Dalam beberapa tahun terakhir, isu pengaturan skor menyertai sepakbola nasional. Yang paling anyar ada sepakbola gajah di laga Divisi Utama dua tahun silam.
Di laga antara PSS Sleman melawan PSIS Semarang, kedua tim tak mempunyai niat untuk berjuang memenangi pertandingan. Alhasil, ada lima gol bunuh diri yang tercipta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerhati olahraga, Budiarto Shambazy, menyebutkan bahwa persoalan pengaturan skor dan mafia wasit harus diberantas oleh Edy. Dia yang berasal dari kalangan militer, diharapkan mempunyai cara yang revolusioner.
"Yang menjadi tantangan adalah pemberantasan mafia judi dan mafia wasit. Harus ada langkah revolusioner untuk mengatasi hal itu, supaya ada efek gentar untuk para pelaku," kata Budiarto Shambazy saat berbincang dengan detikSport.
"Karena ini dekat dengan Piala AFF, apa yang terjadi di Malaysia tahun 2010 bisa ditanya kembali ke Riedl. Mengapa Indonesia bisa kalah 0-3 dengan mudah. Bukan mengungkit-ungkit, tapi bisa dijadikan referensi."
"Sepakbola gajah juga bisa ditinjau lagi. Task force untuk itu yang sudah dibentuk juga harus dimaksimalkan."
"Di tahun 1980-an, hal semacam ini sangat diperhatikan dengan seksama. Pelakunya bisa dihukum penjara dan diberi sanksi seumur hidup. Semua harus jelas dan tegas," harapnya.
Selain itu, prestasi timnas Indonesia juga disebut harus menjadi prioritas. Tapi. Budiarto Shambazy juga bilang targetnya tak boleh muluk-muluk.
"Timnas harus menjadi prioritas. Untuk target harus realistis. Untuk ajang paling dekat, Piala AFF, kans juaranya berat. Tapi, penampilan timnas sudah meningkat," kata Budiarto Shambazy.
"Lini belakang masih butuh pembenahan, sementara untuk sektor gelandang dan lini depan sudah cukup bagus. Untuk tahun ini, Thailand sepertinya masih akan menjadi juaranya," imbuhnya.
Satu pekerjaan rumah lagi adalah persoalan pemulihan hak-hak klub, seperti Persebaya, sebagai anggota PSSI. Hal itu disebut tak bisa ditunda-tunda lagi.
"Untuk Persebaya, harus segera diselesaikan. Harus cepat-cepat diterima. Kemarin sudah diputuskan, tapi kemudian agendanya kok dihilangkan. Para peserta kongres harus menghargai keputusan kongres sebelumnya," ujar Budiarto Shambazy.
(cas/rin)











































