Petinggi PSSI, IB, dilaporkan kepada Satgas Anti Mafia Bola. Kasusnya, suap penunjukkan tuan rumah delapan besar Piala Soeratin 2009. Dia tak sendiri ada orang berinisial H yang juga turut dilaporkan.
Mantan manajer Perseba Super Bangkalan, Imron Abdul Fatah, yang membuat pengakuan itu. Via telepon, dia mengaku dimintai uang sebesar Rp 140 juta agar Bangkalan tetap menjadi tuan rumah ajang kompetisi U-18. Tidak langsung, tapi menjadi beberapa termin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu delapan besar saya mau dibatalkan (sebagai tuan rumah), mau 'dibuang' (dipindah) ke Persib," kata Imron di Jakarta, Selasa (8/1/2019).
"Jadi saya ditelepon Pak IB 'ini (tuan rumah) harus pindah ke Persib', kemudian saya diminta telepon ke H," ujar dia.
Mengapa sih menjadi tuan rumah itu penting dalam kompetisi sepakbola, sampai ada pihak yang rela menggelontorkan uang ratusan juta?
Faktor nonteknis menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan tim di sebuah kompetisi. Dukungan langsung penonton di stadion contohnya. Atmosfer itu yang bisa membuat semangat juang pemain lebih terbakar atau membuat pemain lawan menjadi demam panggung.
Kalau sejak kompetisi di level grassroot saja sudah ada suap, bagaimana hasil pemainnya saat menjadi pesepakbola profesional kelak?
Pada level ini, para pemain usia dini semestinya dibekali dengan nilai-nilai sportivitas dan fairplay. Selain tentu saja teknik bermain sepakbola yang benar.
Hasil dari pembinaan yang salah kaprah saat ini ya tersaji di kompetisi-kompetisi di Indonesia saat ini. Pemain yang hobi mengintimidasi wasit, pengaturan skor, dan bentuk kecurangan lain tersaji dari Liga 1 sampai level Liga 3.
Oleh karena itu, wajar kalau Imron berharap banyak pada Satgas Anti Mafia Bola agar bisa memperbaiki iklim sepakbola di tanah air.
"Ya alasannya gini, bola ini sekarang ini sudah (ada) Satgas Anti Mafia Bola. Ini kan harapan terakhir buat kita. Sudah nggak ada harapan lagi memperbaiki bola," tutur Imron.