Pria yang akrab disapa Iwan Bule itu resmi terpilih menjadi ketua umum lewat kongres PSSI yang berlangsung pada Sabtu (2/11) lalu di Hotel Shangri-la, Jakarta. Ia menang mutlak dengan meraih 83 suara dari 86 voters.
Usai terpilih, ia dihadapkan dengan tugas-tugas yang berat untuk membereskan permasalahan sepakbola nasional, salah satunya terkait skandal judi dan pengaturan skor. Sejak akhir 2018, Satgas Anti-Mafia Bola yang dibentuk Kapolri saat itu, Jenderal Tito Karnavian, telah menangkap sejumlah tersangka, termasuk di antaranya Plt Ketum PSSI, Joko Driyono, yang dianggap mengganggu jalannya penyelidikan.
Kini, dengan adanya seorang jenderal polisi di pucuk pimpinan PSSI, apakah ada harapan pemberantasan mafia sepakbola bisa berjalan dengan baik?
"Pasti (berharap) ya. Karena kan sekarang Satgas Antimafia Bola itu kan kelihatan sekali cukup sukses berkat kerja polisi. Keuntungan itu untuk sementara bisa dipertahankan dengna Pak Iwan sebagai ketua, jadi saya optimis satgas anti mafia sepakbola bisa bekerja sangat efektif," ujar jurnalis olahraga senior, Budiarto Shambazy, kepada detikSport.
"Baru 17 orang yang jadi tersangka, jangan-jangan nanti nambah lagi jadi 27, atau 37," dia menambahkan.
Senada, pemerhati sepakbola, Akmal Marhali, menyatakan berhasil atau tidaknya Iwan Bule memberantas mafia sepakbola bisa menjadi salah satu tolok ukur kinerjanya memimpin PSSI.
"Ketika melihat background-nya Pak Iwan itu polisi, tentu ini jadi harapan. Kemarin polisi yang bikin satgas, artinya sudah ada pesan yang disampaikan bahwa polisi harus benar-benar bisa mengatasi masalah match-fixing ini," ujar Akmal.
"Ini pertaruhan buat Pak Iwan. Ketika dia tidak bisa mengatasi masalah match-fixing, mafia-mafia bola itu, masyarakat pasti akan berteriak semua dan pada akhirnya akan menjatuhkan beliau sebagai seorang polisi. Jika Pak Iwan bisa membenahi ini, saya pikir semua orang akan hormat," Akmal menambahkan.
Usai terpilih, ia dihadapkan dengan tugas-tugas yang berat untuk membereskan permasalahan sepakbola nasional, salah satunya terkait skandal judi dan pengaturan skor. Sejak akhir 2018, Satgas Anti-Mafia Bola yang dibentuk Kapolri saat itu, Jenderal Tito Karnavian, telah menangkap sejumlah tersangka, termasuk di antaranya Plt Ketum PSSI, Joko Driyono, yang dianggap mengganggu jalannya penyelidikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pasti (berharap) ya. Karena kan sekarang Satgas Antimafia Bola itu kan kelihatan sekali cukup sukses berkat kerja polisi. Keuntungan itu untuk sementara bisa dipertahankan dengna Pak Iwan sebagai ketua, jadi saya optimis satgas anti mafia sepakbola bisa bekerja sangat efektif," ujar jurnalis olahraga senior, Budiarto Shambazy, kepada detikSport.
"Baru 17 orang yang jadi tersangka, jangan-jangan nanti nambah lagi jadi 27, atau 37," dia menambahkan.
Senada, pemerhati sepakbola, Akmal Marhali, menyatakan berhasil atau tidaknya Iwan Bule memberantas mafia sepakbola bisa menjadi salah satu tolok ukur kinerjanya memimpin PSSI.
"Ketika melihat background-nya Pak Iwan itu polisi, tentu ini jadi harapan. Kemarin polisi yang bikin satgas, artinya sudah ada pesan yang disampaikan bahwa polisi harus benar-benar bisa mengatasi masalah match-fixing ini," ujar Akmal.
"Ini pertaruhan buat Pak Iwan. Ketika dia tidak bisa mengatasi masalah match-fixing, mafia-mafia bola itu, masyarakat pasti akan berteriak semua dan pada akhirnya akan menjatuhkan beliau sebagai seorang polisi. Jika Pak Iwan bisa membenahi ini, saya pikir semua orang akan hormat," Akmal menambahkan.
(adp/fem)