Babak delapan besar Liga 2 sejatinya digelar pada 20 Oktober lalu. Namun PSSI memutuskan untuk menundanya karena beberapa kericuhan yang terjadi.
Salah satunya adalah kericuhan yang terjadi di babak playoff khusus antara Persewangi Banyuwangi melawan PSBK Blitar pada 10 Oktober lalu. Wasit yang memimpin pertandingan mengalami kekerasan yang dilakukan pemain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laga antara Kalteng Putera dengan Persigo Semeru juga berlangsung ricuh. Wasit mengalami intimidasi dan kekerasan.
Edy menilai Liga 2 terlalu banyak permainan sehingga semangat sportivitas tak dihiraukan lagi oleh semua pihak, yang berakibat kericuhan terjadi dimana-mana.
"Putaran Liga 2 ini, tidak terlalu tepat buat saya. Terlalu banyak main di situ. Saya katakan sekali lagi terlalu banyak bermain padahal sepakbola sudah jelas, pasti, sportivitas," ujar Edy di Kantor Makostrad, Jakarta, Selas (31/10/2017).
"Tapi karena terbungkus keinginan untuk menang, sehingga sportivitas dipinggirkan. Saya ikutin benar, saya simakk dengan benar. Belum wasitnya, para suporternya juga, belum yang lain-lain di situ,"
"Bahkan ada yang menginginkan pertandingan dihentikan di tengah jalan, minta balik lagi dari awal. Nah ini harus dikembalikan kepada semangat semua untuk apa liga ini. Semua karena kami ingin mencari atlet-atlet nasional," tegasnya. (ads/din)











































