Pasang Surut Paulo Sitanggang di Level Profesional

Pasang Surut Paulo Sitanggang di Level Profesional

Randy Prasatya - Sepakbola
Rabu, 05 Jul 2017 15:17 WIB
Paulo Sitanggang. (Foto: Randy Prasatya/Detikcom)
Jakarta - Paulo Oktavianus Sitanggang mengaku sempat kaget saat masuk ke kompetisi profesional. Meniti karier, lalu kehilangan sentuhan, kemudian kembali berjuang.

Paulo merupakan salah satu gelandang paling menonjol di era kejayaan tim nasional Indonesia U-19 pada 2013. Bersama Evan Dimas dkk. dia berhasil menjuarai Piala AFF U-19 dengan menumbangkan Vietnam lewat drama adu penalti di laga final.

Gelar juara itupun membuat seluruh nama pemain U-19 besutan Indra Sjafri menjadi perhatian seluruh masyarakat Indonesia pecinta sepakbola. Bahkan, saat menjalani laga Kualifikasi Piala Asia U-19 pada Oktober 2013, laga penentuan juara grup melawan Korea Selatan sampai membuat Stadion Gelora Bung Karno terisi penuh untuk level pertandingan junior.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ajang kualifikasi ini sekaligus membuat nama Paulo semakin meroket. Dia bersama Evan dan M. Hargianto punya kerjasama yang sangat baik di lini tengah. Ketika itu, kebanyakan para pecinta sepakbola menyebut pria berdarah Medan ini tipikal pemain box-to-box.

Namun, kesuksesan di babak kualifikasi tidak berbanding lurus dengan perjalanan di babak utama. Mereka harus tersisih lebih cepat setelah menjadi juru kunci grup B dan cuma bisa mencetak dua gol dari tiga laga. Paulo dan Dimas Drajat jadi penyumbang gol untuk Garuda Muda kala itu.

Selanjutnya, para pemain di tim tersebut berpencar dan 'dicomot' beberapa klub di Indonesia. Seperti halnya Paulo bergabung dengan Barito Putera, Evan Dimas dan Ilham Udin pergi ke Surabaya United (kini bernama Bhayangkara FC) untuk mengarungi kompetisi profesional di Indonesia yang kala itu bernama Liga QNB (pengganti nama ISL).

[Baca Juga: Tentang Performa Naik-Turun Evan Dimas]

Sial bagi Paulo. Di saat sedang berjuang menapaki karier profesional liga malah terhenti akibat PSSI tak mau memenuhi persyaratan yang diminta pihak pemerintah. Perang dingin pun terjadi hingga Menpora tak memberikan rekomendasi untuk jalannya liga.

"Pertama kali masuk ke pro saya sebetulnya kaget. Waktunya singkat, dari U-19 langsung masuk ke (kompetisi) pro. Apalagi waktu pertama muncul itu ketika Liga QNB yang bubar itu, jadi sempat lama kehilangan sentuhan," kata Paulo saat berbincang-bincang dengan detikSport di Hotel Santika, Bekasi Barat.

Sempat lama kehilangan sentuhan, kini permainan Paulo sedikit menurun saat liga kembali bergulir dengan nama Liga 1. Dia bahkan belum pernah bermain penuh selama sembilan kali bermain: lima kali starter dan empat kali pengganti.

"Ya betul, saya banyak jadi pengganti di awal. Saya sudah berusaha dan lakukan yang terbaik, tapi keputusan semuanya ada di pelatih. Sekarang saya cuma berjuang dan berjuang."

Di Liga 1 ini, PSSI sempat mengeluarkan regulasi baru dengan mewajibkan seluruh klub peserta Liga 1 untuk punya lima pemain U-23 dengan tiga di antaranya turun sebagai starter. Tapi, saat ini regulasi tersebut ditangguhkan lantaran ada beberapa klub yang kehilangan pemain muda dan sulit mencari pengganti.

Bagi Paulo, penangguhan regulasi itu bukan suatu alasan untuk tidak bisa menembus tim inti dan bersaing dengan pemain senior. Menurut pemain 21 tahun itu, jika di Barito, pelatih Jacksen F Tiago cukup adil dalam memilih pemain.

"Sebenarnya tidak ada alasan, soalnya sekarang ini banyak juga pemain muda yang bisa bersaing dengan senior. Pelatih juga pasti adil dalam memilih," sambung Paulo.

"Setiap pemain dikasih masukan yang berbeda sama (Jacksen) dia berdasarkan kekurangannya dengan porsi latihan tambahan, mulai dari latihan perindividu sampai cara main. Semua orang juga tahu kalau dia bicara sangat santai ke pemain, dengan cara seperti itu saja kami bisa jadi semangat latihan."

Pada 21 Maret lalu, Paulo untuk kali pertamanya mencatatkan debut timnas senior di tangan Luis Milla setelah dimainkan di laga ujicoba menghadapi Myanmar. Namun, di laga itu Indonesia yang turun dengan skuat U-22 harus tumbang 1-3.

Setelah itu, Paulo belum lagi membela timnas. Namun, dia tak mau berhenti berjuang untuk kembali berseragam tim Merah Putih.

"Dia (Milla) bagus menurut saya, walaupun baru bisa dirasakan dari segi permainan. Yang pasti ke depannya saya akan terus berjuang. Karena pasti semua orang tidak ada yang mau mundur dan saya harus lebih baik lagi," tegasnya.



(cas/krs)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads