Tentang Stephan Schrock, Kapten Loyal Filipina yang Baru Pensiun

Muhammad Robbani - detikSepakbola
Selasa, 03 Jan 2023 22:00 WIB
Stephan Schrock, kapten Filipina yang baru pensiun. (Foto: Lim Weixiang/Getty Images)
Jakarta -

Laga Filipina vs Indonesia di Piala AFF 2022 menjadi akhir karier Stephan Schrock di pentas internasional. Seusai laga ini ia gantung sepatu.

Dari catatan Soccerway, ia menjalani 45 caps bersama Filipina di berbagai ajang resmi. Laga debutnya terjadi pada 29 Juni 2011 saat Filipina jumpa Sri Lanka di Kualifikasi Piala Dunia 2014 Zona Asia.

Schroecky, sapaannya, lahir dari ayah Jerman dengan ibu Filipina. Makanya ia lahir, tumbuh, dan tinggal di Jerman pada masa mudanya.

Lahir di Schweinfurt, Jerman, pada 21 Agustus 1986, Schrock mengawali kariernya dengan memperkuat sejumlah klub Jerman. Mulai dari Greuther Furth (2004-2012), 1899 Hoffenheim (2012-2013), hingga Eintracht Frankfurt (2013-2014).

Melihat kiprahnya di Jerman, ia menjadi salah satu pemain Filipina dengan karier paling bagus di Eropa. Bahkan ia pernah memperkuat berbagai Timnas Jerman kelompok usia, mulai dari U-18, U-19, dan U-20.

Meski begitu, ia tak berpikir panjang ketika Federasi Sepakbola Filipina (PFF) mengajaknya untuk memperkuat The Azkals di akhir era 2000-an. Saat itu PFF memang sedang getol-getolnya mencari pemain keturunan untuk memperkuat Filipina.

Tentu yang paling dikenal adalah Younghusband bersaudara yakni Phil Younghusband dan James Younghusband. Ada juga Neil Etheridge, kiper yang sempat bermain di Liga Primer Inggris bersama Cardiff City.

PFF sukses meyakinkan sejumlah pemain keturunan dari Eropa untuk memperkuat Filipina. Hal itu layak diapresiasi mengingat sepakbola bukan olahraga populer di Filipina, sebagaimana penyematan 'The Azkals' dalam julukan tim ini.

"The Azkals dalam bahasa lokal itu adalah, 'street dog atau anjing jalanan'. Tak ada yang peduli dengan sepakbola di Filipina, karena semua orang lebih menyukai basket. Tapi itu adalah akar kami, tak peduli orang lain memanggil kami 'anjing'," kata komentator sepakbola Filipina Ivan Gayares saat berbincang dengan detikSport dan dua orang jurnalis Indonesia lainnya, Minggu (1/1/2023).

Schrock menjadi bagian dari proyek PFF mendatangkan pemain keturunan. Ia mewarnai era-era kebangkitan sepakbola sepakbola Filipina, terutama di level timnas, yang pernah di antarnya lolos ke Piala Asia 2019.

Penggemar Liverpool punya istilah 'Miracle of Istanbul' yang mengacu atas keberhasilan The Reds menjadi kampiun Liga Champions pada 2005. Maka publik sepakbola Filipina juga punya istilah 'Miracle of Hanoi', atas kesuksesan The Azkals bermain bagus dan tak terkalahkan sepanjang fase grup Piala AFF 2010 di Hanoi, Vietnam.

Miracle of Hanoi merupakan sebuah awal dari periode yang disebut-sebut media lokal sebagai Renaissance sepakbola Filipina. Sejak 2010, Filipina tiga kali lolos ke semifinal Piala AFF. Pada 2016 tertahan di fase grup, dan kembali ke semifinal pada 2018.

Di tengah-tengah masa kebangkitan The Azkals, Schrock pun memilih melanjutkan kariernya ke Filipina dengan bergabung ke Ceres (Ceres Negros, sekarang United City) pada 2016. Sejak saat itu ia mengabdi untuk sepakbola Filipina, baik di level klub dan timnas.

Tentu menjadi pertanyaan, pemain dengan prospek karier bagus di Jerman, mau menerima pinangan PFF untuk bermain buat Filipina, negara yang sering jadi bulan-bulanan di level Asia Tenggara. Timnas Indonesia bahkan pernah mengalahkan mereka 13-1 di Piala Tiger 2002 (nama lama Piala AFF).

Wajahnya yang 'bule' juga menimbulkan prasangka, banyak orang mengira ia adalah pemain naturalisasi. Tak sedikit juga yang melabeli Filipina sebagai tim naturalisasi.




(cas/aff)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork