"Saya terlibat langsung, menjalankan yang namanya match fixing ataupun pengaturan skor, sepanjang 2011 sampai 2014. Alhamdulillah sekarang saya insyaf, dan berharap sepakbola nasional lebih profesional ke depannya," ucap Bambang mengawali perbincangan dengan detikcom, Sabtu (8/12/2018).
Bambang sebelumnya membeberkan tentang jati dirinya, ketika terlibat secara langsung pengaturan skor di Liga 2. Pernyataan Bambang mengguncang dunia sepakbola Tanah Air di acara Mata Najwa 'PSSI Bisa Apa' beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Match fixing tidak bisa langsung disebut pengaturan skor, karena dalam prakteknya match fixing juga mengatur skor dengan tujuan memenangkan salah satu klub sepabola yang bertanding," beber Bambang ditemui detikcom di sebuah tempat ngopi Jalan Kawi, Kota Malang, itu.
Bambang sendiri berperan sebagai penyambung lidah bandar besar. Apa yang diinginkan bandar, wajib diterjemahkan secara sempurna saat pertandingan.
Untuk mewujudkannya, Bambang tak bisa sendiri. Diapun melobi beberapa pihak, tak sulit bagi Bambang, karena sudah lama berkecimpung dalam dunia sepakbola nasional.
"Yang dulu saya pernah lakukan, kurang dari beberapa kick off, saya menemui manajemen klub, wasit, dan kadang melibatkan pemain. Disitulah rencana itu (match fixing) disampaikan, setelah deal tinggal menunggu saat pertandingan berlangsung," ucapnya.
Diungkapkan, ada beberapa bagian-bagian ketika match fixing dijalankan dalam sebuah pertandingan bola. Menurut dia, siapapun mengerti sepakbola, pasti akan melihat beberapa scene yang dimainkan.
"Jadi ada beberapa bagian dengan durasi waktu tertentu, contoh 15 menit pertama, ada gol, apakah ada pelanggaran sampai kartu kuning atau merah, wasit akan memainkan perannya. Untuk gol, bisa melibatkan pemain atau manajer klub. Termahal adalah injury time, mahal maksudnya putaran uang, karena ini menyangkut judi,"
Bambang ketika itu, juga melibatkan diri, kode-kode tertentu dimainkan, yang tentunya sudah dipahami manajer klub, wasit, terkadang pemain yang dilibatkan. "Ada kode-kodenya, di menit sekian pelanggaran, gol, maupun pinalti," papar Bambang.
Kendati demikian, Bambang tak membeberkan berapa nominal uang yang digelontorkan dalam menjalankan match fixing atau pengaturan skor itu. Bambang hanya menegaskan, uang bergulir dari bandar besar asal luar negeri dan ada juga beberapa bandar dari lokal.
"Saya sekaligus yang mendistribusi uangnya, untuk siapa saja yang terlibat. Uangnya ya dari bandar," tegasnya.
Klub-klub Liga 2 tengah dalam kondisi 'sakit' kerapkali menjadi sasaran Bambang kala itu. Tentunya iming-iming mendapatkan uang lumayan besar, membuat kejahatan sepakbola itu berjalan mulus tanpa disadari banyak pihak.
"Kita monitor, klub yang tengah kurang dalam pendanaan, kita datangi, melobi, menawarkan. Ketika mau, ya dijalankan," terangnya.
Bambang memang telah insyaf dan menyatakan taubat tak mengulangi terlibat dalam sebuah pengaturan skor. Saat ini, Bambang mendedikasikan dirinya pada Persekam Metro FC, sebuah klub kontestan Liga 3 dengan asal daerah Kabupaten Malang. Bambang menjabat Manager dari klub berjuluk Macan Kumbang itu.