Jakarta -
Liga Indonesia di tahun 1990-an melahirkan beberapa bintang. Ada pemain lokal, juga beberapa pemain asing. Siapa saja?
Nama
Peri Sandria sempat lama menjadi 'legend' di Liga Indonesia. Pada musim pertama Liga Indonesia, musim 1994/1995, dia merupakan pencetak gol terbanyaknya.
Bersama Bandung Raya, Peri membukukan sebanyak 34 gol. Rekor itu baru dipecahkan oleh Sylvano Comvalius pada 2017, Penyerang Belanda itu membukukan sebanyak 37 gol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari Pelita Jaya dan Bandung Raya, ada satu penyerang yang tajam. Dia Dejan Glusevic, yang membukukan sebanyak 75 gol dalam petualangannya di Liga Indonesia.
Eks pemain Montenegro itu berkiprah selama setengah dasawarsa di Indonesia. Tiga tahun di antaranya bersama Bandung Raya, membuahkan satu gelar juara Liga Indonesia 1995/1996.
Darryl Sinerine mungkin kurang akrab untuk pecinta Liga Indonesia di saat ini. Kiper asal Trinidad & Tobago itu merupakan pemain Petrokimia Putra.
Darryl merupakan pionir penjaga gawang asing di Indonesia. Setelah itu, bermunculan nama-nama seperti Mbeng Jean, hingga Sinthaweechai Hathairattanakool.
Bintang Kamerun di Piala Dunia 1994, Roger Milla, juga sempat mencicipi Liga Indonesia. Dia cuma dua musim berkiprah di Liga Indonesia.
Di tahun pertamanya bersama Pelita Jaya, Milla membukukan 23 gol dalam 23 laga. Setelah menyeberang ke Putra Samarina, Mila membukukan 18 gol hanya dalam 12 laga.
Juara dunia Piala Dunia 1978, Mario Kempes, pernah mencicipi Galatama pada musim 1993/1994 atau musim terakhir kompetisi semiprofesional di Indonesia itu.
Pemain Argentina itu mampu membawa Pelita Jaya menjadi juara. Kempes memberi kontribusi sebanyak 10 gol dalam 15 laga untuk Pelita Jaya.
Kurniawan Dwi Yulianto sempat menjadi role model pemain depan Indonesia. Dia merupakan pemain jebolan PSSI Primavera.
Pelita Bakrie dan PSM Makassar yang melambungkan namanya. Kurniawan merupakan salah satu bakat terbaik yang pernah dimiliki Indonesia, dia membukukan 33 gol dalam 59 pertandingan di Timnas Indonesia.
Bagi pendukung PSIS Semarang, Tugiyo merupakan legenda hidup. Pemain yang berjuluk Maradona dari Purwodadi itu membawa Mahesa Jenar menjadi juara Liga Indonesia 1998/1999.
PSIS saat itu menjadi one season wonder karena langsung degradasi semusim setelah juara. Selain Tugiyo, Ali Sunan yang menjadi bintang PSIS.