Khusus untuk membenahi kompetisi profesional, Kusnaeni menyebut butuh perhatian khusus karena masalahnya kompleks. Maka dari itu, PSSI harus perkuat organisasinya itu yang terkandung dalam huruf "P" dari konsep BPJS Kusnaeni.
"Usia PSSI bahkan lebih tua dibanding republik ini. Sudah sepantasnya PSSI menjadi organisasi yang kuat dan modern. Minimal yang terunggul dibanding induk cabor lainnya," ujar pria yang akrab disapa Bung Kus.
"Sayangnya, saat ini 'rumah PSSI' saja kita tidak punya. Terus berpindah-pindah. Kita juga belum punya fasilitas pemusatan latihan yang memadai untuk tim nasional, semua kelompok umur. Ini hanya bagian kecil dari persoalan organisasi. Banyak aspek lain yang butuh penguatan agar PSSI menjadi organisasi yang unggul dan modern."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kusnaeni Underdog sebagai Calon Waketum PSSI |
"J" dimaknai Kusnaeni sebagai jalin kemitraan dengan semua stakeholder, terutama Pemerintah. Dia menegaskan sepakbola itu tak mungkin diurus sendiri oleh PSSI. Semua pihak: swasta, BUMN, masyarakat, keluarga, hingga mantan pemain harus terlibat," kata pria yang juga pengurus Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) di bawah Kemenpora.
"Paling penting, jangan pernah lagi punya pikiran PSSI bisa maju tanpa dukungan Pemerintah. Justru PSSI harus merangkul Pemerintah agar program-programnya mendapat dukungan dan bantuan. Khususnya untuk peningkatan infrastruktur dan pembinaan usia muda."
Paling akhir, "S" dimaknai sebagai sistem yang jadi panglima, bukan figurnya.
"Bangun sistem organisasi yang kuat, jangan bertumpu pada figur alias one man show. PSSI ini organisasi besar, tidak boleh hanya bertumpu pada orang per orang. Sistem harus berjalan dan jadi pedoman organisasi PSSI. Jangan terlalu banyak pembiaran dan kompromi sehingga akhirnya organisasi jadi lumpuh, tidak efektif," tegasnya.
(ran/fem)