Negeri Sejuta Gajah Menggeliat di Kampung Gajah

Negeri Sejuta Gajah Menggeliat di Kampung Gajah

- Sepakbola
Sabtu, 13 Agu 2005 17:12 WIB
Palembang - Sepakbola Asia Tenggara tampaknya bukan lagi milik "wong Melayu". Kekuatan dari negeri "sejuta gajah" yakni Laos, Myanmar, Vietnam mulai menunjukan taringnya. Hal tersebut setidaknya dapat dilihat dari gelaran Piala ASEAN U-20 yang berlangsung di Palembang. Entah berhubungan atau tidak, kebangkitan tiga negara pun di provinsi yang juga dikenal sebagai "kampung seribu gajah".Laos, Myanmar dan Vietnam sudah memastikan diri lolos ke babak semifinal. Di Grup B, Laos dan Vietnam menyingkirkan tim kuat "wong Melayu" yakni Singapura, pendatang baru Timor Leste, dan tim tamu Maladewa.Sementara di Grup A, Myanmar maju ke babak empat besar setelah dipastikan unggul atas tim-tim yang punya tradisi hebat di Asia Tenggara, yakni Thailand, Malaysia, dan tuan rumah Indonesia.Pendamping Myanmar akan diperebutkan Indonesia dan Malaysia yang akan melakukan pertandingan Sabtu (13/8/2005) sore ini. Keduanya akan mewakili "wong Melayu". Hanya saja Malaysia memiliki peluang lebih besar yakni akan menghadapi Brunei Darussalam di Lapangan Patrajaya, Plaju, Palembang, dan secara bersamaan Indonesia akan menjajal Myanmar di Stadion Gelora Sriwijaya.Malaysia lebih punya peluang yakni soal selisih gol. Sebab, Malaysia dapat saja membantai Brunei dengan selisih gol lebih dari tiga gol. Sementara Indonesia menang 1-0 atas Myanmar saja tampaknya sulit terwujud.Kembali soal bangkitnya sepakbola "negeri sejuta gajah". Bila kita runut perjalanan sejarah, sepakbola bangkit di Laos, Myanmar, Vietnam dan Kamboja, mungkin tidak terlepas setelah konflik politik di negeri yang masih dipercaya menyimpan kekayaan alam tropis itu, berangsur selesai. Mungkin hanya Myanmar yang masih mengalami persoalan politik.Tampaknya masyarakat di sana mulai sadar bahwa sepakbola dapat menjadi alat revolusi sosial. Yang mana sepakbola dapat mempromosikan sebuah bangsa, sepakbola dapat mendatangkan kekayaan, sepakbola dapat memberikan mimpi buat anak petani dan anak buruh untuk menunjukkan diri di dunia international. Intinya sepakbola jelas lebih populer dari kekuatan militer yang telah memporak-porandakan masyarakat di "negeri sejuta gajah".Bagaimana dengan Indonesia? Tampaknya reformasi politik di Indonesia tampaknya menepiskan sepakbola sebagai bagian dari alat perubahan. Reformasi hanya membuat orang sibuk berebut kursi kekuasaan, sehingga lupa bahwa Maradona, Pele, David Beckham, Michael Owen atau Michael Ballack lebih populer dari seorang menteri. Selamat buat "negeri sejuta gajah" yang berjuang di "kampung seribu gajah". (ian/)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads