Pelatih-pelatih Asing yang Juga Pernah Bermasalah dengan PSSI

Pelatih-pelatih Asing yang Juga Pernah Bermasalah dengan PSSI

Muhammad Robbani - Sepakbola
Minggu, 21 Jun 2020 17:05 WIB
Luis Milla
PSSI bukan cuma bermasalah dengan Shin Tae-yong saja, ada beberapa pelatih asing. (Foto: detikcom/Rengga Sancaya)
Jakarta -

Perselisihan antara Shin Tae-yong dengan PSSI merebak akhir-akhir ini. Namun itu bukan hubungan tak manis pertama federasi sepakbola Indonesia dengan pelatih asing.

Mundur ke era 2000-an, ada sekitar 10 pelatih asing yang pernah menangani Timnas Indonesia. Mereka adalah Ivan Kolev, Peter Withe, Wilhelmus Rijsbergen, Jacksen F. Tiago, Alfred Riedl, Pieter Huistra, Luis Milla, Simon McMenemy, dan terakhir Shin Tae-yong.

Mayoritas dari pelatih-pelatih asing ini kiprahnya berakhir pahit karena mereka bermasalah dengan PSSI. Tak usah mundur jauh ke belakang, Simon McMenemy, pelatih sebelum Shin Tae-yong, pernah 'dipermalukan' PSSI.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria asal Skotlandia dipecat meski belum setahun melatih lantaran kekalahan beruntun Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia. Meski begitu, Simon tetap diminta datang ke Kuala Lumpur, saat Timnas Indonesia dijamu Timnas Malaysia, 19 November 2019.

Sebelum Simon, Timnas Indonesia dilatih Luis Milla. Nasib pelatih asal Spanyol itu juga tak lebih baik dari Simon.

ADVERTISEMENT

Konflik yang mereka hadapi dengan PSSI bermacam-macam. Mulai dari vonis tak sesuai ekspektasi hingga masalah kontrak.

Berikut catatan-catatan konflik pelatih asing Timnas Indonesia dengan PSSI:

1. Alfred Riedl

Pelatih asal Austria ini tiga kali menangani Timnas Indonesia. Pertama pada 2010, lalu 2013, dan terakhir 2016.

Kiprah pertamanya langsung berakhir tak manis. Ia dipecat pada 2011 terkait masalah kontrak yang disebut PSSI saat itu dilakukan dengan pihak lain.

Ketum PSSI saat itu, Djohar Arifin, menyebut bahwa Alfred Riedl dikontrak oleh Nirwan Bakrie, bukan dengan PSSI. Saat itu PSSI dan sepakbola nasional memang sedang mengalami dualisme.

PSSI kemudian menunjuk Wim Rijsbergen sebagai penggantinya. Meski sudah dipecat, masalah Riedl dengan PSSI tak berhenti di sana.

Sekitar September 2011 ia pernah dituduh PSSI melakukan provokasi ke pemain Timnas Indonesia asuhan Wim Rijsbergen. Hal itu lantaran Riedl dianggap melakukan pertemuan ilegal dengan para pemain Timnas Indonesia pasca kalah 0-2 dari Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia 2014.

Meski dengan catatan konflik itu, nyatanya PSSI kembali menunjuknya untuk melatih Timnas Indonesia pada 2013. Ia gagal kali ini karena Pasukan Garuda tak lolos fase Grup Piala AFF 2014 dan kedua belah pihak sepakat mengakhiri kerjasama.

Pada 2016 ia kembali ditunjuk lagi tak lama setelah FIFA mencabut sanksi internasional kepada PSSI. Ia dianggap cukup berhasil membawa Timnas Indonesia ke final Piala AFF 2016 meski dengan segala pembatasan.

Misalnya, ia cuma bisa memanggil maksimal dua pemain dari setiap klub lantaran kompetisi domestik masih berjalan. Meski begitu, PSSI tetap saja memutus kontrak Riedl dan kemudian menunjuk Luis Milla.

Alfred RiedlAlfred Riedl saat menjadi pelatih timnas Indonesia. Foto: Rachman Haryanto

2. Luis Manuel Blanco

Bisa dibilang pelatih asal Argentina ini jadi yang paling malang. Ia ditunjuk menjadi pelatih Timnas Indonesia senior dan U-23 pada 7 Februari 2013.

Para pemain kabarnya sempat memboikot latihan di bawah kepemimpinan Blanco. Salah satu penyebabnya adalah pencoretan 14 dari 21 pemain karena dianggap melakukan tindakan indisipliner.

Lebih mengejutkan lagi, beberapa anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI dikabarkan tak mengetahui penunjukkan Blanco menjadi pelatih Timnas Indonesia. Hal itu pula yang membuat PSSI meralat kontraknya dengan Blanco.

