Ricky Yacob atau Ricky Yacobi? Ini Kisah di Balik Nama sang Legenda

Ricky Yacob atau Ricky Yacobi? Ini Kisah di Balik Nama sang Legenda

Muhammad Robbani - Sepakbola
Sabtu, 21 Nov 2020 19:15 WIB
Ricky Yacobi
Ricky Yacobi, legenda sepakbola Indonesia, meninggal dunia. (Foto: Instagram @rijacobi)
Jakarta -

Ricky Yacob lahir di Medan, Sumatera Utara, pada 12 Maret 1963. Setelahnya, ia juga dikenal dengan nama Ricky Yacobi. Ini kisahnya.

Perubahan nama itu dipercaya terjadi setelah ia pulang dari Jepang. Pada penghujung 1980-an, Ricky sempat direkrut Matsushita FC (cikal bakal Gamba Osaka) yang bermain di kompetisi sepakbola semiamatir Japan Soccer League.

Beberapa kali Ricky juga sempat menjelaskan perihal perubahan namanya itu. Salah satu alasannya adalah kebiasaan orang Jepang yang kesulitan melafalkan kata dengan akhiran huruf konsonan/mati sehingga menambahkannya huruf vocal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Orang Jepang terlalu sulit memanggil 'Yacob' dan menggantinya dengan menambahkan 'i' menjadi 'Yacobi'. Hal itu menjadi kebiasaan dan dibawa Ricky ketika sudah balik ke Indonesia.

Soal klaim itu terbilang masuk akal karena lidah orang Jepang memang terbilang unik ketika mereka mengucapkan kata-kata asing. Malaysia misalnya yang berubah menjadi Mareshia atau Vietnam menjadi Betonam.

ADVERTISEMENT

Ricky juga lebih senang menggunakan Yacobi ketimbang Yacob. Hal itu bisa dilihat dalam penggunaan username di akun Instagram dan Facebook miliknya. Pun dengan nama sekolah sepakbola yang ia miliki.

Ada klaim perubahan nama itu terkait aktivitas spiritual keagamaan yang dijalani Ricky. Laman Historia dan wartawan senior Mahfudin Nigara pernah membahas hal ini.

Ibasnya, Ricky dicoret dari skuad Timnas Indonesia di SEA Games 1991. Akibatnya, Ricky tak terlibat dalam keberhasilan Timnas Indonesia meraih medali emas SEA Games untuk yang kedua kalinya.

Sebelumnya, Ricky sudah pernah mempersembahkan medali emas sepakbola di SEA Games 1987. Manajer Timnas Indonesia IGK Manila terpaksa mencoret Ricky pada ajang 1991 di Jakarta karena menilai sang striker berubah sikap setelah menjalani kegiatan spiritual.

Pemakaman legenda Sepak Bola Indonesia Ricky Yacobi berlangsung di TPU Tanah Kusir, Jakarta. Diiringi hujan deras, pemakaman tersebut berlangsung sangat haru.Pemakaman legenda Sepak Bola Indonesia Ricky Yacobi berlangsung di TPU Tanah Kusir, Jakarta. Diiringi hujan deras, pemakaman tersebut berlangsung sangat haru. Foto: Grandyos Zafna

Pencoretan Ricky membuat publik saat itu bertanya-tanya. Maklum, Ricky adalah salah satu striker terbaik yang dimiliki Indonesia saat itu.

IGK Manila tetap mantap mencoret Ricky karena mencium sesuatu yang tak biasa dari gelagat eks PSMS Medan. Misalnya saat Ricky sengaja membuang peluang mencetak gol kontra Malta dalam ajang President's Cup di Korea Selatan, tahun 1991.

"Saya tahu Ricky pemain bagus, tapi saya juga punya alasan. Fokus saya sekarang keutuhan tim. Target kita emas. Hanya pemain yang siap bertanding yang bertahan di tim," ungkap IGK Manila dalam biografinya, Panglima Gajah, Manajer Juara, karya Hardy Hermawan dan Edy Budiyarso, yang dimuat di laman Historia.

