Jakarta -
Piala Menpora 2021 telah selesai dan terhitung cukup sukses meski di akhir tercoreng ulah suporter. Tensi tinggi rasa kompetisi menjadi awal muaranya.
Bagi pemain, turnamen ini menjadi ajang pembuktian demi mendapatkan kontrak. Maklum, klub tak diwajibkan mengontrak pemain untuk bisa ditampilkan di ajang ini. Ya, beberapa pemain merumput tanpa ada kesepakatan kontrak.
Tak semua pemain bermain tanpa kontrak memang. Persija Jakarta misalnya yang sudah mengontrak mayoritas pemainnya untuk bermain di gelaran pramusim ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi, tak semua klub bertindak seperti Persija. Arema FC misalnya yang memutuskan tak mengontrak Caio Ruan setelah mereka tersingkir di fase grup. Performa sang pemain asal Brasil dianggap tak sesuai keinginan.
Mau tak mau, pemain harus tampil all-out kalau mau mendapatkan kontrak dari klub. Kondisi ini yang membuat titel pramusim terasa tak ada bedanya dengan kompetisi yang sesungguhnya.
Coba lihat pertandingan semifinal leg pertama Piala Menpora 2021, yang mempertemukan PSM Makassar melawan Persija. Dalam pertandingan di Stadion Maguwoharjo itu diwarnai 12 kartu kuning dan 1 kartu merah yang dikeluarkan wasit.
Tensi tinggi yang ditunjukkan pemain otomatis merembet ke suporter. Euforia merayakan sepakbola setelah absen lebih dari satu tahun pun dilampiaskan.
Kalau menengok ke Eropa, ajang pramusim biasanya dimanfaatkan untuk memberikan jam terbang kepada para pemain muda dari akademi. Antusiasme menyaksikan pramusim juga jauh berbeda dengan kompetisi. Tapi terlalu jauh kalau membandingkan sepakbola Indonesia dengan Eropa yang industrinya sudah begitu maju.
Di Indonesia, Piala Menpora sendiri menjadi oase pelepas dahaga buat suporter dan pemain yang sudah lama menantikan gelaran sepakbola lagi. Kerinduan terhadap sepakbola dalam negeri akhirnya terobati.
"Ini kan semangatnya menuju kompetisi. Pemain mau menunjukkan yang terbaik untuk membuktikan diri. Kalau bagus bisa dikontrak untuk main di kompetisi kan," kata Ketua OC Piala Menpora 2021 Akhmad Hadian Lukita saat dihubungi detikSport soal pramusim rasa kompetisi.
"Ini persiapan menuju liga. Kalau menuju liga kan ada yang mau lihat performanya (pemain) juga di Piala Menpora. Kami serahkan ke klub bagaimana mengatur siapa yang akan main di liga. Ada yang akhirnya dikontrak mungkin, atau selama turnamen beberapa pemain sudah dikontrak, atau di ujung nanti baru dikontrak. Setiap tim pastinya kan punya tim evaluasi buat pemain yang mau direkrut," ujarnya.
Ongkos penyelenggaraan yang membengkak
Gelaran Piala Menpora disiapkan dengan cara yang berbeda tak seperti biasanya. Sebab Polri mau sepakbola menerapkan protokol kesehatan ketat demi mencegah terciptanya klaster penyebaran virus corona.
Tak boleh ada penonton untuk menyaksikan pertandingan secara langsung. Jangankan datang ke stadion, mendekat ke arena pertandingan saja dilarang. Termasuk nobar atau yang sifatnya menciptakan kerumunan.
Jumlah orang yang bisa masuk ke stadion dibatasi maksimal 299 orang saja. Termasuk pemain hingga jurnalis, semua wajib menjalani tes swab antigen untuk membuktikan diri terbebas dari COVID-19 sebagai syarat masuk stadion.
Adapun biaya tes COVID-19 menjadi tanggungan penyelenggara. Klub tak dibebani biaya lebih untuk kewajiban tes swab.
Artinya, ongkos penyelenggaraan sepakbola di masa pandemi mengalami pembengkakan. PSSI, PT LIB, dan klub pun harus memutar otak untuk mengakali neraca keuangan karena terputusnya sumber pendapatan dari penjualan tiket.
Untuk Piala Menpora, klub-klub ditawarkan untuk 'membawa diri' saja. Setiap klub diberikan dana Rp 100 juta untuk akomodasi menuju empat lokasi penyelenggaraan yakni; Stadion Si Jalak Harupat, Stadion Manahan, Stadion Maguwoharjo, dan Stadion Kanjuruhan.
Biaya hotel menginap pun juga ditanggung penyelenggara. Selain itu klub juga dijanjikan match-fee sebesar Rp 250 juta untuk dibagi ke dua klub dalam satu pertandingan. Rinciannya; Rp 150 juta untuk tim pemenang, Rp 100 juta untuk tim yang kalah, atau masing-masing Rp 125 juta jika laga berakhir imbang.
Kalau dihitung-hitung, tawaran match fee hingga akomodasi dari pihak penyelenggara terbilang pas-pasan bahkan tak cukup buat beberapa klub. Di sisi lain, sponsor pihak klub belum tentu mencairkan dananya untuk Piala Menpora.
