan. Syaratnya cuma satu: semua dilakukan sesuai aturan main.
"Ya, prinsipnya buat kami liga itu dilaksanakan dengan benar di awal. Klub-klub itu benar semuanya. Klub jangan abal-abal, kontrak pemain seperti apa, dan syarat lainnya, punya stadion, homebase, harus clear semua. Kalau sudah clear baru tentukan liganya. Soal oepratornya siapa saja tidak masalah, tidak ada persoalan, yang penting benar. Ibarat mobil kalau mau jalan suratnya ada, ada ban serep dll. Siapa yang mengemudikan tidak ada masalah," cetusnya.
(mcy/din)