Persib Bandung meminta stakeholder sepakbola nasional untuk lebih memperhatikan sepakbola putri. Sebab ada potensi besar di sana jika diasah dengan baik.
Olahraga khususnya sepakbola memang lekat dengan laki-laki sejak dulu kala. Tapi, seiring perkembangan zaman, sepakbola tak lagi eksklusif karena wanita pun turut memainkannya.
Di era sekarang bahkan sudah banyak yang meminati sepakbola wanita di Eropa sana. Tim-tim wanita seperti Barcelona, Arsenal, Chelsea, dan Lyon punya basis penggemar sendiri.
Timnas Wanita Amerika Serikat saja boleh dibilang lebih berprestasi ketimbang timnas Pria. Meski demikian tidak sama di Indonesia ketika sepakbola wanita masih jadi anak tiri.
Perkembangan sepakbola wanita di Indonesia bisa dibilang stagnan, jika tidak ingin dianggap tidak ada. Kompetisi sendiri baru menyelesaikan musim debutnya pada 2019 ketika Persib Bandung jadi juara dan hingga saat ini terhenti karena pandemi Covid-19.
Hal ini membuat prestasi Timnas Wanita otomatis mentok. Sejauh ini pencapaian terbaik hanyalah peringkat keempat Piala AFF 2004 dan SEA Games 2001.
Selain itu, timnas Wanita pun jarang mengikuti kompetisi level Asia dan Dunia. Mereka baru mengikuti Kualifikasi Piala Dunia 2007, Piala Asia 2006 dan 2022, serta Olimpiade 2020. Lalu, Asian Games 2018 pun karena Indonesia berstatus tuan rumah.
Dari sedikit turnamen internasional, cerita kegagalan masih menghiasi. Bahkan ketika Piala Asia 2022 awal tahun ini, Timnas Indonesia malah jadi bulan-bulanan lawan. Mereka dibantai Australia dengan skor 0-18!
Itu adalah rekor kemenangan terbesar Australia di ajang internasional. Hasil akhirnya tim asuhan Rudi Priyambada itu cuma finis juru junci dengan nol poin, nirgol, dan kebobolan 28 gol!
"Tiadanya kompetisi dinilai sangat berpengaruh terhadap persiapan tim secara keseluruhan hingga penampilan Timnas Indonesia menjadi kurang maksimal dan harus puas terhenti di fase grup," ujar Vice President Partnership & Activation Persib Gabriella Witdarmono dalam rilis kepada detikSport.
Meski demikian, Gabriella yakin kalau sepakbola putri Indonesia punya potensi terpendam, yang bisa jadi luar biasa jika diasah dengan benar. Beberapa talenta seperti Zahra Musdalifah dan Rani Mulyasari adalah contoh pemain putri yang ngetop di masyarakat.
Baca juga: PSSI Wajibkan Tim Liga 1 Punya Tim Putri |
Belum lagi ada Ade Mustikiana dan Shalika Aurellia yang pernah mencicipi atmosfer trial klub sepakbola wanita internasional. Shalika bahkan sudah resmi menjadi pemain anyar dari Roma Calcio Femminile, klub asal Italia yang bermain di Serie B Italia.
Oleh karena, Zahra meminta kepada klub-klub Indonesia untuk bisa mengembangkan sepakbola wanita lebih baik lagi. Sebab perkembangan sepakbola wanita bukan cuma tanggung jawab PSSI tapi juga klub, termasuk Persib. Apalagi PSSI sudah mewajibkan setiap klub untuk punya satu tim wanita demi memudahkan pembentukan tim nasional.
"Maka dari itu, akan sangat disayangkan jika talenta-talenta muda yang ada ini tidak dapat memaksimalkan potensinya hanya karena minimnya kompetisi resmi atau wadah mengasah kemampuan bermain sepakbola mereka. Di sini juga peran klub profesional untuk 'menjemput bola' diperlukan untuk turut serta mengembangkan bakat-bakat yang ada di dalam diri para srikandi muda Indonesia, dan sama-sama mengikuti atau membuat kompetisi agar tercipta ekosistem sepakbola perempuan yang sehat," sambungnya.
Gabriella pun meminta PSSI dan klub untuk mencontoh Jepang dan Amerika Serikat yang sepakbola wanitanya terbilang maju. Sehingga di masa depan nanti, bakal ada sepakbola wanita Indonesia bisa lebih baik dan berbicara banyak di level internasional.
Jepang sebelum menjuarai Piala Dunia Wanita 2016 membentuk timnasnya sejak 1966 dan menjalankan sistem liga profesional sedari 1989. Ini juga ditambah dengan kompetisi pembinaan yang dilakukan di seluruh negara pada level sekolah dan universitas.
"Tentunya masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan agar timnas wanita Indonesia dapat menjadi tim yang disegani dunia. Penyelenggaraan kompetisi sepak bola wanita profesional yang kompetitif dengan pembinaan usia muda di seluruh Nusantara bisa menjadi awal, agar talenta-talenta seperti Shalika atau Ade bisa disandingkan dengan pemain wanita terbaik dunia seperti Megan Rapinoe atau Mina Tanaka."
(mrp/adp)