"Dari segi akomodasi dan transportasi kan kami akomodir. Match fee juga dapat. Mungkin yang ditanggung sendiri oleh klub itu extra-extra lainnya karena setiap klub kan beda-beda. Jadi mereka punya cara sendiri-sendiri," tutur Lukita.
"Kamu bisa lihat juga, sponsor klub masih nempel di jersey masing-masing. Itu salah satu pendapatan yang bisa membantu klub survive dalam kondisi pandemi ini."
"Klub tetap ada sponsor. Nah dengan adanya Piala Menpora bergerak ini kan sponsor juga bergerak untuk memantapkan diri mendukung dengan angka bargaining yang lebih baik karena Liga 1 dan Liga 2 sudah siap digulirkan. Jadi ini kepastian bagi para sponsor itu," ucap Lukita yang merupakan lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Tawaran match fee, akomodasi, dan hotel jelas tak membuat semua klub puas. Persipura Jayapura misalnya yang keberatan dengan jumlah akomodasi yang ditawarkan.
"Bantuan biaya transportasi sebesar Rp 100.000.000 sangat jauh dari nilai yang akan kami keluarkan sebagai biaya transportasi. Kami pergi dan pulang lokasi home Piala Menpora 2021, biaya yang kami keluarkan untuk perjalanan pergi pulang berkisar Rp 320.000.000. Untuk itu, terkait bantuan transportasi kami menawarkan 2 opsi kepada OC, yaitu memenuhi kebutuhan biaya tersebut (Rp 320.000.000) atau membelikan tiket serta membayar bagasi kami," begitu bunyi surat Persipura bernomor 004/PT.PP/II/2021 pada 24 Februari.
Pada akhirnya Persipura memutuskan tak ambil bagian dan klub peserta Piala Menpora pun berkurang satu, menjadi 17.
Tantangan sepakbola Indonesia di masa pandemi COVID-19
Karena dalam situasi yang berbeda, para pejabat teras sepakbola Indonesia pun sibuk memantau kelancaran turnamen ini. Satu hari bisa di Kota penyelenggara A, beberapa jam kemudian sudah pindah ke lokasi penyelenggara B.
Semua harus dipantau betul, jangan sampai ada pelanggaran protokol kesehatan yang bisa mengancam izin perizinan turnamen. Apalagi, kesuksesan Piala Menpora ini akan menentukan nasib Liga 1 dan Liga 2.
"Mau nggak mau setiap hari harus bangun pagi untuk persiapan. Jangan sampai ada hal yang tak diinginkan. Sejauh ini kami sudah punya hasil yang cukup bagus," kata Lukita.
"Saya sendiri juga setiap hari swab-test (antigen). Pada saat misalnya saya kena (COVID-19) ya harus istirahat, mudah-mudahan sih nggak kena. Saya berani jalan karena ada hasil tes. Jadi benar-benar dipantau, termasuk semua OC yang terlibat itu juga harus swab, kalau tidak saya tidak izinkan untuk semua kegiatan apapun," ujarnya soal kedisiplinan penerapan prokes.
Belum sempurna, tapi bisa dimaklumi
Sebagai ajang sepakbola pertama setelah vakum setahun, tak mudah untuk menjalankannya dengan sempurna. Salah satunya soal kualitas penyelenggaraan yang tak sedikit mendapat kritikan.
Misalnya kualitas lapangan yang memburuk akibat terlalu sering dipakai pertandingan. Dengan format home-tournament, penyelenggaraan cuma digelar di empat tempat saja.
Lapangan Stadion Maguwoharjo yang dikenal istimewa pun terlihat tak sebagus biasanya. Maklum, frekuensi penggunaan lapangan menjadi lebih sering dari biasanya.
"Saya bukan ahli rumput nih. Tapi menurut beberapa masukan memang berkurang kualitasnya. Karena setahun tak pernah dipakai mungkin. Tapi menurut saya sudah cukup baik untuk pramusim ini, sudah representatif. Tidak jelek-jelek amat. Menurut saya oke. Di liga harus lebih bagus lagi nanti," ucap Lukita.
"Kami punya tim verifikasi (stadion), ini pun kami ada tim verifikasi untuk Piala Menpora . Saya juga kan keliling stadion untuk mengecek stadion sebelum Piala Menpora. Sejauh ini sih memenuhi syarat semua," ucapnya.
Dengan segala tantangannya di tengah pandemi COVID-19, Panitia Pelaksana (OC) dan PSSI sudah menyelenggarakan gelaran sepakbola dengan cukup baik. Sayang hal ini tercoreng dengan ulah suporter dari kubu Persija dan Persib seusai laga final leg kedua.
Oknum suporter Persib menyerang Graha Persib seusai kalah dua kali dari Persija. Sementara suporter Persija merayakan kemenangan dengan berkonvoi di jalan-jalan ibu kota.
Semoga saja insiden serupa tak terjadi lagi jika nantinya Liga 1 2021 benar-benar bergulir Juli nanti.