Tentang Rumor Tradisi Serangan Fajar di Kongres PSSI, Benny: Saya Tak Punya Uang

Tentang Rumor Tradisi Serangan Fajar di Kongres PSSI, Benny: Saya Tak Punya Uang

Mercy Raya - Sepakbola
Senin, 21 Okt 2019 10:59 WIB
Benny Erwin, calon ketua umum PSSI (Agung Pambudhy/detikSport)
Jakarta - Kongres PSSI 2019 berpotensi memunculkan praktik uang untuk membeli suara. Salah satu calon ketua umum PSSI, Benny Erwin, mengedepankan sikap jujur terhadap lawan.

Kongres PSSI untuk memilih ketua umum, wakil ketum, dan Komite Eksekutif PSSI berlangsung 2 November di Hotel Shangri-la, Jakarta. Delapan calon ketua umum lolos seleksi pertama PSSI. Menyusul, tiga calon lainnya yang lolos karena banding.

Benny menjadi salah satu peserta calon yang lolos verifikasi pertama. Dia maju karena terbeban prestasi Timnas yang terus menerus menurun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Pria kelahiran Banjarmasin itu optimistis bisa memenangkan hati voters karena pengalamannya dalam dunia sepakbola. Untuk itu, dia mengerti arti dari sebuah sportivitas dalam sebuah pertandingan. Termasuk bertanding untuk memenangkan hati pemilik suara dalam kongres nanti.

"Kalau saya memang dari setiap kongres pun saya menolak. Bagaimanapun sepakbola kalau di lapangan selalu dipasang bendera fair play, berarti itu harus jiwa bersih, sportif. Kalau kita maju duduk di PSSI dengan jiwa yang bersih dan sportif pasti sepakbolanya begitu. Itu sudah memang niat kami seperti itu," kata Benny dalam perbincangan dengan detikSport, di kawasan Kuningan beberapa waktu lalu.

Benny, yang pernah menjadi wakil asisten manajer dan bendahara Persija Jakarta itu, tak menutup mata dengan serangan fajar di Kongres PSSI tahun sebelumnya. Tapi, dia bersikukuh tak akan menempuh jalan itu untuk menggaet

"Jadi kalau duduk di PSSI bersih, pasti pengurus bola bersih. Enggak punya (pikiran), 'Ah saya sudah keluar duit sekian, saya duduk di PSSI, saya harus balikin. Jadinya, malah enggak memikirkan bola, tapi duit karena habis. Saya mana pernah pikirkan duit saya balik? Tidak bisa seperti itu. mengurus bola itu harus nothing to lose, bersih. Ikhlas," dia menjelaskan.

"Bersih itu harga mati. Saya kan punya semboyan, bersih, transparan dan berprestasi," dia menegaskan.

"Toh, kalau main serangan fajar saya sendiri tidak ada uang. Kalau pun ada uang lebih baik untuk urusi pembinaan usia muda," katanya kemudian.

Selain itu, menurut pemilik klub Trisakti FC (Indosemen) ini, menjadi kesempatan untuk memiliki pengurus yang bersih juga besar terjadi. Selama ini, setiap peserta yang mencalonkan sebagai ketum atau waketum PSSI selalu satu paket dengan Komite Eksekutif-nya.

"Saya tidak akan melakukan seperti itu. Jika mereka memilih dengan hati ikhlas ya saya terimakasih. Berarti mau sama-sama membangun sepakbola. Berarti niatnya sudah bersih, bagus dong. Bisa saja diajak jadi pengurus. Jika dari awal bilang, kami mau mendukung, tapi satu voter harganya sekian-sekian, sampai kapan pun sepakbola kita akan hancur," dia menegaskan.



(mcy/fem)

Hide Ads