Mahfudin Nigara juga mengisahkan hal serupa tentang Ricky Yacobi dalam tulisan terbarunya. Ia adalah sosok wartawan yang banyak terlibat dalam peliputan olahraga nasional pada masa itu.

Pemakaman legenda Sepak Bola Indonesia Ricky Yacobi berlangsung di TPU Tanah Kusir, Jakarta. Diiringi hujan deras, pemakaman tersebut berlangsung sangat haru.Pemakaman legenda Sepak Bola Indonesia Ricky Yacobi berlangsung di TPU Tanah Kusir, Jakarta. Diiringi hujan deras, pemakaman tersebut berlangsung sangat haru. Foto: Grandyos Zafna

Nigara mengaku pernah dimintai tolong oleh IGK Manila terkait perubahan sikap Ricky. Saat itu, IGK Manila menyebut Ricky menutup diri.

"Ricky juga tidak pernah bercerita tentang nama kenapa berubah tiba-tiba dari Yacob menjadi Yacobi. Namun, dia itu Ricky bin Yacob, namanya cuma satu Ricky saja, bapaknya Yacob. Kemudian setelah pulang dari Jepang dia memperdalam agama Islam, agak keras ajarannya waktu itu setelah diajak oleh sahabatnya yang juga kiper, bukan pemain timnas. Kemudian belajar, waktu belajar, ini tafsiran saya, dia dibai'at kemudian dapat nama baru. Dia memegang falsafah itu, lebih baik diam daripada tidak bisa bicara dengan baik dan benar. Itu juga yang membuat dia lama tak bicara dengan siapapun," ungkap Nigara kepada detikSport.

"Yang jelas, Ricky selalu marah kalau dipanggil Yacob. 'Bang nama saya Yacobi bang bukan Yacob.' Berkali-kali dia bilang itu pergantian nama itu," sambungnya.

"Kalau alasannya karena di Jepang, pas pulang kan sudah balik lagi jadi Yacob, ini kan nggak. Dia berguru dengan orang yang sangat keras sehingga dibai'at dan wajib ganti nama."

Nigara juga memastikan bahwa sejak mendalami ilmu agama, Ricky menjadi rajin salat daripada saat pertama kali kenal. Ricky juga punya karakter yang ramah.

"Dia dari kecil Islam meskipun bapaknya Manado, ibunya Medan. Dia Islam dari kecil. Dia cukup termasuk yang rajin salat. Sebelumnya nggak, jadi rajin setelah belajar. Dia orang penggembira, banyak cerita. Ya pokoknya ketawa ciri khas anak Medan. Tapi setelah pulang dari Jepang dia belajar agama, dia berubah. Cukup lama 2-3 tahun seperti itu. Sampai Timnas di Korea Pak (IGK) Manila minta tolong saya, tapi saya gak berhasil," ujar Nigara.

"Saya sudah ikut Ricky dari 1980 ketika datang ke Jakarta main Piala Soeratin. Saya juga baru jadi wartawan itu. Bulan April kalau gak salah Piala Soeratin, kami bergaul. Semua diinapkan di Ragunan, kantor saya di Kota Jalan Bandeng, saya bawa naik motor dia," kenang Nigara.

Sementara Rully Nere, eks Timnas Indonesia sekaligus mantan rekan Ricky enggan membahas hal ini. Rully Nere dan Ricky adalah bagian Timnas Indonesia di SEA Games 1987.

"Saya kurang tahu soal pergantian nama (Ricky), itu privasi lah," ucap Rully Nere saat berbincang dengan detikSport via sambungan telepon.

Ricky Yacobi meninggal dunia saat bermain sepakbola di Lapangan ABC, Senayan Jakarta, Sabtu (21/11/2020), pagi, WIB. Ia meninggal di usia 57 tahun dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, secara Islam.




(ran/krs)

Hide Ads