'Pengurus PSSI Harus Mundur sebagai Pelajaran Etik'

'Pengurus PSSI Harus Mundur sebagai Pelajaran Etik'

Lucas Aditya - Sepakbola
Jumat, 14 Okt 2022 10:41 WIB
Logo PSSI
Pengurus PSSI diminta mundur usai Tragedi Kanjuruhan. (Foto: Randy Prasatya/detikcom)
Jakarta -

Tuntutan agar pengurus PSSI mundur sebagai bentuk tanggung jawab atas Tragedi Kanjuruhan terus bergaung. Hal itu disebut sebagai pelajaran etik.

Tragedi Kanjuruhan mengakibatkan sebanyak 132 nyawa melayang. Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 dalam lanjutan Liga 1 menjadi tragedi.

Sebanyak enam tersangka sudah ditetapkan polisi atas terjadinya Tragedi Kanjuruhan. Dirut PT Liga Indonesia Baru, Akhmad Hadian Lukita, dan Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris, dua di antaranya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari pihak PSSI, belum ada yang terseret ke ranah pidana. Tapi, desakan mundur sebagai bentuk tanggung jawab terus bergaung.

Petisi agar Mochamad Iriawan mundur dari jabatan Ketia Umum PSSI sudah ditandatangani oleh lebih dari 17 ribu orang. Federasi sepakbola nasional sudah mengucapkan permintaan maaf dan siap bertanggung jawab penuh, Kamis (13/10/2022).

ADVERTISEMENT

Co-Founder Pandit Football Indonesia, Andreas Marbun, menilai bahwa harus ada kebiasaan baru yang dibangun di tubuh PSSI. Pengurus PSSI harus mundur sebagai pelajaran etik yang dimulai dari pecahnya Tragedi Kanjuruhan.

"Langkah FIFA bersurat kepada presiden ini tidak pernah ada sebelumnya. Begitupun ketika Presiden Joko Widodo intens berkomunikasi langsung dengan FIFA. Begitupun langkah cepat TGIPF ini. Belum pernah ada presedennya," kata Andreas Marbun saat berbincang dengan detikSport, Jumat (14/10).

"Jadi langkah-langkah selanjutnya adalah melanjutkan kebiasan-kebiasaan baru dalam membuat perubahan di sepakbola. Perlu bikin terobosan baru dalam perubahan di sepakbola, harus dibuang cara-cara lama."

"Pelajaran etik buat bangsa kita terkait tragedi kemanusiaan yang terjadi hari ini adalah jajaran pengurus PSSI memang harus mundur beramai-ramai sebagai pertanggungjawaban atas tragedi ini."

"Agak sulit membayangkan model perubahan dalam sepakbola, tentang perlunya solusi, perbaikan fundamental dalam pengelolaan sepakbola jika otoritas tertinggi dalam sepakbola Indonesia tidak mundur," kata dia menambahkan.

(cas/yna)

Hide Ads