Ratu Tisha Disoraki dan Diusir Suporter, Kemenpora: Enggak Bikin Kaget, meskipun...

Ratu Tisha Disoraki dan Diusir Suporter, Kemenpora: Enggak Bikin Kaget, meskipun...

Mercy Raya - Sepakbola
Selasa, 06 Agu 2019 18:12 WIB
Foto: Mochamad Solehudin/detikSport
Jakarta - Sekretaris Kemenpora Gatot S. Dewa Broto merespons insiden Sekretaris Jenderal PSSI, Ratu Tisha Destria, yang diminta meninggalkan tribune saat final Piala Indonesia. Gatot bilang itu bukanlah hal yang mengejutkan.

Laga leg kedua final PIala Indonesia antara PSM Makassar dan Persija Jakarta di Stadion Andi Mattalatta, Selasa (6/8/2019) rampung. Tapi, di sela-sela partai puncak ada momen menggelikan yang mencuri perhatian. Tisha yang hadir sebagai perwakilan otoritas tertinggi sepakbola, PSSI, diusir oleh suporter tuan rumah yang menolak kehadirannya. Tisha sempat meninggalkan tribune VIP Utama, namun kemudian muncul lagi di tribune VVIP.

"Saya terus terang tidak tahu, saya baru tahu dari Detik. Kalau itu yang terjadi memang sangat disayangkan," kata Gatot kepada detikSport.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bagaimanapun Sekjen PSSI sudah datang ke sana sebagai perwakilan otoritas federasi di Indonesia yang ingin hadir di sana," dia menambahkan.


Tapi, di sisi lain, Gatot tak menyalahkan suporter. Menurutnya, aksi suporter PSM sebagai akumulasi dari inkonsisten Tisha sebagai pengambil kebijakan.

Leg kedua final Piala Indonesia itu memang menjadi kontroversi. Sebab, PSSI menunda laga yang seharusnya digulirkan pada 28 Juli dengan jarak kurang dari dua jam sebelum kickoff.

"Artinya, sesungguhnya penolakan itu mohon diterjemahkan sebagai bentuk resistensi dari sebuah klub tertentu terhadap PSSI dalam mengambil keputusan," dia menjelaskan.

"Kenapa tidak konsisten? Karena pertandingan itu otoritas penanggungjawab keamanan itu kepolisian. Kalau kepolisian tidak didengar siapa lagi? Makanya PSSI itu harusnya beruntung, suporter PSM tak membuat onar, kegaduhan, kerusuhan, enggak sampai kan?" kata dia.

"Memang ada statement permintaan maaf dari Ibu Tisha, itu kami apresiasi. Harusnya itu, saat melontarkan permintaan maaf PSSI itu buru-buru datang ke sana (Makassar), bukan sekarang datangnya sehingga mereka akan lebih elegan dihormati. Kan karakter orang timur, kalau bahasa Jawa, sudah direngkuh dengan baik artinya mereka jadi permisif. Kalau sekarang lebih sekadar seperti hero," dia melanjutkan.

"Kami tak kaget jika ada penolakan tersebut meskipun penolakan itu tidak boleh dan harusnya suporter itu menghormati karena Tisha perwakilan otoritas federasi," ujar Gatot.

Gatot berharap ke depan, PSSI bisa lebih baik dalam merangkul suporter supaya kejadian serupa tak terulang Terutama di kompetisi Liga 1 yang masih bergulir sampai akhir tahun ini.

"Harusnya PSSI lebih arif melakukan pendekatan kepada suporter jangan sampai ibaratnya sedang butuh saja datang. Itu lah yang tempo hari kami lakukan secara informal, ketika datang pada event tertentu tak ada resistensi," ujar dia.

"Ya memang kalau mau di-bully risiko, kami sudah kenyang di bully, toh ada aparat yang melindungi. Jangan lupa yang lebih banyak merangkul suporter itu Kemenpora. Coba ada forum suporter beberapa kali kami adakan. Jadi coba lah dirangkul tak perlu menunggu pertandingan untuk menjalin silaturahmi," dia mengharapkan.






(mcy/fem)

Hide Ads