Tak sampai sebulan, ia sudah dipecat oleh PSSI dan belum mendapatkan kesempatan melatih di pertandingan resmi. Ia tak senang dengan keputusan tersebut.

Pria kelahiran 1953 itu pun menyebut melatih Timnas Indonesia sebagai pengalaman terburuk dalam kariernya. Ia juga melaporkan pemecatan ini ke Kedutaan Besar Argentina di Indonesia.

3. Luis Milla

Eks pemain Barcelona dan Real Madrid ini ditunjuk PSSI pada 21 Januari 2017. Curriculum vitae-nya cukup mentereng karena pernah mengantar Timnas Spanyol juara Piala Eropa U-21 2011.

Banyak pemain-pemain bintang Spanyol masa kini yang saat itu menjadi asuhan Luis Milla. Sebut saja Cesar Azpilicueta, Javi Martinez, Bojan Krkic, Juan Mata, David de Gea, Ander Herrera, hingga Thiago Alcantara.

Bisa dibilang Luis Milla melek dengan pemain muda yang punya potensi. Dengan alasan itu pula ia ditugasi menangani Timnas Indonesia U-23.

PSSI pun berani membayar kontrak mahal kepada Luis Milla yang kabarnya mencapai miliaran per bulan. Sayang ia gagal mengantarkan Timnas Indonesia U-23 ke Piala Asia U-23 2018.

Di SEA Games pun ia cuma berhasil mempersembahkan medali perunggu. Sementara di Asian Games 2018 ia ditargetkan meraih medali emas namun hanya berhasil melaju ke babak 16 besar.

Meski begitu, publik menilai permainan Timnas Indonesia mengalami perkembangan di bawah asuhan Luis Milla. Prestasi memang belum ada namun permainannya dianggap menghibur.

Sayang itu tak cukup buat PSSI yang tak puas karena merasa Milla tak pernah mencapai target. Ia pun dihentikan di tengah jalan saat masih berada di kampung halamannya di Spanyol.

Ada kabar PSSI tak kuat membayar nilai kontraknya yang besar. Milla pun melancarkan kritikan keras kepada PSSI setelah kabar pemecatannya mencuat.

[Gambas:Instagram]

4. Simon McMenemy

Simon ditunjuk menjadi pengganti Bima Sakti yang sebelumnya berstatus interim pasca pemecatan Luis Milla. Ia diperkenalkan pada akhir Januari 2019 meski sudah diumumkan sejak akhir 2018.

Dalam presentasinya, ia mengakui bahwa dirinya bukan pelatih favorit untuk menangani Timnas Indonesia sepeninggal Luis Milla. Ia sadar dengan pengalaman minimnya untuk menjadi pelatih Timnas Indonesia.

Meski begitu, ia cukup percaya diri bahwa Indonesia punya modal bagus untuk bisa berbicara di pentas internasional. Salah satunya suporter yang fanatismenya sudah tak perlu diragukan lagi.

Sayang perjalanannya tak semudah yang dibayangkan. Di bawah asuhannya, Timnas Indonesia cuma menang dua kali, itu pun atas Myanmar dan Vanuatu saja.

Simon Mc Menemy, pelatih Timnas IndonesiaSimon Mc Menemy saat menjadi pelatih Timnas Indonesia. Foto: Rifkianto Nugroho/detikSport

Sisanya, Indonesia dihajar empat kali berturut-turut di Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia. Cemoohan pun mulai dilancarkan publik sepakbola Indonesia kepada Simon atas rentetan hasil buruk itu.

Hal itu menjadi ironis buat Simon yang sedari awal mengharapkan dukungan suporter untuk kesuksesan Timnas Indonesia. Seolah mengabulkan permintaan publik, ia pun akhirnya dipecat PSSI.

Pemecatan itu kemudian menjadi kontroversi lantaran dianggap merusak mood Timnas Indonesia di tengah periode sulit. Untuk menyiasati keadaan, PSSI meminta Simon untuk tetap bersama tim pada laga tandang melawan Timnas Malaysia.

Simon sudah tak punya kekuatan dan hanya menyaksikan latihan dari pinggir lapangan karena posisinya sudah diambil Yeyen Tumena sebagai pelatih interim. Ia tak pernah bicara situasi ini sampai kini terkait posisinya sebagai pelatih Timnas Indonesia.

Mungkin saja, keputusan menerima pinangan PSSI menjadi pelatih Timnas Indonesia adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya. Padahal ia sudah cukup nyaman punya reputasi bagus bersama Bhayangkara FC yang konsisten di Liga 1 dengan segala kekurangannya.


Hide Ads