Lasmi dengan berani membongkar kasus pengaturan skor di Indonesia. Mantan manajer Persibara Banjarnegara dan manajer Timnas U-16 putri itu membeberkannya di acara di Mata Najwa 'PSSI Bisa Apa' beberapa waktu lalu.
Siapa sebenarnya Lasmi Indaryani ini? detiksport menemui Lasmi Indaryani di rumah dinas bupati Banjarnegara Budhi Sarwono yang merupakan ayah kandungnya, Jumat (28/12/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepada detikSport, Lasmi menceritakan awal mulanya dirinya berkecimpung di sepakbola Indonesia. Lasmi mengaku ayahnya, Budhi Sarwono, terpilih menjadi ketua Askab PSSI Banjarnegara. Terpilihnya Budhi menjadi ketua Askab diikuti dengan harapan sepakbola Banjarnegara bisa cepat berkembang.
"Ayah saya dilantik menjadi ketua Askab PSSI karena banyak permintaan pengurus sepakbola lama. Katanya kalau bukan bupati sepakbola kurang bisa berkembang," ujarnya.
Dengan dilantiknya Budhi Sarwono, Lasmi tidak serta merta langsung menjadi manajer Persibara. Setelah mengikuti Piala Menpora pertengahan 2017, ia mulai tertarik dengan sepakbola. Lasmi melihat ada tantangan tersendiri untuk memajukan sepakbola, khususnya di Banjarnegara.
"Kenapa Persibara tidak maju-maju, ini yang menjadi tantangan dan membuat saya tertarik. Terlebih saat itu manajer yang lama mundur dan keburu mau ada event jadi saya memberanikan diri," terangnya.
Tidak hanya manajer Persibara, ia juga menjadi manajer tim nasional U-16 putri. Keterlibatannya di timnas dilakukan karena ia harus memberi sumbangsih kepada PSSI pusat agar Persibara bisa naik kasta. Salah satunya adalah menjadi manajer timnas U-16 putri.
"Karena saat untuk lolos ke liga 3 nasional ini kan bukan hanya Jawa Tengah jadi harus punya sumbangsih kepada PSSI pusat," kata dia.
Sayangnya, ia mengatakan hingga saat ini persoalan uang yang dijanjikan PSSI pusat akan dikembalikan masih belum terealisasikan. Seperti untuk penginapan pemain, makan, transportasi dan lainnya.
"Janjinya uang operasional selama di Banjarnegara akan dikembalikan 50 persen, baik untuk penginapan atau makan. Awalnya dianggarkan Rp 30 juta - Rp 50 juta untuk dua minggu tetapi ternyata membengkak," tuturnya.
Salah satunya karena tempat penginapan meminta di hotel. Selain itu, masa penginapan yang awalnya dua minggu menjadi satu bulan dan sempat meminta diperpanjang.
"Karena di hotel kebutuhannya menjadi lebih banyak. Apalagi waktunya ditambah. Awalnya saya tidak mau, tetapi alasannya demi negara. PSSI beralasan karena cuaca di Banjarnegara cocok dengan Kirgistan sebagai tuan rumah piala Asia U-16 putri. Dan saya juga perempuan," jelasnya.
Satu lagi jabatan yang diemban Lasmi Indaryani adalah manajer tim futsal Banjarnegara. Awalnya, ia mengaku tidak tertarik untuk menjadi manajer tim futsal. Ketika itu dirinya ikut pertandingan dan bertemu dengan Johar Lin Eng dan Mbah Pri dan saat itu para pemain kecewa karena merasa wasit tidak berpihak.
"Awalnya manajernya bukan saya. Karena melihat para pemain menangis kemudian Mbah Pri menghubungi saya. Katanya kalau futsal tidak mahal kok. Kemudian meminta sejumlah uang untuk mengkondisikan, dan akhirnya kami lolos," ungkapnya.
Saat ini, Lasmi Indaryani sudah menyatakan mundur dari manajer Persibara, tim futsal maupun timnas U-16 putri. "Saya mundur dari manajer Persibara pada akhir November 2018 lalu," kata dia. (yna/yna)