Kusnaeni Tawarkan Konsep BPJS untuk Bangun PSSI yang Sehat

Kusnaeni Tawarkan Konsep BPJS untuk Bangun PSSI yang Sehat

Randy Prasatya - Sepakbola
Jumat, 25 Okt 2019 20:00 WIB
Foto: Randy Prasatya/detikcom
Jakarta - Mohamad Kusnaeni menilai PSSI sedang dalam kondisi yang tak sehat. Dia menawarkan konsep BPJS untuk menyembuhkan PSSI.

Kusnaeni lolos sebagai calon Wakil Ketua Umum dan Anggota Komite Eksekutif PSSI. Salah satu alasan komentator sepakbola itu maju karena ingin memulihkan PSSI.

Saat ini, kondisi sehat dinilainya belum didapatkan oleh PSSI. Prestasi tak terlihat dan tata kelola dia anggap berantakan. Konsep BPJS bakal dia terapkan jika terpilih di kepengurusan 2019-2023.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Bagi organisasi besar seperti PSSI, sehat di sini maknanya luas. Tidak cukup sehat secara finansial, tapi juga harus sehat secara tata kelola dan juga prestasinya. Dari segi prestasi belum terlihat, tata kelolanya pun agak berantakan, dan secara finansial ternyata masih terbebani utang lumayan besar," kata Kusnaeni.

"Huruf B itu maknanya benahi kompetisi. Tidak hanya fokus ke kompetisi profesional, tapi juga kompetisi amatir dan usia muda. Apalagi kita mau jadi tuan rumah Piala Dunia U-21 2021. Kompetisi amatir dan usia muda yang bagus bisa jadi penyangga yang kuat bagi liga profesional sekaligus menghasilkan banyak bibit pemain bagus sehingga nantinya kita bisa bersaing di level dunia," sambungnya.

Khusus untuk membenahi kompetisi profesional, Kusnaeni menyebut butuh perhatian khusus karena masalahnya kompleks. Maka dari itu, PSSI harus perkuat organisasinya itu yang terkandung dalam huruf "P" dari konsep BPJS Kusnaeni.

"Usia PSSI bahkan lebih tua dibanding republik ini. Sudah sepantasnya PSSI menjadi organisasi yang kuat dan modern. Minimal yang terunggul dibanding induk cabor lainnya," ujar pria yang akrab disapa Bung Kus.

"Sayangnya, saat ini 'rumah PSSI' saja kita tidak punya. Terus berpindah-pindah. Kita juga belum punya fasilitas pemusatan latihan yang memadai untuk tim nasional, semua kelompok umur. Ini hanya bagian kecil dari persoalan organisasi. Banyak aspek lain yang butuh penguatan agar PSSI menjadi organisasi yang unggul dan modern."


"J" dimaknai Kusnaeni sebagai jalin kemitraan dengan semua stakeholder, terutama Pemerintah. Dia menegaskan sepakbola itu tak mungkin diurus sendiri oleh PSSI. Semua pihak: swasta, BUMN, masyarakat, keluarga, hingga mantan pemain harus terlibat," kata pria yang juga pengurus Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) di bawah Kemenpora.

"Paling penting, jangan pernah lagi punya pikiran PSSI bisa maju tanpa dukungan Pemerintah. Justru PSSI harus merangkul Pemerintah agar program-programnya mendapat dukungan dan bantuan. Khususnya untuk peningkatan infrastruktur dan pembinaan usia muda."

Paling akhir, "S" dimaknai sebagai sistem yang jadi panglima, bukan figurnya.

"Bangun sistem organisasi yang kuat, jangan bertumpu pada figur alias one man show. PSSI ini organisasi besar, tidak boleh hanya bertumpu pada orang per orang. Sistem harus berjalan dan jadi pedoman organisasi PSSI. Jangan terlalu banyak pembiaran dan kompromi sehingga akhirnya organisasi jadi lumpuh, tidak efektif," tegasnya.



Hide Ads