Di kalangan pers, Bambang Pamungkas dikenal selektif dalam memberikan pernyataan. Adalah Valentino Simanjuntak yang berhasil membuat Bepe "bicara".
Bagi Anda pemerhati sepakbola dalam negeri, nama Valentino semestinya tidaklah asing. Ia adalah presenter sepakbola yang pernah bikin heboh" dengan istilah "jebret!" saat melaporkan jalannya pertandingan.
Selain itu Valentino juga merupakan pengurus teras Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI). Saat ini ia menjabat general manager.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika dihitung mundur, Valentino mulai bergabung dengan APPI sejak 2010. Kala itu APPI masih dipimpin Vernard Hutabarat. Dia bertugas untuk mengurusi bagian legal. Sebagai presenter acara sepakbola lokal, dia memang cukup akrab dengan para pemain. Selain itu, dengan latar belakang pendidikannya di bidang hukum -- lulusan S1 dan S2 dari Universitas Padjadjaran, Bandung --, Valentino dinilai sebagai sosok yang pas menangani bagian legal APPI. Dia mulai menjadi GM sejak 2012, menggantikan Arya Arbhiseka.
Merunut latar belakang dibentuknya APPI, wadah itu memang dibentuk lantaran banyak pemain yang dirugikan klub. Maka, Valentino menyadari jika jabatan itu dipikul dengan tugas yang bakal ekstra berat.
Dalam perjalanannya, Valentino menemukan fakta bahwa tidak semestinya para pemain ditunggak bahkan tidak dibayar gajinya, ataupun tak mempunyai asuransi kesehatan. Sebab dengan nilai komersial yang dimiliki, kompetisi sepakbola klub sudah semestinya bisa menghidupi para pemain.
Tapi kenyataan di lapangan sering kali tak hanya merugikan pemain. Bahkan dirinya yang bukan dari kalangan yang sama terkena imbas setelah bergelut dengan APPI.
Tak semua stasiun televisi menerima Valentino yang dikenal dengan kata jebret itu sebagai komentator. Dari berbagai informasi dia mendapatkan fakta kalau tak sedikit pihak di luar stasiun televisi yang mengintervensi bisa tidaknya dia jadi presenter.
"Sepakbola lokal ini value komersilnya sangat besar makanya diperebutkan. Nah, yang bikin gregetan adalah si aktor utama yang dalam hal ini adalah pemain justru mendapatkan jatah yang paling sedikit," kata Valentino.
Di sisi lain, justru para pemain tak menyadari besarnya peran mereka. Sehingga, tentu saja posisi tawar para pemain juga semestinya cukup tinggi.
Tumpukan persoalan itu membuat Valentino yang juga pemilik 'BeLife Project' mencari cara untuk membuka lahan lain buat para pemain. Dari diskusi dua bulan lalu, idenya klop dengan ide Bepe.
Palu pun digetok. Bepe yang biasanya menyampaikan pendapat, uneg-uneg atau kritikan lewat tulisan dalam blog dan dua bukunya-- "Bepe20: Ketika Jemariku Menari" (2011), yang kedua "Bepe20: PRIDE" (2015)--bakal bicara.
Bertempat di Usmar Ismail Hall, Kuningan, Jakarta Selatan, malam ini, Kamis (28/4/2016), mulai pukul 19.00 WIB, mantan kapten timnas Indonesia itu akan menjadi motivational speaker dalam acara bertajuk #BEPE20Bicara Battle of Life: "Cinta versus Tanggung Jawab".

"Justru karena Bepe sudah menulis tapi dia belum pernah bicara as a speaker, maka menjadi sebuah kegelisahan saya untuk membawanya sebagai pembicara. Apalagi biasanya para pembicara membawa pengalaman orang lain. Bepe ini beda," tutur pria 33 tahun itu.
Valentino yang sudah memahami karakter perfeksionis ala Bepe pun tak mundur meski banyak tuntutan dari si pemain. Mulai dari pembuatan blue print sampai dengan detil acara digarap dengan batas waktu yang sudah disepakati.
Bepe sendiri antusias menyambut pengalaman pertama itu. Dia bahkan tak mengubah waktu yang sudah ditetapkan kendati pada perjalanannya kick off ISC bergulir H-1 dari acara itu.
"Kami tidak tahu sampai kapan kondisi sepakbola Indonesia terus seperti ini. Kami ingin membuka hal baru, siapa tahu bisa membuka profesi baru bagi atlet-atlet. Lebih hebatnya kami ingin mendobrak sebuah hal yang bisa diikuti atlet-atlet lain, bisa bulutangkis, taekwondo atau atlet lain yang mempunyai value sangat besar," ucap Bepe menambahkan.
Anda ingin mendengarkan "Si Jebret" dan menyimak kisah-kisah Bepe secara langsung. Tiket acaranya bisa dipesan di sini]

(fem/a2s)