Persiraja Banda Aceh menghitung-hitung potensi kerugian dari pemotongan dana subsidi. Mereka keberatan dengan rencana yang diusulkan PT Liga Indonesia Baru (LIB).
Pemotongan dana subsidi itu rencananya diberlakukan untuk klub-klub Shopee Liga 1 dan Liga 2 2020. Awalnya setiap klub Liga 1 dijanjikan subsidi sebesar Rp 5,2 miliar sedangkan Liga 2 Rp 2,5 miliar.
Pencairan dana subsidi dibagi ke dalam 10 termin atau sesuai kalender kompetisi. Artinya klub Liga 1 menerima Rp 520 juta setiap termin, sementara Liga 2 Rp 250 juta setiap terminnya.
Nah PT LIB berencana hanya membayar subsidi sebesar Rp 350 juta untuk Liga 1 dan Rp 100 juta untuk Liga 2 untuk satu termin pencairan. Sejauh ini rencana itu belum terealisasi karena belum disetujui PSSI.
"Kalau memang benar dipotong ya rugi lah kami. Seharusnya kan kami dapat Rp 520 juta, tapi sekarang dipotong menjadi Rp 350 juta, artinya kami sudah rugi Rp 170 juta," kata Sekretaris Umum Persiraja, Rahmat Jaelani, kepada wartawan.
Potensi kerugian bahkan menjadi lebih besar lagi buat Persiraja andai wacana PT LIB itu benar-benar terjadi. Karena Persiraja dan Persipura dijanjikan dana subsidi lebih besar ketimbang klub Liga 1 lainnya.
Kedua klub dengan kondisi geografis terjauh itu dijanjikan dana subsidi Rp 5,7 miliar. Jumlah itu lebih besar Rp 500 juta dibanding peserta Liga 1 lainnya.
Dana subsidi yang diterima Persiraja dan Persipura setiap terminnya seharusnya adalah Rp 570 juta. Jadi Persiraja bukan cuma kehilangan Rp 170 juta dari pemotongan, melainkan Rp 220 juta.
Sampai saat ini pun PT LIB baru mencairkan dana subsidi untuk termin pertama. Klub Liga 2 malah lebih parah lagi karena baru enam klub yang mendapat dana subsidi termin pertama.
"Ya kami maunya dapat penuh untuk masalah subsidi ini. Selain itu, sampai sekarang kami belum mendapatkan pembayaran termin kedua, baru sekali kami dapat subsidi itu," ujar Rahmat Jaelani mengakhiri.
(mrp/aff)