Hal itu diungkapkan oleh Aksi Kelompok Usia 37 tahun alias AK-37. Mereka hadir karena ingin turut membawa perubahan untuk sepakbola Indonesia.
AK-37 ini terdiri dari Kurniawan Dwi Yulianto, Arief Wicaksono, Richard Ahmad, Rully Habibie, Apung Widiadi, Erwinyantoro, Llano Mahardika, dan Rhendi Arindra.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Apung, AK-37 ini dibentuk karena dia dan rekan-rekannya tergerak hatinya untuk memberikan gagasan baru bagi PSSI. Dia ingin membuktikan kepada masyarakat Indonesia bahwa ada pengurus yang murni bekerja demi sepakbola Indonesia.
"Kami ingin mencoba buat kelompok karena melihat banyak masalah di sepakbola. PSSI orang yang sama, olehnya perlu gagasan baru. Kami ingin terlibat, menang dan kalah hasil akhir," kata Apung.
Tak hanya itu, mereka menilai PSSI selama ini diurus oleh orang-orang itu-itu saja, tanpa ada dampak berarti bagi sepakbola tanah air. Masalah di kompetisi, tidak adanya transparansi di berbagai aspek, dan bahkan kekerasan melibatkan suporter menjadi penyakit yang tak kunjung disembuhkan oleh PSSI.
"Sepakbola Indonesia wajahnya sudah jahat, federasi tidak serius, kompetisi dan lainnya. Kalau kami tidak dilibatkan maka akan sama saja," timpal Richard.
"Saya mewakili teman suporter dan saya berhenti (dari Ketua Umum Jakmania) karena selama ini terkait kekerasan tidak ditanggapi, klub juga akan tanpa suporter mati, kejadian hebat kami dikambinghitamkan. Sementara kalau ada hal besar kami diagungkan."
"Sepakbola Indonesia perlu anak muda kalau harus orang tua terus, saya deg-degan kalau sudah berhubungan dengan suporter yang sering dikambinghitamkan. Itu adalah kejadian miris, jika mereka hanya memikirkan bisnis." kata Richard. (ads/raw)