Format Baru di Liga Djarum 2006?

Format Baru di Liga Djarum 2006?

- Sepakbola
Jumat, 23 Des 2005 21:41 WIB
Jakarta - Akan ada perubahan pada gelaran Liga Djarum 2006 nanti. Badan Liga Indonesia (BLI) kemungkinan besar menerapkan format baru dengan menggelar babak semifinal pada kompetisi Divisi Utama.Rencana baru BLI ini memang belum sepenuhnya dipastikan bakal diterapkan pada musim 2006 nanti. Namun keputusan tergantung pada semua tim bila suara mayoritas mendukung adanya perubahan ini."Saya kira usulan itu realistis saja, dan memang akan menambah bobot persaingan memperebutkan gelar juara. Kalau mayoritas peserta setuju, bagi BLI tidak menjadi masalah kalau hal itu bisa langsung diterapkan pada musim kompetisi 2006 ini," terang Direktur Eksekutif BLI Andi Darussalam Tabusala, seusai menutup resmi workshop management BLI dengan klub-klub Divisi Utama 2006, Jumat (23/12) siang di Hotel Hilton Jakarta.Perubahan format ini sendiri diajukan oleh PSMS Medan setelah di musim lalu usulan ini ditolak oleh PSSI karena hal itu tidak dibicarakan sebelumnya dalam pertemuan teknik sebelum kompetisi 2005 bergulir.Isi format ini sendiri lebih dikhususkan pada gelaran delapan besar. Formatnya, tim yang menempati posisi runner-up di babak empat besar wilayah masing-masing masih berpeluang lolos ke grand final bila memenangkan partai semifinal yang dilangsungkan secara silang.Format babak semifinal ini sendiri tidak diterapkan pada musim kompetisi Liga Djarum Indonesia 2005, di mana tim peringkat teratas babak empat besar wilayah satu (Persija Jakarta) langsung bertemu dengan peringkat teratas dari wilayah dua (Persipura Jayapura).Dalam rancangan jadwal kompetisi Divisi Utama Liga Djarum Indonesia 2006 yang sudah disusun BLI, rangkaian pertarungan babak delapan besar kompetisi 2006 dilaksanakan mulai tanggal 19 Juli, atau sepuluh hari seusai final Piala Dunia di Jerman. Seperti musim kompetisi sebelumnya, babak delapan besar melibatkan empat tim terbaik dari Wilayah I (Barat) dan empat tim terbaik Wilayah II (Timur).Usulan dipertandingkannya babak semifinal ini menjadi salah satu rumusan yang dihasilkan dari salah satu kelompok kerja (pokja) yang dibentuk pada workshop management BLI dengan klub-klub peserta kompetisi."Meski pertandingan babak semifinal itu tidak tercantum dalam Manual Liga Indonesia, namun saya kira tidak menjadi masalah jika langsung bisa diterapkan pada musim kompetisi 2006 ini, yang penting disetujui oleh klub-klub peserta," ujar Iwan Budianto, manajer Persik Kediri yang menjadi ketua Pokja etika di mana usulan tersebut mengemuka.Dari tiga Pokja yang dibentuk untuk menampung dan membahas berbagai permasalahan menyangkut kompetisi tersebut, beberapa rumusan yang diperoleh dari pokja etika boleh dibilang banyak berkaitan dengan hal-hal yang terjadi dalam pergelaran kompetisi.Menurut Iwan Budianto, di samping usulan adanya babak semifinal itu, pokja etika juga merumuskan tentang perlunya dibuat regulasi tentang beberapa hal yang berkaitan dengan kontrak pemain dengan klub. Misalnya, pemberian kesempatan pada pemain untuk melakukan pembicaraan dengan klub lain menjelang berakhirnya masa kontraknya dengan klub asal."Tiga bulan sebelum masa kontraknya berakhir pimpinan klub harus sudah memberitahukan kemungkinan perpanjangan atau pemutusan kontrak dengan pemainnya. Dua bulan menjelang kontrak berakhir, pemain boleh melakukan pembicaraan atau negosiasi dengan klub lain," kata Iwan Budianto.Ia menambahkan, penjelasan rinci mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan kontrak pemain memang perlu dilakukan mengingat banyaknya kasus perselisihan antara klub dengan pemainnya. Terakhir adalah kasus Abanda Herman dan Ronald Fagundez yang diskorsing lima tahun oleh PSM karena dinilai melanggar kontrak dengan bermain untuk Persija Jakarta pada Piala Emas Bang Yos III sementara masa kontrak mereka dengan PSM belum berakhir."Di luar kasus itu banyak kasus-kasus lain yang tidak terekpos keluar, termasuk menyangkut pemain lokal," jelas Iwan.Rumusan lain dari Pokja Etika yang juga akan disosialisasikan oleh BLI adalah mengenai code of conduct dari pimpinan tim, terutama manajer dan pelatih. Menurut Iwan, manajer dan pelatih diharapkan tidak lagi memberikan komentar di luar masalah teknis menyangkut hasil pertandingan timnya. Misalnya, dengan menyebut kepemimpinan wasit yang dinilai kurang fair, atau hal-hal lain yang tidak ada kaitannya dengan teknis permainan."Dari pengalaman sebelumnya komentar atau pernyataan-pernyataan seperti itu ternyata menjadi salah satu pemicu dari munculnya ketidakpuasan yang berlebihan, sehingga kadang menimbulkan kerusuhan. Kita perlu kedewasaan bersikap dan bertindak untuk membuat kompetisi ini perlahan namun pasti semakin membaik," terang Iwan. (ian/)

Hide Ads