Papat disebut-sebut terkait dalam kasus pengaturan skor yang melibatkan klub Persibara Banjarnegara. Dia menjalani sidang sebagai saksi di Pengadilan Negeri (PN) Banjarnegara, Senin (13/5/2019).
Papat telah mengakui menerima uang transferan dari Lasmi senilai Rp 10 juta. Dia juga membeberkan awal perkenalan dengan Lasmi hingga menunjuknya sebagai manajer Timnas U-16 putri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kenal Lasmi dari pak Johar melalui WA. Saat itu Timnas sepakbola putri ada event di Kyrgyzstan. Pak Johar kasih solusi ada orang yang paham sepakbola dan ada potensi," ujar Papat, yang menjabat sebagai Ketua Komite Tetap Sepakbola Perempuan PSSI, di depan majelis hakim sidang Mafia Bola.
Papat menceritakan, usai komunikasi tersebut selang dua hari, ia mendapat informasi bahwa Lasmi ingin ketemu. Termasuk, untuk membicarakan lokasi latihan Timnas sepakbola yang akan dilakukan di Banjarnegara.
"Selang dua hari, pak Johar ngabari saya kalau Lasmi ingin ketemu. Kemudian saya datang ke Banjarnegara untuk survey lokasi yang akan digunakan untuk latihan. Mulai dari mess, stadion dan lainnya," dia menjelaskan.
Namun, beberapa lokasi mess yang di-survey disebut Papat tidak layak. Karena kondisi kamar dan tidak adanya lobi pada mess tersebut. Menurutnya, keberadaan mess harus ada untuk menerima tamu.
"Ada beberapa lokasi yang akan digunakan mess tetapi tidak ada yang layak. Kemudian lihat hotel Surya Yudha dan di sana sarana prasaranan layak. Akhirnya saat Timnas latihan mereka menginap di Surya Yudha," kata dia.
Papat menuturkan, alasan pemilihan lokasi latihan di Banjarnegara karena suhu antara Kyrgyzstan mirip dengan suhu di Banjarnegara. Setelah ada kesepakatan, mulai dihitung biaya operasional selama latihan di Banjarnegara.
"Akhirnya muncul angka Rp 300 juta untuk biaya operasional latihan di Banjarnegara. Dari jumlah itu memang belum dikembalikan 50 persen dari PSSI sesuai yang dijanjikan. Karena ada laporan pertanggungjawaban yang belum lengkap," kata dia.