Setelah pembekuan dicairkan oleh Menpora Imam Nahrawi dan sanksi dicabut oleh FIFA, PSSI langsung fokus ke Timnas senior akan mengikuti Piala AFF pada November mendatang. PSSI sendiri baru menyiapkan kandidat pelatih yang rencananya diumumkan pada 23 Mei 2016.
Anggota Komite Eksekutif PSSI, Toni Aprilani, menyadari bahwa untuk membangun timnas yang tangguh memerlukan waktu. Apalagi persiapan menghadapi Piala AFF hanya beberapa bulan --setelah dibekukan dan disanksi FIFA selama satu tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berharap timnas tidak dibebankan target terlalu tinggi. Timnas baru mulai aktif setelah setahun tidak aktif. Kami juga baru akan menentukan pelatih. Tapi, kami tetap membutuhkan masukan dari semua pihak."
Toni menilai, untuk membangun timnas yang kuat juga memerlukan anggaran yang cukup besar. Thailand misalnya, mereka mempersiapkan timnas sampai mengeluarkan biaya sebesar Rp 10 triliun. Sementara Indonesia disebutnya sangat sulit mendapatkan dana sebesar itu.
"Thailand, Vietnam menggelontorkan dana yang tidak sedikit. Dana yang digelontorkan banyak, tapi targetnya juga tinggi. Ini jadi sangat wajar. Kalau PSSI sangat tidak mungkin karena anggarannya tidak ada."
Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Komunikasi Kemenpora, Gatot S. Dewa Broto, mengatakan siap membantu dan mengawal timnas. Dia berharap timnas di Piala AFF bisa menjadi momen kebangkitan sepakbola Indonesia.
"Pemerintah sangat mendukung agar Indonesia menggapai prestasi di turnamen tersebut. Meski pun anggaran kami terbatas, dalam beberapa hal kami bisa membantu," timpal Gatot.
"Mari sama-sama kami kawal reformasi PSSI. Kami selalu menekankan, kalau tata kelola sepak bola itu lebih baik, yang namanya prestasi itu hanya tinggal waktu. Para pemain itu akan lebih tenang, jika induknya tidak bising."
(ads/roz)











































