Kabar duka meninggalnya Mbah Kabul tersiar, Sabtu (14/12/2019) pagi. Banyak suporter jelas akan merasa kehilangan. Mbah Kabul terkenal ramah dan suka melempar guyonan saat berjualan di stadion-stadion.
Anak ketiga Suyamdi, Slamet Raharjo (38) membenarkan kabar tersebut. Menurutnya, mbak Kabul meninggal Sabtu pekan lalu, tepatnya usai berjualan di Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Slamet melanjutkan, bahwa saat itu ayahnya mengendarai motor dan sesampainya di simpang 4 tersebut lampu APILL menyala secara normal. Karena hal tersebut, baik mbah Kabul dan mobil tersebut tidak mengetahui satu sama lain dan terjadilah tabrakan tersebut.
"Setelah itu saya dapat kabar dari Polsek Berbah dan langsung ke Rumah Sakit Hardjolukito. Saat itu kondisi (mbah Kabul) mengalami patah kaki, tapi badannya utuh," ucapnya.
"Nah, pas mau dirontgen itu sudah meninggal (dunia), untuk meninggalnya sendiri sekitar jam 5 pagi. Setelah itu (dipastikan meninggal dunia) terus jam 6 pagi dibawa ke rumah (duka di RW.03, RT.32 Dusun Betokan, Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman)," imbuh Slamet.
Lebih lanjut, kepergian mbah Kabul tentu menyisakan duka mendalam bagi keluarga. Mengingat meninggalnya pria berusia 69 tahun itu terbilang cukup mendadak.
![]() |
"Sebelum kejadian itu tidak ada omongan apa-apa, tapi beberapa hari sebelumnya bapak sering jatuh dari motor. Saat itu saya bilang kalau capek istirahat dan jangan dipaksakan," katanya
"Jadi pas kejadian itu mungkin bapak pas kecapekan juga, apalagi kan kalau wayangan itu selesainya bisa sampai jam 2 atau jam 3 pagi," sambung Slamet.
Terlepas dari hal tersebut, Slamet mengaku telah mengikhlaskan kepergian ayahnya. Kendati demikian, ia terkadang masih teringat kenangan bersama ayahnya, terutama saat diajak berjualan asongan.
Slamet mengatakan, bahwa mbah Kabul telah berprofesi sebagai pengasong sejak lama. Bahkan, ia kerap diajak berjualan oleh ayahnya
"Dari tahun 1997, jadi awalnya dulu di alun-alun terus terbentuk kelompok asongan tahun 1998 dan antara tahun 1999-2009 itu bapak mulai jualan di Stadion Tridadi, saya pernah ikut itu," ucapnya.
Tak hanya berjualan di Stadion Tridadi, mbah Kabul juga kerap berjualan aneka camilan seperti tahu asin, arem-arem kacang dan air minum dalam kemasan di stadion-stadion. Selain di stadion, mbak Kabul juga kerap berjualan saat ada tanggapan wayang dengan dalang Ki Seno Nugroho.
"Terus berlanjut jualan di (stadion) Mandala Krida, Amongrogo dan (stadion) Sultan Agung. Tapi kalau tidak ada pertandingan (sepakbola) itu, mengikuti wayang Ki Seno dan kalau tidak ada keduanya ya hanya di rumah saja," kata Slamet.
Pria berkulit sawo matang ini menuturkan, mbah Kabul adalah orang yang humoris saat menjajakan dagangannya. Menurutnya hal itulah yang membuat ayahnya dekat dengan kalangan suporter di DIY.
"Bapak itu orangnya humoris, ngumumi (bersosial), baik di kampung dan di luar kampung, karena itu dia dekat sama orang-orang. Kemarin pas layat juga banyak supporter (klub sepakbola) yang ke sini," katanya.
Dekat Dengan Supporter
Salah seorang supporter PSIM Yogyakarta, Rama (27) menyebut bahwa Mbah Kabul memang dekat dengan para supporter. Bahkan, Rama sudah mengenal Kabul sejak berusia remaja.
"Saya kenal Mbah Kabul sejak remaja, saat nonton bola (PSIM Yogyakarta bertanding) di Mandala Krida. Beliau pribadi yang ramah dan periang," katanya kepada detikcom.
Karena itu, meninggalnya salah satu pengasong legendaris di DIY ini membuat para supporter ikut berduka. Mengingat sudah tidak ada lagi celotehan dan guyonan mbah Kabul untuk menghangatkan suasana di dalam Stadion.
"Tentu sangat disayangkan, kami semua kehilangan sosok yang selama ini selalu menghangatkan situasi tribun dengan guyonan-guyonan khasnya itu," ucapnya.
"Contoh guyonannya seperti 'ora nyanyi ora jajan, ganti penonton wae' (tidak nyanyi, tidak jajan, ganti penonton saja), sama 'ayo nyanyi-nyanyi, wes ra nyanyi, yo ra jajan' (ayo nyanyi, sudah tidak nyanyi, tidak jajan lagi)," sambung Rama menirukan perkataan mbah Kabul.
Hal senada juga diungkapkan supporter PSS Sleman, Andrean (26) mengatakan, bahwa ia kerap mengobrol dengan Mbah Kabul. Menurutnya, saat mengobrol Mbah Kabul kerap melempar candaan.
"Saya sering ketemu di luar, sebelum beliau masuk kerja (berjualan makanan minuman di dalam Stadion). Ya, kalau di luar ngobrol-ngobrol terkait jualannya, kalau penontonnya rame dia guyonnya enak, kalau penontonnya sepi (guyonannya) jadi kurang enak," ucapnya disusul tawa.
Selain itu, ia juga menilai cara berjualan mbah Kabul terbilang lain dari pada yang lain. Di mana mbah Kabul kerap berceloteh dengan maksud menyemangati supporter dalam mendukung tim. Menurutnya, hal itulah yang membuat Mbah Kabul dekat dengan para supporter.
"Karena memang humoris, terus sama cara dia (Kabul) jualan emang unik, pendekatannya pendekatan yang nggak main-main. Kalau tim lagi kalah, apalagi keserang terus itu beliau muter tribun sambil bawa dagangannya, sambil (celoteh) 'ayo jajan biar semangat, gitu'," ucapnya.
Karena itu, ia mengaku pasca meninggalnya mbah Kabul para supporter merasa kehilangan sosok yang identik. "Yang jelas ini sih, jadi hal yang kurang saat di Stadion, karena dia identik," kata Andrean.
Halaman 2 dari 2
(cas/rin)